salah? Apakah gerangan nilai-nilai alasan-alasan yang diberikan? Inilah apa yang disebut problema moralitas.
2. Arti Moralitas
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup
pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia. Kata amoral, non moral berarti bahwa tidak mempunyai hubungan
dengan moral atau tidak mempunyai arti moral. Istilah immoral artinya moral buruk, buruk secara moral. Moralitas dapat objektif atau subjektif. Moralitas
objektif memandang perbuatan semata sebagai suatu perbuatan yang telah dikerjakan, bebas lepas dari pengaruh-pengaruh sukarela pihak pelaku. Lepas
dari segala keadaan khusus si pelaku yang dapat mempengaruhi atau mengurangi penguasaan diri dan bertanya apakah orang yang sepenuhnya
menguasai dirinya diizinkan dengan sukarela menghendaki perbuatan tersebut. Moralitas subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai
perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan si pelaku sebagai individu. Selain itu juga dipengaruhi, dikondisikan oleh latar belakangnya,
pendidikannya kemantapan emosinya, dan sifat-sifat pribadi lainnya. Yang ditanyakan, apakah perbuatan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan hati
nuraninya. conscience sendiri dari si pelaku. Di sini tidak kita perbincangkan apakah moralitas subjektif itu ada.
Sebab ini adalah fakta pengalaman bahwa hati nurani kita menyetujui atau tidak menyetujui apa yang kita kerjakan. Marilah kita tunda seluruh
persoalannya sampai saatnya kita membicarakan tentang hati nurani. Persoalan yang kita hadapi hanyalah tentang moralitas objektif. Apakah hakikat dari
perbuatan-perbuatan itu sendiri? Adakah perbuatan-perbuatan tersebut telah memiliki kualitas moral, sifat benarsalah, yang hakiki sendiri? Ataukah
perbuatan-perbuatan tersebut mempunyai arti moral karena sebab-sebab dari luar?
Moralitas jga dapat intrinsik dan ekstrinsik. Pembagian ini hendaknya jangan dicampuradukkan dengan pembagian di atas tadi. Moralitas intrinsik
memandang suatu perbuatan menurut hakikatnya bebas lepas dari setiap
bentuk hukum positif. Yang dipandang adalah apakah perbuatan baik atau buruk pada hakikatnya, bukan apakah seorang telah memerintahkannya atau telah
melarangnya. Moralitas ekstrinsik adalah moralitas yang memandang perbuatan
sebagai sesuatu yang diperintahkan atau dilarang oleh seseorang yang berkuasan atau oleh hukum positif, baik dari manusia asalnya maupun dari
Tuhan. Bahwasanya terdapat moralitas ekstrinsik, semua orang bisa setuju
karena tidak ada orang yang dapat menolak kenyataan bahwa hukum-hukum positif, bagaimanapun nilai sahnya, benar-benar ada, umpanya hukum negara,
hukum yang tak tertulis, atau hukum adat. Jadi, di sini kita tidak mengadakan pemilihan antara moralitas intrinsik dan moralitas ekstrinsik. Di sini kita
bertanya, di samping moralitas ekstrinsik adakah juga terdapat moralitas intrinsik? Atau juga pertanyaan dapat kita ajukan sebagai berikut: Apakah
perbuatan itu diperintahkan atau dilarang karena perbuatan tersebut pada hakikatnya benar atau salah? Adakah moralitas kodrat? Ataukah semua
perbuatan itu benar atau salah karena diperintahkan atau dilarang? Apakah semua moralitas sekadar sesuatu yang konvensional?
Teori yang mengatakan bahwa semua bentuk moralitas itu ditentukan oleh konvensi dan bahwa semua bentuk moralitas itu adalah resultan dari
kehendak seseorang yang dengan sekehendak hatinya memerintahkan atau melarang perbuatan-perbuatan tertentu tanpa mendasarkan atas sesuatu yang
intrinsik dalam perbuatan manusia sendiri atau pada hakikat manusia dikenal sebagai aliran positivisme moral. Disebut begitu karena, menurut aliran
tersebut, semua moralitas bertumpu pada hukum positif sebagai lawan hukum kodrat natural law. Menurut teori tersebut, perbuatan dianggap benar atau
salah berdasarkan: a.
Kebiasaan Manusia b.
Hukum-hukum negara c.
Pemiliyhan bebas Tuhan