Implementasi Program LARASITA Variabel Komunikasi, Sumberdaya, Sikap Pelaksana, dan Struktur Birokrasi

2. Implementasi Program LARASITA Variabel Komunikasi, Sumberdaya, Sikap Pelaksana, dan Struktur Birokrasi

a. Komunikasi dalam Program LARASITA

Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat komplek dan rumit. Sumber informasi yang berbeda dapat melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat komplek dan rumit. Sumber informasi yang berbeda dapat melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam implementasi Program LARASITA, antara pembuat kebijakan dan aktor implementasi LARASITA tidak ada komunikasi langsung melalui lisan. Namun para Implementor/ pelaksana di dalam Kantor Pertanahan Kota Salatiga, yaitu Kepala Kantor beserta seluruh stafnya memahami Program melalui kebijakan yang telah dibuat secara tertulis. Kebijakan tersebut adalah Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 serta Buku Saku Pelayanan LARASITA. Sehingga mereka terlebih dahulu memahami seluk beluk program secara utuh.

Para implementor dapat mengidentifikasi hal-hal atau masalah- masalah yang telah, sedang dan akan dihadapi terkait dengan pelaksanaan Program LARASITA di wilayah Kota Salatiga baik masalah itu dari internal sendiri ( antar seksi tehnis ) maupun yang ada di luar Kantor Pertanahan

( eksternal ).

Komunikasi dengan masyarakat pengguna jasa, dilakukan dengan cara sosialisasi program dilakukan oleh pejabat eselon 4 di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Salatiga dan staf yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi sebelum implementasi Program LARASITA di lapangan. Sosialisasi dilaksanakan dalam berbagai tingkatan. Tahap pertama, dimulai dengan sosialisasi Komunikasi dengan masyarakat pengguna jasa, dilakukan dengan cara sosialisasi program dilakukan oleh pejabat eselon 4 di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Salatiga dan staf yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi sebelum implementasi Program LARASITA di lapangan. Sosialisasi dilaksanakan dalam berbagai tingkatan. Tahap pertama, dimulai dengan sosialisasi

Dalam Implementasi Program LARASITA, konsistensi dan keseragaman dari standards dan objectives telah dikomunikasikan dengan berbagai sumber informasi. Walaupun komunikasi di dalam dan antara organisasi-organisasi merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit, namun dalam pelaksanaan Program LARASITA telah dilakukan berbagai koordinasi dan sosialisasi baik di dalam organisasi Kantor Pertanahan maupun Organisasi di luar Kantor Pertanahan.

Berdasarkan pengamatan terhadap berbagai agenda sosialisasi kebijakan, kegiatan sosialisasi dilakukan untuk tingkat pimpinan unit kerja. Pimpinan unit kerja kemudian menindaklanjuti dengan melakukan sosialisasi di tingkat unit kerja. Alur ini yang banyak tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga pengetahuan staff lebih ditentukan oleh inisiatif untuk mengakses informasi.

Dari hasil pengamatan disimpulkan bahwa tingkat efektifitas variabel komunikasi pada implementasi Program LARASITA Kantor Pertanahan Kota Salatiga adalah “tinggi”. Hal ini dikarenakan, pembuat kebijakan telah mengkomunikasikan Program secara tertulis dengan jelas dan konsisten, sehingga pelaksana mengetahui apa yang harus dilakukan mengetahui tujuan , memberi manfaat &memenuhi keinginan kelompok sasaran (pengguna layanan).

b. Sumber Daya dalam Program LARASITA

Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staff, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

Dengan kata lain, dalam hal sumber daya berkaitan erat dengan siapa melakukan apa (SDM), berdasarkan baseline apa (informasi), dengan cara bagaimana (kewenangan), dan dengan dukungan apa (fasilitas). Artinya, dalam sumber daya berkaitan erat dengan pengelolaan SDM, informasi, kewenangan, dan fasilitas secara sistematis dan menyeluruh.

