Organoleptik Konsistensi Analisis Mutu Organoleptik
Tabel 21. Rata-rata Nilai Organoleptik Konsistensi Ikan Teri Asin Kering
Konsentrasi khitosan Perlakuan
0,0 0,5 1,0
Nilai organoleptik konsistensi Lama penyimpanan minggu : 0
2 4
6 8
7,2 ± 0,2
a
7,0 ± 0,0
a
6,8 ± 0,3
a
6,9 ± 0,2
a
6,9 ± 0,1
a
7,0 ± 0,0
a
7,3 ± 0,0
a
7,3 ± 0,0
a
7,0 ± 0,4
a
6,9 ± 0,2
a
7,0 ± 0,0
a
6,9 ± 0,0
a
7,0 ± 0,0
a
7,0 ± 0,0
a
7,0 ± 0,0
a
SNI 01-2708-1992 Minimal 7,0
Keterangan : Data merupakan rata-rata dari dua ulangan
.
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata p0,05
6,2 6,4
6,6 6,8
7,0 7,2
7,4
2 4
6 8
10
Lama pe nyimpanan minggu O
r g
a n
o le
p ti
k ko ns
is te
ns i
0,0 khitosan 0,5 khitosan
1,0 khitosan
Gambar 15. Grafik Nilai Organoleptik Konsistensi Ikan Teri Asin Kering
Jika dilihat dari hasil uji statistik Kruskal-Wallis Lampiran 22a, 22b, 22c, dapat dikatakan bahwa baik variabel konsentrasi khitosan dan lama penyimpanan
tidak berpengaruh nyata p0,05 terhadap variabel organoleptik konsistensi ikan teri asin kering. Demikian pula untuk interaksi antara konsentrasi khitosan dan lama
penyimpanan juga tidak signifikan Tabel 21. Konsistensi suatu produk erat kaitannya dengan kadar air. Pada penelitian ini penambahan kadar air relatif kecil
sehingga belum menurunkan nilai organoleptik konsistensi ikan teri asin kering. Tindakan pengemasan pada produk ikan teri asin kering adalah merupakan
suatu usaha perlindungan terhadap pengaruh kelembaban udara di ruang penyimpanan. Jika tidak dikemas, udara yang lembab akan dapat meningkatkan
kadar air dengan cepat dan ikan teri asin akan menjadi lembek. Penambahan kadar air akan menurunkan nilai konsistensi.
4.4.5.
Kapang
Ikan teri asin kering hasil penelitian pada semua kombinasi perlakuan tidak terlihat adanya pertumbuhan kapang sehingga dapat memenuhi kriteria yang
tercantum dalam SNI 01-2708-1992 , yaitu kapang harus negatif. Seperti diketahui bahwa kapang tumbuh pada nilai aktifitas air Aw sekitar 7 Winarno, 1991; Piggot
dan Tucker, 1990. Nilai Aw ikan teri asin kering hasil penelitian nilainya berkisar dari 0,625 – 0,649, jadi kecil kemungkinan kapang dapat tumbuh.
Kapang yang sering tumbuh pada kondisi aktifitas air rendah, selain menurunkan nilai estetika, juga potensial untuk menghasilkan racun. Menurut
penelitian Wheeler et al. dan Santoso et al. dalam Heruwati 2002, jenis kapang yang dominan pada ikan asin adalah Polypaecilum pisce dan Aspergillus niger ,
sedangkan jenis kapang xerofilik yang ditemukan meliputi A. awamori, A. carbonarius, A. glaucus, A. tamarii dan Eurotium glaucus . Menurut Doe dan Olley
1990, kapang Polypaecilum pisce yang ditemukan dari produk ikan asin asal Indonesia dapat tumbuh optimum pada suhu 30ºC dan aktifitas air 0,90 – 0,96.