Prosedur Penelitian

F. Prosedur Penelitian

Agar suatu penelitian mencapai hasil yang maksimal, maka harus sesuai dengan prosedur atau urutan kerja yang dilalui untuk dilaksanakannya sebuah penelitian. Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam rangka pembuatan laporan penelitian (Louis Gottschalk, 1986 : 143). Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagaimana proses sejarah sesuai dengan metode penelitiannya. Dengan menggunakan metode sejarah maka prosedur penelitian yang harus dilewati adalah sebagai berikut:

Fakta Sejarah

Keterangan:

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani “heurishein” yang artinya memperoleh. Menurut G. J. Renier yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999: 55), heuristik adalah suatu teknik, suatu seni dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik merupakan suatu ketrampilan dalam menemukan, menangani dan memperinci atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan. Menurut pendapat Ernest Bernsheim yang dikutip oleh Helius Sjamsudin dan Ismaun (1996: 19), heuristik adalah mencari, menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Sidi Gazalba (1981: 15) mengemukakan bahwa heuristik adalah kegiatan mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan hasil penelitian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa heuristik adalah kegiatan pengumpulan jejak-jejak sejarah atau dengan kata lain kegiatan mencari sumber sejarah.

Pada tahap ini diusahakan untuk menemukan sumber-sumber bagi penelitian yang hendak diteliti dengan mengadakan klasifikasi atau penggolongan terhadap sumber-sumber yang banyak jumlahnya. Tahap ini merupakan tahap pertama penelitian yakni pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka, sehingga dalam pengumpulan data dilakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan, diantaranya adalah perpustakaan di lingkup Universitas Sebelas Maret Surakarta, perpustakaan Daerah Kota Surakarta, perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta, dan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Kritik

Setelah data terkumpul, tahap berikutnya yaitu langkah verifikasi atau kritik guna memperoleh keabsahan sumber. Kritik yaitu kegiatan penilaian terhadap data untuk menyelidiki apakah data yang diperoleh itu otentik dan dapat dipercaya atau tidak sehingga mendapatkan fakta. Keabsahan sumber dicari melalui pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber itu

(Helius Sjamsudin, 1996: 104). Dalam penelitian sejarah, kritik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Kritik Ekstern Kritik ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber (otentitas) yang berkenaan dengan keberadaan sumber apakah sumber itu dikehendaki atau tidak, masih asli atau sudah turunan. Menurut Dudung Abdurrahman (1999: 50), uji otentitas minimal dilakukan dengan pertanyaan: kapan buku itu ditulis, siapa yang mengarang, tahun berapa buku itu diterbitkan, referensi apa yang dipakai oleh pengarang buku itu. Kritik ekstern dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat tanggal, bulan, tahun serta siapa pengarang atau penulis sumber tersebut dengan mengidentifikasikan sikap serta latar belakang pendidikan pengarang. Setelah identitasnya terbukti maka diadakan kritik intern. Sebelum semua sumber- sumber sejarah yang telah dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekonstruksi masa lalu maka terlebih dahulu harus dilakukan penyeleksian ketat terhadap sumber-sumber sejarah tersebut.

b. Kritik Intern Kritik intern berhubungan dengan kredibilitas isi dari sumber sejarah. Kritik ini bertujuan untuk menilai dan menguji mutu dan kebenaran dari sumber sejarah apakah isi, fakta dan ceritanya dapat dipercaya sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mencari kesahihan. Dalam penelitian ini, kritik intern dilakukan dengan memastikan kebenaran isi sumber dengan cara membandingkan antara sumber yang satu dengan yang lain. Selain itu, dilakukan pula proses menguji kredibilitas sumber-sumber yang diperoleh untuk mengetahui apakah isinya relevan atau tidak dengan penulisan dan tujuan dalam mengemukakan dampak perang Uhud terhadap perkembangan Islam di Jazirah Arab tahun 625 M – 630 M. Apabila peneliti sudah melakukan kritik ekstern dan kritik intern maka akan mendapatkan hasil berupa fakta sejarah.

3. Interpretasi

Setelah data terkumpul dan dianalisis lewat kegiatan kritik, maka langkah berikutnya interpretasi data yang dilakukan dengan cara menafsirkan, Setelah data terkumpul dan dianalisis lewat kegiatan kritik, maka langkah berikutnya interpretasi data yang dilakukan dengan cara menafsirkan,

Fakta sejarah yang diperoleh harus dirangkai dan dihubungkan satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dan masuk akal. Peristiwa yang satu harus dimasukkan dalam konteks peristiwa yang lain yang melingkupinya. Proses penafsiran fakta sejarah dan proses penyusunan menjadi suatu kisah yang integral menyangkut seleksi sejarah. Oleh karena itu, untuk keperluan tersebut diperlukan fakta-fakta yang relevan dan menyingkirkan fakta- fakta yang tidak relevan.

4. Historiografi

Historiografi merupakan langkah yang terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian historis. Historiografi adalah cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah (Dudung Abdurrahman, 1999 : 67). Menurut Helius Sjamsudin (1996 : 153) dalam historiografi seorang penulis tidak hanya menggunakan keterampilan teknik, penggunaan kutipan-kutipan, dan catatan- catatan tetapi juga menggunakan pikiran kritis dan analisis.

Pada tahap ini diperlukan suatu kemampuan dan kemahiran seorang peneliti dalam merangkai fakta-fakta sejarah yang ditulis secara kronologis, logis dan sistematis. Langkah terakhir dalam penelitian ini merupakan langkah menulis jejak sejarah yang telah dikumpulkan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga tersusunlah suatu karya penelitian yang berjudul “Dampak Perang Uhud Terhadap Perkembangan Islam di Jazirah Arab Tahun 625 M – 630 M".