Penggunaan Sumber Daya dalam Program LARASITA pada Kantor Pertanahan Kota Salatiga adalah sebagai berikut :

1) Sumber Daya Manusia

Tim LARASITA yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga, keanggotaannya terdiri paling sedikit 5 (lima) orang :

a) Koordinator, dengan persyaratan paling rendah pejabat eselon IV yaitu Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kota Salatiga;

b) Petugas Pelaksana, paling sedikit 4 (empat) orang, dengan persyaratan paling tinggi pejabat eselon IV atau staf yang menurut penilaian dianggap b) Petugas Pelaksana, paling sedikit 4 (empat) orang, dengan persyaratan paling tinggi pejabat eselon IV atau staf yang menurut penilaian dianggap

c) Kondisi SDM Program LARASITA Kantor Pertanahan Kota Salatiga bisa diuraikan sebagai berikut : Aspek Kuantitas : Tim Larasita yang terdiri dari 5 orang, sudah cukup memadai, dalam memberikan pelayanan publik melalui mobil Larasita. Aspek Kualitas : jenjang pendidikan S1 dan mempunyai kecakapan dan pengetahuan dalam hal pelayanan pertanahan, sebagai mana yang dipersyaratkan dalam peraturan perundangan.

2) Sumber Daya Pembiayaan.

Program LARASITA Kantor Pertanahan Kota Salatiga dibiayai oleh ABPN yang memadai, yang setiap tahunnya dituangkan dalam DIPA ( Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Dalam satu tahun Anggaran Kantor Pertanahan Kota salatiga mendapatkan Alokasi Dana sebesar Rp 54.000.000,- (Lima Puluh Empat Juta Rupiah).

3) Sumber Daya Peralatan

Sumber daya peralatan yang digunakan dalam kegiatan operasional Program LARASITA adalah menggunakan kendaraan mobil dengan dilengkapi seperangkat Laptop dan modem, yang dapat menghubungkan secara " On Line " pelayanan pertanahan dari mobil LARASITA dengan server KKP (Komputerisasi Kantor Pertanahan), dengan demikian warga masyarakat pengguna layanan tidak perlu datang ke Kantor Pertanahan (statis), cukup Sumber daya peralatan yang digunakan dalam kegiatan operasional Program LARASITA adalah menggunakan kendaraan mobil dengan dilengkapi seperangkat Laptop dan modem, yang dapat menghubungkan secara " On Line " pelayanan pertanahan dari mobil LARASITA dengan server KKP (Komputerisasi Kantor Pertanahan), dengan demikian warga masyarakat pengguna layanan tidak perlu datang ke Kantor Pertanahan (statis), cukup

4) Sumber Daya Metoda.

Implementasi Program LARASITA dilaksanakan dengan metoda sebagai berikut :

Kegiatan dengan teknologi informasi dan komunikasi, Apabila telah tersedia infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, LARASITA dilakukan dengan memanfaatkan infrastruktur tersebut yang menyambungkan LARASITA secara langsung dengan server di kantor pertanahan. Apabila tidak tersambung karena sesuatu hal, maka kegiatan tetap dapat dilaksanakan karena aplikasi untuk keperluan ini sudah ada dalam perangkat komputer LARASITA yang tersedia. Aplikasi LARASITA menyiapkan laporan harian kegiatan LARASITA yang harus dicetak oleh petugas. Hasil cetakan laporan menjadi laporan serah terima berkas dan keuangan kepada petugas di kantor pertanahan.

Kegiatan LARASITA secara manual, Apabila infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi belum tersedia, maka kegiatan LARASITA dapat dilakukan secara manual. Setiap kegiatan dicatat dan dibukukan dengan Daftar- daftar Isian atau buku-buku lainnya yang berlaku. Khusus untuk kegiatan legalisasi aset, nomor berkas permohonan, misalnya, diberikan nomor sementara. Apabila petugas LARASITA telah kembali ke kantor pertanahan, maka nomor berkas sementara tersebut disinkronisasikan dengan nomor berkas di kantor pertanahan.

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa variabel sumber daya pada implementasi Program LARASITA Kantor Pertanahan Kota Salatiga, mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi karena didukung dengan sumber daya berupa : SDM, pendanaan, peralatan dan metode teknologi informasi, serta fasilitas yang sangat memadai.

c. Sikap Pelaksana dalam Program LARASITA

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Disamping itu, dukungan dari pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program. Wujud dari dukungan pimpinan ini diantaranya adalah menempatkan kebijakan menjadi prioritas program dan penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakan/program.

