Penggunaan Lahan di Kecamatan Limboto

3.2.5. Penggunaan Lahan di Kecamatan Limboto

Penggunaan lahan di wilayah penelitian terbagi menjadi lahan pertanian sawah, tegalankebun dan ladanghuma dan lahan untuk bangunan. Hal ini dapat dilihat pada tabel III.14. TABEL III.14 LUAS PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN LIMBOTO No Kelurahan Lahan untuk Bangunan Sawah Tegalan kebun Ladang huma 1 Tenilo 43,40 227,19 205,00 - 2 Bolihuangga 224,14 241,39 25,00 - 3 Hunggaluwa 227,63 69,94 42,00 - 4 Kayubulan 309,81 115,62 27,50 - 5 Hepuhulawa 208,20 97,60 67,00 - 6 Dutulanaa 30,19 39,69 49,00 - 7 Hutuo 295,80 12,10 163,00 15,00 8 Bulota 191,50 - 115,00 17,00 9 Malahu 64,83 - 426,00 150,00 10 Biyonga 215,00 70,04 544,56 232,00 11 Bongohulawa 70,35 49,39 46,45 - 12 Kayumerah 220,00 97,12 304,64 152,30 Total 2100,85 1070,08 2015,15 566,30 Sumber : Kecamatan Limboto Dalam Angka tahun 2009 Peruntukan lahan pada wilayah penelitian menitikberatkan pada fungsi Kawasan dengan tinjauan jenis, jumlah dan pola penyebaran aktifitas masyarakat dalam menggunakan ruang Kawasan serta dampaknya terhadap pergerakan perduduk yang menghubungkan antar titik-titik kegiatan. Adapun fungsi Kawasan di Kecamatan Limboto adalah Kawasan Lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya terbagi menjadi budidaya pertanian dan non pertanian termasuk kawasan perumahan dan permukiman. 73

BAB IV ANALISIS POLA SPASIAL PERTUMBUHAN

KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

4.1 Analisis Lokasi Pertumbuhan Perumahan dan Permukikman Di

Wilayah Penelitian Analisis Pembangunan perumahan dan permukiman di wilayah Kecamatan Limboto dilakukan dengan identifikasi yang terdiri dari pembangunan perumahan secara formal yakni perumahan yang dibangun dengan suatu aturan yang jelas sehingga terbentuk tata bangunan dengan pola yang teratur, biasanya dibangun oleh pihak pemerintah seperti perum perumnas dengan lokasi yang cukup luas dan dilengkapi fasilitas umum, ada pula perumahan yang sengaja dibangun oleh pemerintah berupa rumah dinas yang biasanya berlokasi di sekitar kantor dengan luasan yang kecil. Perumahan formal juga di beberapa tempat dibangun oleh pihak pengembang dengan luasan lahan sedang. Bahwa pembangunan oleh pengembang ini di wilayah penelitian pada umumnya tidak dilengkapi oleh fasilitas umum dan ada pula yang mengkonversi lahan pertanian. Sedangkan pembanguan secara informal yakni merupakan akumulasi rumah yang dibangun oleh keluarga atau individu tanpa mengikuti suatu aturan sehingga membentuk permukiman yang acak. Khusus untuk kawasan perumahan yang dibangun oleh pengembang, pertumbuhannya diidentifikasi melalui metode survei ke lokasi perumahan terbangun. Bahwa hasil dari survei ke lokasi dimana didapat luas kawasan perumahan terbangun dan tahun pembangunan perumahan tersebut seperti terlihat pada tabel IV.1. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan perumahan di Kecamatan limboto dari tahun ke tahun mengalami perkembangan dan dengan sendirinya penggunaan lahan juga meningkat. Perkembangan ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya permintaan akan tempat hunian. Sementara untuk perumahan dalam lingkungan permukiman diidentifikasi selain melakukan survei dilakukan pula pengolahan data sekunder berupa peta dengan teknik overlay pada peta terlama tahun 1999 dengan peta yang