RESPONSIVITAS PELAYANAN KANTOR PERTANAHA docx

RESPONSIVITAS PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SALATIGA DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM LARASITA TESIS

Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Administrasi Publik

Disusun oleh : SRI KUSRINI MARUTI

S. 241208005

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PERSETUJUAN

RESPONSIVITAS PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SALATIGA DALAM IMPLEMENTASI

PROGRAM LARASITA TESIS

Oleh: SRI KUSRINI MARUTI S241208005

Komisi

Tanda Tangan Tanggal Pembimbing

Nama/NIP

Pembimbing I Drs. Sudarmo, M.A., Ph.D ........................ 30-8-2013

NIP. 19631101 199003 1 002

Pembimbing II Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos, M.Si ……… 28-9-2013

NIP.197911202006042001

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 4 Oktober 2013

Ketua Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP) Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. Sudarmo, M.A., Ph.D NIP. 19631101 199003 1 002

ii

RESPONSIVITAS PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SALATIGA DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM LARASITA TESIS

Oleh: SRI KUSRINI MARUTI S241208005

Tim Penguji :

Jabatan

Nama

Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Didik G. Suharto, S.Sos., M.Si .............. 22-10- 2013 NIP. 19741107 200312 1 001

Sekretaris Drs. Y. Slamet, M.Sc. Ph.D ................ 22-10- 2013 NIP. 194803161976121001 Anggota

1. Drs. Sudarmo, MA, Ph.D ............... 22-10-2013 Penguji

NIP. 19631101 199003 1 002

2. Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos, M.Si .................. 22-10-2013 NIP .197911202006042001

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal 22 Oktober 2013

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Administrasi Publik

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Drs. Sudarmo, M.A., Ph.D NIP. 19610717 198601 1 001

NIP. 19631101 199003 1 002

iii

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:

Alloh SWT, Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang selalu Melindungiku dan Menuntunku. Suamiku tercinta, Drh. Wisnu Dwi Endro Utomo (mas Nunu) Anak-Anakku tersayang :

1. Putri Pramitha Wisnu Wardhani (mbak Put/yayang)

2. Paksi Pramudya Wisnu Wardhana (mas Aci)

3. Prabu Rabindra Wisnu Wardhana (mas Abin) Almamaterku, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Terima kasih untuk segenap cinta dan doa yang tak pernah padam mengiringi setiap langkahku.

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul : “RESPONSIVITAS PELAYANAN KANTOR

PERTANAHAN KOTA SALATIGA DALAM IMPLEMENTASI

PROGRAM LARASITA “ ini adalah karya penelitian sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang- kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP) UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Administrasi Publik (MAP) PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 25 Agustus 2013 Mahasiswa,

Sri Kusrini Maruti S241208005

MOTTO

If You Can Dream it, You Can Do it

(Walt Disney)

“Berikan Yang Terbaik Sebelum Meminta Yang Terbaik”

(Rasta Al Banjari)

Genius is One per cent Inspiration and Ninety-nine per cent Perspiration

(Thomas Alva Edison)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini sebagai karya akhir dalam Program Pascasarjana, Program Studi Magister Administrasi Publik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa persembahan karya sederhana ini sekedar merupakan penuangan pengetahuan dan ilmu yang sangat sedikit yang diberikan Sang Maha Pencipta kepada penulis, dibandingkan dengan ilmu yang dimilikiNya sebagai Sang Maha Sempurna. Pengetahuan dan ilmu yang sangat sedikit itu, kemudian dituangkan dalam tesis dengan judul “RESPONSIVITAS PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SALATIGA DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM LARASITA “.

Dalam keterbatasan penulis, bantuan moral dan material kepada penulis selama menyelesaikan tesis ini. Sehubungan hal tersebut, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih pada semua pihak yang membantu penulis sejak mempersiapkan proposal penelitian sampai penulisan tesis ini berakhir. Ucapan terima kasih tak terhingga kepada;

1. Bapak Drs. Sudarmo, M.A., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP) sekaligus Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran mengarahkan serta membimbing penulis hingga terselesaikannya tesis ini.

2. Ibu Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang penuh kebaikan memberikan berbagai masukan, saran dan petunjuk yang sangat bermanfaat untuk perkembangan penulisan tesis ini.

3. Bapak Dr. Didik G. Suharto, S.Sos., M.Si. dan Bapak Drs. Y. Slamet,M.Sc., Ph.D atas kesabarannya memberikan saran, masukan dan koreksi yang sangat berarti bagi sempurnanya tesis ini.

vii

4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu.

5. Bapak dan Ibu Dosen beserta mas Arya Staff Sekretariat Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP), yang telah memberikan ilmu dengan penuh kesabaran dan ketulusan, serta banyak membantu kelancaran proses pembuatan tesis ini.

6. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga, yang telah memberikan berbagai dukungan, semangat dan perhatian yang begitu besar, kepada penulis selama proses penelitian ini.

7. Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kota Salatiga, yang telah memberikan berbagai dukungan, semangat dan perhatian yang begitu besar, serta menyediakan waktu dengan sangat terbuka,sebagai informan pada proses penelitian ini.

8. Seluruh Jajaran Pimpinan beserta Staf Kantor Pertanahan Kota Salatiga dan Tim LARASITA serta seluruh Informan dari stakeholder internal dan stakeholder eksternal yang dengan segala kebaikan hati memberikan informasi kepada penulis selama proses penelitian.

9. Drh. Wisnu Dwi Endro Utomo beserta anak-anak penulis, atas dukungan sepenuhnya dan setulusnya, baik material maupun spiritual pada setiap detail perjuangan dari seluruh proses studi ini.

10. Kakak-Kakak Kandung penulis, serta Ibu Mertua Penulis, yang telah memberikan dukungan doa dan semangat tiada henti.

11. Seluruh teman-teman Angkatan XII Tahun 2012 Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP); Mbak Umi, Mas Joko, Andy, Hendra, Lewi, Mas Gaguk, Mbak Anis, Mas Kabul, Mas Agung, Lohmi, Agapito, Sisi , Mas Tunggul, Tyas, Catur, Aulia serta Mas Nanok, Mbak Fey, Mas Mudji, Mas Jalu yang telah membantu, mendukung serta memberikan warna dan keceriaan selama proses perkuliahan dari awal sampai akhir.

12. Berbagai pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan tesis ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

viii

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan tesis ini, namun penulis meyakini bahwa isi tesis ini sekiranya dapat berguna bagi berbagai pihak. Berkaitan dengan hal tersebut, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dan semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi semua yang membacanya, AMIN.

Surakarta, 27 Agustus 2013 Penulis,

Sri Kusrini Maruti S241208005

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Tingkat Responsivitas Pelayanan Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam Implementasi Program LARASITA….. .. 17

Tabel 4.1. Luas Wilayah Salatiga Berdasarkan Kecamatan dan Kelurahan ..............................................................................

52 Tabel 4.2. Tingkat Kepadatan Penduduk Kelurahan di Kota Salatiga ...

58 Tabel 4.3. Data Pejabat Struktural Kantor Pertanahan Kota Salatiga .....

59 Tabel 4.4. Jumlah PNS Menurut Tingkat Pendidikan Formal ................

61 Tabel 4.5. Pemanfaatan Gedu ng Kantor….. ........................................... 62 Tabel 4.6. Sarana Kendaraan Dinas Roda 4 dan Kendaraan Roda 2

64 Tabel 4.7. Rekapitulasi Tanah Terdaftar Kantor Pertanahan Kota

Kantor Pertanahan Kota Salatiga ........................................

70 Tabel 4.8. Jumlah Sertipikat melalui pelayanan Program LARASITA Kantor Pertanahan Kota Salatiga Tahun 2010 – 2013 .......... 71 Tabel 4.9. Matrik Tingkat Efektifitas Implementasi Program LARASITA

Salatiga Dari Tahun 1960 s.d. Tahun 2012 ...........................

81 Tabel 4.10. Penduduk Kota Salatiga, menurut Tingkat Pendidikan ......

Kantor Pertanahan Kota Salatiga .........................................

97 Tabel 4.11 Matrik Responsivitas Pelayanan Kantor Pertanahan Kota Sala- Tiga dalam Implementasi Program LARASITA .................. 107

xiii

Sri Kusrini Maruti. 2013. RESPONSIVITAS PELAYANAN KANTOR

PERTANAHAN KOTA SALATIGA DALAM IMPLEMENTASI

PROGRAM LARASITA. Tesis. Pembimbing I: Drs. Sudarmo, M.A., Ph.D, Pembimbing II: Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos, M.Si . Program Studi Magister Administrasi Publik, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Berdasarkan Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 18 Tahun 2009, tanggal 11 Mei 2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, maka Kantor Pertanahan Kota Salatiga mengimplementasikan Program LARASITA. Program LARASITA dimaksudkan untuk menyediakan jasa layanan sertipikasi tanah kepada masyarakat Kota Salatiga melalui sistem mobil keliling dengan cara jemput bola ke kelurahan-kelurahan. Program ini bertujuan untuk : meningkatkan kualitas pelayanan pertanahan bagi masyarakat, mempercepat legalisasi aset tanah masyarakat, mengurangi praktik percaloan, megurangi sengketa konflik pertanahan dan menyambungkan program BPN-RI dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat.

Dalam implementasi Program LARASITA dibutuhkan Responsivitas pelayanan Kantor Pertanahan Kota Salatiga bagi masyarakat pengguna layanan. Hal ini akan memberikan kontribusi positif bagi penilaian kinerja , sehingga mendukung peningkatan akuntabilitas pelayanan publik di bidang pertanahan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis responsivitas pelayanan Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam Implementasi Program LARASITA. Sedangkan indikator responsivitas pelayanan publik yang dipakai adalah : (1) terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa selama satu tahun terakhir; (2) sikap aparat birokrat dalam merespon keluhan dari pengguna jasa; (3) penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan di masa mendatang; (4) berbagai tindakan aparat birokrat untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada pengguna jasa; serta (5 ) penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam system pelayanan yang berlaku.