Pengalaman-pengalaman subyektivitas individu memegang peranan yang sangat besar, disaring melalui persepsi-persepsi pelaksana Program LARASITA, dalam yurisdiksi dimana kebijakan tersebut dihasilkan. Tiga unsur dari pelaksana yang mungkin mempengaruhi kemampuan dan keinginan mereka untuk melaksanakan kebijakan Program LARASITA, yakni:

1) Kognisi (komprehensi, pemahaman) tentang kebijakan Program LARASITA.

2) Macam tanggapan terhadapnya (penerimaan, netralitas, penolakan), dan

3) Intensitas tanggapan terhadap Program LARASITA. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa tingkat efektifitas variabel sikap pelaksana pada implementasi Program LARASITA Kantor Pertanahan Kota Salatiga, adalah sedang. Hal ini dikarenakan bahwa petugas LARASITA sikap dan komitmen yang cukup baik. Mereka mempunyai pemahaman yang baik terhadap Program, menerima dengan baik dan menanggapi Program dengan kontinyu serta sungguh-sungguh.

d . Struktur Birokrasi Program LARASITA

Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Kebijakan yang komplek membutuhkan kerjasama banyak orang. Unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam implementasi kebijakan diantaranya tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub unit dan proses-proses dalam badan pelaksana.

Karakteristik badan pelaksana Implementasi Program LARASITA dalam ini jajaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mempunyai struktur birokrasi, karakteristik-karakteristik, norma-norma dan koordinasi yang baik, potensial serta nyata dalam menjalankan kebijakan Program LARASITA, khususnya di Kantor Pertanahan Kota Salatiga.

Pendekatan dalam implementasi kebijakan Program LARASITA adalah pendekatan secara top-down , yaitu pendekatan secara satu pihak dari atas ke bawah. Dalam proses implementasi peranan pemerintah sangat besar, pada pendekatan ini asumsi yang terjadi adalah para pembuat keputusan merupakan aktor kunci dalam keberhasilan implementasi, sedangkan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses implementasi dianggap menghambat, sehingga para pembuat keputusan meremehkan inisiatif strategi yang berasal dari level birokrasi rendah maupun subsistem-subsistem kebijaksanaan yang lain.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat efektifitas variabel struktur birokrasi dalam implementasi Program LARASITA di Kota Salatiga ini adalah rendah atau kurang efektif, karena susunan komponen (unit kerja) dalam organisasi sudah menunjukan fungsi dan pembagian kerja yang kurang jelas. Tidak menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan serta pengawasan secara kurang jelas. Jenis-jenis kegiatan yang berbeda tidak dikoordinasikan & diintegrasikan secara jelas. Standart Operasional Prosedur (SOP) yang ada, masih dirasa kurang jelas belum transparan dan berbelit-belit. Adanya fragmentasi (penyebaran tanggung jawab) dalam struktur organisasi, yang menyulitkan koordinasi.

Hasil pengamatan lainnya adalah bahwa di wilayah perkotaan yang seperti Kota Salatiga yang luasnya relatif lebih kecil dibandingkan wilayah kabupaten, maka letak Kantor Pertanahan di wilayah kota mudah dijangkau sehingga masyarakat pengguna layanan cenderung memilih datang langsung ke Kantor Pertanahan. Kendatipun demikian, kebijakan Program LARASITA tetap Hasil pengamatan lainnya adalah bahwa di wilayah perkotaan yang seperti Kota Salatiga yang luasnya relatif lebih kecil dibandingkan wilayah kabupaten, maka letak Kantor Pertanahan di wilayah kota mudah dijangkau sehingga masyarakat pengguna layanan cenderung memilih datang langsung ke Kantor Pertanahan. Kendatipun demikian, kebijakan Program LARASITA tetap

4.9 ditampilkan matrik tingkat efektifitas implementasi Program LARASITA, untuk masing-masing variabel implementasi yaitu komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana / desposisi dan struktur birokrasi.