Hasil akhir penelitian ini dapat diketahui bahwa Kantor Pertanahan Kota Salatiga cukup responsif kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan melalui implementasi Program LARASITA. Ditunjukan dengan dua indikator responsivitas yaitu bahwa masih adanya keluhan dalam pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pertanahan Kota Salatiga dan pengguna jasa belum ditempatkan dalam sistem pelayanan Program LARASITA. Sedangkan tiga indikator lainnya sudah menunjukan bahwa pelayanan Kantor Pertanahan responsif.

Kata kunci : Responsivitas, Implementasi, LARASITA, Kota Salatiga

xiv

Sri Kusrini Maruti. 2013. THE LAND AFFAIRS OFFICE OF SALATIGA CITY‟S SERVICE RESPONSIVENESS IN THE IMPLEMENTATION OF

LARASITA PROGRAM. Thesis. First Counselor: Drs. Sudarno, M.A., Ph.D, Second Counselor: Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos., M.Si. Public Administration Magister Study Program, Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

ABSTRACT

Considering the Chairman of BPN- RI‟s Regulation Number 18 of 2009, on May 11, 2009 about LARASITA of the Republic of Indonesia‟s National Land Affairs Agency, the Salatiga City‟s Land Affairs Office implements LARASITA

Program. LARASITA program was intended to provide land certification service to the people of Salatiga City through mobile system and “picking–the-ball-up”

method to the kelurahans. This program aims: to improve the service quality of land affairs for the society, to facilitate the legalization of public land asset, to mitigate the scalping practice, to mitigate the land affairs conflict and to attribute the BPN-RI program to the aspiration developing within the society.

In the implementation of LARASITA Program, the responsiveness was needed in the service of Salatiga City‟s Land Affairs Office for the service user

society. It would contribute positively to the performance assessment, thereby supporting the improvement of public service accountability in land affairs sector.

This study aimed to analyze the responsiveness of Salatiga City Land Affairs Office‟s service in the implementation of LARASITA Program.

Meanwhile, the indicators of public service responsiveness employed were: (1) whether or not there is grievance among the service users in one last year; (2) the attitude of bureaucrat apparatus in responding to the grievance of service users; (3) the utilization of service users‟ grievance as a reference for the improvement of servi ce organization in the future; (4) the bureaucrat apparatus‟s varying actions to give the service user the service satisfaction; as well as (5) the placement of service user into the enacted service system by the bureaucracy apparatus.

The final result of research showed that the Land Affairs Office of Salatiga City was sufficiently responsive to the society in providing service through the implementation of LARASITA program. It could be seen from two indicators of responsiveness: that there were still some grievances with the service given by Salatiga City‟s Land Affairs Office and the service user had not been placed yet into LARASITA Program service system. Meanwhile other three indicators had indicated that the service of Land Affairs Office had been responsive.

Keywords: Responsiveness, Implementation, LARASITA, Salatiga City

xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Esensi tanah dalam bidang ekonomi, pertanian, dan sebagai obyek hukum adalah lahan, yang mencakup semua sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan di bawah, pada, maupun di atas permukaan suatu bidang geografis. Dalam bahasa sehari-hari, orang menyamakan lahan dengan "tanah". Dalam kenyataannya, lahan tidak selalu berupa tanah, karena dapat mencakup pula kolam, rawa, danau, atau bahkan lautan. Sesuai dengan batasannya, kandungan mineral di bawah permukaan lahan atau lokasi orbit geostasioner di atas suatu permukaan lahan juga menjadi bagian dari lahan dan ini menentukan nilai ekonominya.

Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, dan permukiman terus membutuhkan lahan yang semakin luas. Pertambahan penduduk di pusat kota dan tuntutan kehidupan baik aspek sosial, politik, budaya pada akhirnya akan membutuhkan fasilitas dan utilitas seperti permukiman, pendidikan, kesehatan dan sarana umum lainnya membutuhkan lahan untuk keberlangsungannya. Kepastian hukum atas status lahan-lahan tersebut, menjadi hal yang sangat penting. Untuk itu legalisasi aset publik berupa tanah (lahan) yang sudah dikuasai publik harus dilakukan, yaitu dengan pensertipikatan tanah.

Esensi dari Sertipikat tanah adalah bukti kepemilikan tanah, sebagai produk akhir dari kegiatan pendaftaran tanah oleh instansi yang berwenang yaitu

Badan Pertanahan Republik Indonesia. Definisi dari pendaftaran tanah

berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa yang di maksud dengan pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Adapaun tujuan dari pendaftaran tanah tersebut, yaitu;

1. Untuk memberikan kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah, suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan dan untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan diberikan sertipikat hak atas tanah.

Sehingga dengan sertipikat tanah, akan mengurangi adanya konflik- konflik pertanahan. Di Kota Salatiga, pernah terjadi konflik segitiga atau yang melibatkan pihak ketiga, yaitu konflik tanah HGU Komplek Salib Putih di

Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo. Pihak yang berkonflik adalah Pemerintah Kota Salatiga sebagai yang memiliki wewenang untuk membuat kebijakan bagi publik, PT. Rumeksa Mekaring Sabda sebagai pemegang hak guna usaha dan Yayasan Universitas Islam Salatiga yang menuntut keadilan untuk diberikan hak pakai dari sebagian luas tanah yang telah bersertifikat hak guna usaha tersebut dari Pemerintah Kota. Konflik yang sempat membuat Kota Salatiga menghangat ini telah selesai karena pihak pengugat mencabut gugatannya karena alasan-alasan tertentu. Konflik pertanahan tersebut bisa jadi disebabkan karena kinerja organisasi publik Kantor Pertanahan yang rendah, sehingga terjadi kesalahan administrasi dalam proses pensertipikatan tanah.

Secara umum kinerja organisasi publik Kantor Pertanahan masih rendah, kualitas pelayanan yang rendah dan masih adanya SDM yang belum memahami tugas pokok dan fungsinya, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya masalah, sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia seperti yang bisa dilihat pada media media cetak dan elektronik. Menurut Agus Dwiyanto (1995 : 1-2) bahwa para pejabat birokrasi atasan seringkali menempatkan pencapaian target sebagai ukuran kinerja dari organisasi publik, sementara masyarakat pengguna jasa lebih suka menggunakan kualitas pelayanan sebagai ukuran kinerja organisasi publik. Ada 5 (lima) hal indikator yang dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik yaitu produktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas.

Rendahnya kinerja organisasi publik akan menghambat pelaksanaan program. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Titien Indarwati Subroto (2008) mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Administrasi dari Universitas Diponegoro Semarang, dapat diketahui bahwa pada Kantor Pertanahan Kota Semarang dengan indikasi, kemampuan kerja dan motivasi rendah. Dari hasil analisis yang dilakukannya diketahui bahwa dari uji korelasi dengan rumus Kendall Tau diperoleh angka 0,217 kemampuan pegawai berkorelasi positif terhadap kinerja organisasi dan sangat significant terhadap kinerja. Jika kemampuan pegawai ditingkatkan maka akan meningkatkan kinerja.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada institusi birokrasi. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum memadainya kinerja organisasi publik. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi organisasi publik dalam hal ini Kantor Pertanahan untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Untuk itu organisasi publik perlu menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan- kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan untuk mendekatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia kepada masyarakat dikembangkan pola pengelolaan pertanahan yang Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan untuk mendekatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia kepada masyarakat dikembangkan pola pengelolaan pertanahan yang

Kegiatan operasional Program LARASITA adalah menggunakan kendaraan mobil dan motor dengan dilengkapi seperangkat Tehnologi Informasi (IT), yang dapat menghubungkan secara " On Line " pelayanan pertanahan dari mobil LARASITA dengan server KKP (Komputerisasi Kantor Pertanahan), dengan demikian warga masyarakat pengguna layanan tidak perlu datang ke Kantor Pertanahan (statis), cukup dilayani di lokasi masing-masing yang dikunjungi oleh mobil LARASITA, sesuai jadwal kunjungan yang telah ditetapkan.

Dengan pelaksanaan Program LARASITA yang baik di seluruh Indonesia, sudah barang tentu, hal itu sangat didambakan oleh masyarakat, terutama yang memiliki masalah-masalah pertanahan dari berbagai aspek, Program LARASITA adalah solusi dari masalah-masalah itu. Selain itu, dengan pelaksanaan Program LARASITA secara menyeluruh di Indonesia, dengan berbagai inovasinya, yang disesuaikan pada keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing, tentu akan memberikan kontribusi positif bagi penilaian kinerja

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, sehingga mendukung akuntabilitas pelayanan publik di bidang pertanahan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu Megawati (2013:90) dapat diketahui bahwa Program LARASITA yang diimplementasikan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Sidoarjo tidak efektif. Program LARASITA di Kebupaten Sidoharjo Provinsi Jawa Timur, mencakup 21 Kelurahan/Desa, salah satunya Kelurahan Kalitengah. Implementasi Program LARASITA di Kelurahan Kalitengah telah melayani sebanyak 301 sertipikat warga. Pada proses implementasi, masih terdapat kendala-kedala yang dihadapi terkait faktor komunikasi, faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya peralatan, dan faktor disposisi. Ditinjau dari segi responsivitas pada faktor komunikasi, informasi yang diberikan oleh tim LARASITA kurang efektif dan hanya dilakukan sekali sehingga baik warga maupun petugas LARASITA kurang memahami pelengkapan berkas persyaratan LARASITA. faktor komunikasi kurang memenuhi kriteria responsivitas.

Melihat kasus yang terjadi, penting untuk melihat bagaimana Responsivitas Pelayanan Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam implementasi Program LARASITA. Ada beberapa alasan mengapa peneliti mengangkat responsivitas sebagai objek kajian: Pertama : Perkembangan terbaru paradigma administrasi publik, mengarah kepada masyarakat dan berorientasi kepada masyarakat serta berupaya bagaimana strategi melakukan atau melayani masyarakat (publik). kondisi ini merupakan tantangan besar yang harus dihadapi mengingat kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks sementara Melihat kasus yang terjadi, penting untuk melihat bagaimana Responsivitas Pelayanan Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam implementasi Program LARASITA. Ada beberapa alasan mengapa peneliti mengangkat responsivitas sebagai objek kajian: Pertama : Perkembangan terbaru paradigma administrasi publik, mengarah kepada masyarakat dan berorientasi kepada masyarakat serta berupaya bagaimana strategi melakukan atau melayani masyarakat (publik). kondisi ini merupakan tantangan besar yang harus dihadapi mengingat kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks sementara

Kedua , kajian ini menarik untuk diangkat karena adanya “ Kelompok Kontra LARASITA” terhadap Program LARASITA. Sikap dari kelompok masyarakat ini adalah sinis dan mempunyai keragu-raguan terhadap Program LARASITA. Di kalangan " Kelompok Kontra LARASITA" beranggapan bahwa pengadaan mobil dan motor LARASITA bagi daerah-daerah di perkotaan atau kota-kota besar, adalah suatu " pemborosan " atau " tidak tepat sasaran " atau setidak-tidaknya " kurang efektif " dalam memberikan pelayanan pertanahan bagi masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan pengguna jasa. Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program- program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini berjudul : Responsivitas Pelayanan Kantor

Pertanahan Kota Salatiga Dalam Implementasi Program LARASITA.

B. Rumusan Masalah

Meningkatnya tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat, terutama kepada institusi atau organisasi pelayanan publik. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan rendahnya kinerja organisasi pelayanan publik. Hal itu merupakan tantangan bagi organisasi pelayanan publik untuk mewujudkan responsivitas sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Kantor Pertanahan Kota Salatiga sebagai, organisasi pelayanan publik menerapkan strategi peningkatan kualitas pelayanan pertanahan, melalui Program LARASITA, untuk memberikan keadilan bagi masyarakat dalam pengurusan sertipikat tanah secara cepat, mudah, transparan dan tanpa perantara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Dari rumusan masalah di atas maka dapat diajukan research question

sebagai berikut, “ Bagaimana responsivitas pelayanan Kantor Pertanahan Kota

Salatiga dalam implementasi Program LARASITA. ” Sedangkan sub research question yang akan dijawab adalah merupakan indikator-indikator dari responsivitas sebagai berikut :

1) “ Bagaimanakah pendapat dari pengguna jasa terhadap Program

LARASITA apakah ada keluhan, selama satu tahun terakhir ?“

2) “ Bagaimanakah sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari

pengguna jasa layanan dari Program LARASITA?”

3) “ Bagaimanakah penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi

bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan di masa mendatang? ”

4) “ Bagaimanakah tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan

pelayanan kepada pengguna jasa ?”

5) “Bagaimanakah p enempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam

sistem pelayanan yang berlaku ?“

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui responsivitas pelayanan Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam implementasi Program LARASITA , dengan indikator-indikator : 1) Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa selama satu tahun terakhir; 2) Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa; 3) Penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan di masa mendatang; 4) Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada pengguna jasa; serta 5) Penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem pelayanan yang berlaku.

D. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Teoritis

Menambah khazanah kajian mengenai responsivitas organisasi pelayanan publik, serta dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pelayanan publik.

2. Manfaat praktis

 Bagi Universitas Sebelas Maret Surakarta, menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya serta melengkapi kajian tentang responsivitas

organisasi pelayanan publik.  Bagi Kantor Pertanahan Kota Salatiga, memberikan sumbangan pemikiran

berupa masukan-masukan yang berguna untuk perbaikan dalam mengimplemetasikan Program LARASITA selanjutnya.

 Bagi warga masyarakat Kota Salatiga memberikan informasi mengenai responsivitas pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pertanahan Kota

Salatiga dalam Program LARASITA yang telah dilaksanakan di Kota Salatiga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Responsivitas

Agus Dwiyanto (1995 : 1-2) mengemukakan ada lima konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu produktivitas ( pruductivity ),kualitas pelayanan ( service quality ), responsivitas (responsiveness ), responsibilitas (responsibility ), dan akuntabilitas (accountability) . Responsivitas menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penilaian responsivitas bersumber pada data organisasi dan masyarakat, data organisasi dipakai untuk mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program organisasi, Sedangkan data masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengidentifikasi demand dan kebutuhan masyarakat.

Menurut Zeitmal Parasuraman & Berry, dalam buku Delivering Quality Service (1990) yang dikutip oleh James, A.F & Mona (1994 :190) mengemukaan bahwa responsivitas merupakan salah satu instrument yang cukup penting dalam mengukur kinerja suatu organisasi, termasuk di dalamnya adalah organisasi publik. Dari pengukuran kinerja tersebut akan diketahui juga kualitas layanan

yang diberikan, sebagaimana disampaikan “ service quality is a complecs topic, as seen by the need for a definition containing five deminsions :tengibel, reability,

responsiveness, assurance and empaty.” (Kualitas pelayanan adalah hal yang

Responsiveness, the willingness to help costumers and to provide prompt service. Keeping costumers waiting, particularly for no apparent reason, creates unnecessary negative perception of quality. In the event of a service failure, the ability recover quickly with professionalism can create very positive perception of quality.

Responsivitas / daya tanggap adalah kerelaan atau kemauan karyawan untuk membantu konsumen dan menyelenggarakan pelayanan secara cepat dan tepat. Membuat konsumen menunggu, khususnya untuk alasan yang tidak jelas akan menimbulkan persepsi negative yang tidak perlu, terhadap kualitas. Kegagalan dan mengembalikan persepsi positif terhadap pelayanan.

Menurut Agus Dwiyanto, dkk (2006 : 62) Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan pengguna jasa.

Menurut Hassel Nogi S. Tangkilisan (2005 : 177) Responsivitas menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan Menurut Hassel Nogi S. Tangkilisan (2005 : 177) Responsivitas menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan

Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Dilulio, 1994 yang dikutip oleh Agus Dwiyanto, dkk , 2006 : 62)

“ Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek ju ga “ (Osborne & Plastrik, 1997 yang dikutip oleh Agus Dwiyanto, 2006 : 62)

Dari pengertian definisi di atas sangat jelas bahwa birokrasi dalam mendekatkan layanan kepada masyarakat seperti hal nya Program LARASITA perlu upaya mengenali kebutuhan apa yang ada di masyarakat. Dengan kata lain adalah apa sebenarnya maunya masyarakat, terhadap layanan yang diberikan oleh institusi publik. Selanjutnya pengenalan kebutuhan masyarakat terhadap layanan tersebut menjadi agenda penting untuk dikembangkan model dalam pemberian layanan. Sehingga masyarakat menjadi terpuaskan. Oleh karena itu pengembangan program layanan harus senantiasa ditingkatkan, mengingat kondisi masyarakat juga berkembang.

2. Responsivitas Pelayanan Kantor Pertanahan

Konsep responsivitas merupakan pertanggung jawaban dari sisi yang menerima pelayanan atau masyarakat. Seberapa jauh mereka melihat administrator negara atau birokrasi publik dalam hal ini Kantor Pertanahan bersikap sangat tanggap terhadap apa yang menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi mereka. Responsivitas pelayanan menggambarkan kualitas interaksi antara administrasi publik dengan klien. Hal ini berarti responsivitas dapat dilihat dari sejauh mana kebutuhan, masalah, tuntutan dan aspirasi klien dapat dipuaskan dalam bingkai kebijakan, komprehensivitas, assesibilitas administrasi. Terbukanya administrasi terhadap keterlibatan klien dalam pengambilan keputusan.

Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan kepada masyarakat dan menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama. ( Rasyid, dikutip oleh Widodo, 2007 : 269)

Responsivitas pelayanan publik sangat diperlukan karena merupakan bukti kemampuan organisasi publik untuk menyediakan apa yang menjadi tuntutan seluruh rakyat di suatu negara. Dalam hal ini responsivitas merupakan cara yang efisien dalam mengatur urusan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah atau lokal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, karenanya baik pemerintah pusat maupun daerah dikatakan responsif terhadap kebutuhan masyarakat apabila kebutuhan masyarakat tadi diidentifikasi oleh para pembuat Responsivitas pelayanan publik sangat diperlukan karena merupakan bukti kemampuan organisasi publik untuk menyediakan apa yang menjadi tuntutan seluruh rakyat di suatu negara. Dalam hal ini responsivitas merupakan cara yang efisien dalam mengatur urusan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah atau lokal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, karenanya baik pemerintah pusat maupun daerah dikatakan responsif terhadap kebutuhan masyarakat apabila kebutuhan masyarakat tadi diidentifikasi oleh para pembuat

Dengan demikian Kantor Pertanahan sebagai birokrasi publik, dapat dikatakan bertanggungjawab jika mereka dinilai mempunyai responsivitas atau daya tanggap yang tinggi terhadap apa yang menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Kantor Pertanahan cepat memahami apa yang menjadi tuntutan publik dan berusaha semaksimal mungkin memenuhinya. Dapat menangkap masalah yang dihadapi oleh publik dan berusaha untuk mencari jalan keluar atau solusi yang baik. Disamping itu, Kantor Pertanahan juga tidak suka menunda-nunda waktu dan memperpanjang jalur pelayanan. Dengan kata lain mengutamakan prosedur tetapi tidak mengabaikan substansi yang ada. Parameter dalam indikator responsivitas organisasi, yang meliputi: kemampuan mengenali kebutuhan dan aspirasi masyarakat, khususnya pengguna layanan; dan daya tanggap serta kemampuan organisasi mengembangkan program-program pelayanan sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayaninya.

3. Indikator Pengukuran Responsivitas

Penilaian kinerja birokrasi publik tidak hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas dan responsivitas. (Dwiyanto, 2006 : 49)

Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik sering kali memiliki kewenangan monopolis sehingga para pengguna jasa tidak memiliki alternatif sumber pelayanan. Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh pasar, dengan pengguna jasa yang memiliki pilihan sumber pelayanan, penggunaan pelayanan bisa mencerminkan kepuasan terhadap pemberi layanan. Dalam pelayanan oleh birokrasi publik, penggunaan pelayanan oleh publik sering tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepuasannya terhadap pelayanan. (Dwiyanto, 2006 : 49)

Pengembangan program dan kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan sebagai lembaga penyedia layanan juga didasarkan dari kebutuhan dan umpan balik dari masyarakat selaku pengguna jasa layanan publik tersebut. Hal ini mengacu pada paradigma The New Public Service maupun pemahaman Good Governance , sebagaimana pengertian responsivitas yang diungkapkan oleh Agus Dwiyanto (2006) di bawah ini :

Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Selanjutnya, ( Dwiyanto, 2006 : 62)

Dalam pengukuran responsivitas diperlukan dimensi-dimensi operasional. Agus Dwiyanto (2006 : 63) mengemukakan bahwa indikator dari responsivitas adalah sebagai berikut : 1) Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa selama satu tahun terakhir; 2) Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa; 3) Penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan di masa Dalam pengukuran responsivitas diperlukan dimensi-dimensi operasional. Agus Dwiyanto (2006 : 63) mengemukakan bahwa indikator dari responsivitas adalah sebagai berikut : 1) Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa selama satu tahun terakhir; 2) Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa; 3) Penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan di masa

Dalam penelitian ini, indikator-indikator dari Responsivitas menurut Agus Dwiyanto tersebut di atas, digunakan untuk mengukur responsivitas pelayanan dalam implementasi Program LARASITA pada Kantor Pertanahan Kota Salatiga. Hal itu dikarenakan indikator responsivitas dari Agus Dwiyanto, lengkap dan relevan dengan materi pembahasan dari objek atau masalah yang diteliti, sehingga mengarahkan peneliti agar lebih fokus terhadap variabel- variabel yang dikaji melalui penelitian ini, sebagaimana pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Indikator Responsivitas Pelayanan Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam implementasi Program LARASITA.

Responsivitas Pelayanan No.

1. Terdapat tidaknya keluhan Tidak pernah ada Kadang-kadang ada Sering

terdapat dari pengguna jasa selama keluhan dari pe- keluhan

dari keluhan dari pengguna satu tahun terakhir.

ngguna jasa.

pengguna jasa.

jasa.

Birokrat Aparat birokrat merespon

2. Sikap aparat birokrasi dalam Aparat birokrat Aparat

ke- Jengkel & mem- pengguna jasa.

keluhan

dari berusaha menye- Menampung

lesaikan.

luhan tersebut.

biarkan adanya keluhan tersebut.

birokrat Aparat birokrat tidak pengguna

3. Penggunaan keluhan dari Aparat birokrat Aparat

meng- pernah me-nggunakan referensi

jasa

dijadikan menggunakan

jarang

keluhan ke-luhan tersebut penyelenggaraan

bagi

perbaikan keluhan tersebut gunakan

untuk untuk referensi bagi pada masa mendatang.

pelayanan untuk

referensi tersebut

bagi

pelayanan referensi bagi pe- pelayanan mendatang. mendatang.

layanan mendatang.

4. 4 Berbagai Tindakan aparat Aparat birokrat Aparat

birokrat Aparat birokrat birokrasi untuk memberikan bersikap ramah, kurang

bersikap bersikap tidak ramah, kepuasan pelayanan kepada melayani dengan ramah,

melayani tidak memberikan pengguna jasa.

baik cepat dan dengan baik na-mun pelayanan yang baik. tepat.

belum se- cara cepat dan tepat.

Pengguna jasa tidak oleh aparat birokrasi dalam selalu ditempat- kadang-kadang

5. Penempatan pengguna jasa Pengguna jasa Pengguna jasa

ditempat-kan dalam sistem

sistem pelayanan. berlaku.

pelayanan

yang kan dalam sistem ditempatkan da-lam

pelayanan.

sistem pe-layanan.

Sumber : analisa penulis, 2013

4. Implementasi Kebijakan Program LARASITA

Dalam setiap perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi, maka tidak akan banyak berarti. Berikut ini disampaikan beberapa pengertian implementasi menurut para ahli.

Pengertian pelaksanaan kebijakan, dikemukakan oleh Syukur Abdullah (1987: 10), adalah :

“Suatu rangkaian tindak lanjut, setelah sebuah rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah-langkah strategi maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program ataupun kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula”.

Adapun definisi Pelaksanaan (Implementasi) menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (1983; 61) sebagaimana yang dikutip dalam buku Leo Agustino (2006;139), yaitu :

“Pelaksanaan (implementasi) kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang- undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yangingin dibatasi, menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.

Van Meter dan Van Horn (Budi Winarno, 2002; 102) membatasi pelaksanaan (Implementasi) sebagai :

“Tindakan-tindakan yang dilakukan individu-individu (kelompok- kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarhakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan- keputusan sebelumnya”.

Elmore (1978) juga mengidentifikasikan komposisi utama dalam implementasi yang efektif sebagai berikut.

“ Elmore identified four main igredients for effective implementation 1. clearly specified tasks and objectives that

accurately reflect the intent of policy; 2. A management plan that allocates tasks and performances standarts to sub unit , 3.an objective means of measuring sub unit performance; and 4. A system of management controls and social sanctions sufficient to hold subordinates accountable for their performance. Failures of implementation are, by definition, lapses of planning, specificati on and control.” (Paudel, 2009:45-46, vol XXV)

(Elmore mengidentifikasi empat komposisi utama implementasi yang efektif: 1.Penentuan kejelasan tugas dan tujuan yang secara akurat mencerminkan maksud dari kebijakan; 2. Sebuah rencana manajemen yang mengalokasikan tugas dan pertunjukan standarts ke sub bagian 3. tujuan berarti mengukur sub unit kinerja, dan 4. Sebuah sistem pengendalian manajemen dan (Elmore mengidentifikasi empat komposisi utama implementasi yang efektif: 1.Penentuan kejelasan tugas dan tujuan yang secara akurat mencerminkan maksud dari kebijakan; 2. Sebuah rencana manajemen yang mengalokasikan tugas dan pertunjukan standarts ke sub bagian 3. tujuan berarti mengukur sub unit kinerja, dan 4. Sebuah sistem pengendalian manajemen dan

Secara lebih rinci, Scott Fritzen mengidentifikasikan masalah dalam implementasi dalam 6 hal diantaranya policy design, inter-organizational communication and enforcement activities , characteristics of the implementing agencies/disposition

implementation outputs and outcomes/impacts , policy learning , dan action environment (Fritzen, 2003:6-7). Lebih lanjut Fritzen menjelaskan mengenai kerangka konseptual untuk mengidentifikasi kendala implementasi sebagai berikut.

of

implementers ,

The conceptual framework presented here is a way of structuring inquiry into observed implementation patterns of a particular

policy. It incoporates some elements of both classically “top - down” and “bottom up” approaches. The framework can be used

to identify specific implementation constraints (as the top- down model stresses), but focuses much attention onto the institutional environment at the local level and the dynamic impacts (often unpredicted) of implementation.

(Kerangka konseptual yang disajikan di sini adalah cara penataan penyelidikan pola pelaksanaan diamati kebijakan tertentu. Ini terdiri dari beberapa kedua unsur pendekatan klasik yaitu " top- down " dan “ bottom up ”. Kerangka ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala implementasi spesifik (sebagai model top-down tekanan), tetapi berfokus banyak perhatian ke lingkungan kelembagaan di tingkat lokal dan dampak dinamis (sering terjadi ketidakpastian implementasi).

Fritzen memberikan penjelasan bahwa implementasi memiliki dampak yang dinamis dan sering tidak terduga, dalam penekanan implementasi kebijakan top-down dalam perhatian khusus terhadap lingkungan institusi.

Dalam bukunya yang berjudul Implementing Public Policy yang diterbitkan tahun 1980, Edwards III menyatakan bahwa proses implementasi sebagai :

“…the state of policy making between the establishment of a policy (such as the passage of a legislative act, the issuing of an

executive order, the handing down of a judicial decision, or the promulgation of a regulatory rule) and the consequences of the policy for the peple whom it effect.” (Edwards, 1980 : 1)

(....pembuatan kebijakan adalah antara pendirian kebijakan (seperti tindakan legislasi, eksekusi, dan keputusan yudisial) dan konsekuensi kebijakan bagi masyarakat terdampak)

Implementasi menurut Edwards, diartikan sebagai tahapan dalam proses kebijaksanaan yang berada diantara tahapan penyusunan kebijaksanaan dan hasil atau konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan itu (output, outcome) . Yang termasuk aktivitas implementasi menurutnya adalah perencanaan, pendanaan, pengorganisasian, pengangkatan dan pemecatan karyawan, negosiasi dan lain-lain.

George Edwards III (1980), menjelaskan tentang implementasi sebagai : “......... the key issue of policy is the lack of attention toward public

policy’s implementation,it is stated strongly that without an effective implementation, the decision of policymakers will not be

successfully carried out. Hence, Edward suggested to put attention toward four key issues: communication, resource, disposition of

attitudes, and bureaucratic structures.” (Nugroho, 2012:191)

(...isu utama kebijakan adalah kurangnya perhatian terhadap implementasi kebijakan publik. Ditegaskan dengan kuat bahwa tanpa implementasi efektif, keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil diwujudkan. Oleh karena itu Edwards menekankan untuk memperhatikan empat isu utama, yaitu komunikasi, sumber daya, sikap, dan struktur birokrasi)