Fuad 2005:92 : “Manajemen adalah Suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dibuat para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen berhubungan dengan manusia dan kegiatannya
dalam organisasi, baik mengenai hubungan yang terjadi maupun cara yang digunakan dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Walaupun sederhana setiap
manusia dalam mencapai tujuan serta memenuhi kebutuhannya. Keadaan yang demikian merupakan penerapan manajemen secara naluriah. Dengan
melaksanakan manajemen secara naluriah ini tidak jarang akan terjadi kekeliruan baik yang disengaja maupun tidak disengaja dan akan sering pula terjadi adanya
ketidakefisienan dalam pelaksanaan manajemen. Dari ketidakefisienan ini akhirnya akan berakibat tidak dapat dicapainya tujuan yang diharapkan atau akan
terjadi ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan yang diharapkan.
1. Pengertian Manajer
Seorang manajer atau pemimpin harus dapat memimpin dengan memberikan motivasi, mempengaruhi, serta mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan
hingga mencapai tingkat – tingkat prestasi yang menurut anggapan mereka sebelumnya tidak mungkin. Sehingga dengan motivasi, arahan, komunikasi yang
baik dengan bawahan dapat meningkatkan gairah dan semangat kerja yang lebih tinggi untuk menjadikan hasil kerja yang berkualitas demi keberlangsungan
perusahaan yang lebih baik. Untuk memperjelas pengertian manajer sebagai
pemimpin atau leader, ada beberapa defenisi menurut pendapat para ahli yang dapat dibuat dibawah ini.
Manajer dalam pengertian sehari – hari dapat diartikan sebagai orang yang mengatur atau memimpin baik dalam suatu perusahaan maupun organisasi.
Manajer dalam pemakaian kata – kata kantoran adalah berbeda – beda, tergantung kepada perusahaan atau organisasi masing – masing, ada yang menyebut direktur,
kepala cabang, pemimpin, ketua, kepala atau boss. Beberapa pengertian manajer atau pemimpin menurut para ahli yang penulis kutip adalah :
Apabila istilah manajer kita samakan dengan istilah pemimpin, maka menurut Kartono 2002:8 : “Pemimpin adalah Orang yang oleh organisasi lembaga
tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala
hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi. Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, manajer dapat diibaratkan orang
yang mengelola dengan cara mengatur dan merencanakan kegiatan kantor dalam suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Sedarmayanti 2001:20 – 21 . Menurut Yayat 2001:8 – 9 “Karakteristik manajer yang berhasil” yaitu
harus memiliki : 1.
Kebutuhan untuk mengelola Artinya hanya orang – orang yang ingin mempengaruhi prestasi orang lain
dan merasa puas kalau dapat melakukannya, bisa menjadi manajer yang efektif.
2. Kebutuhan terhadap kekuasaan
Manajer yang baik mempunyai kebutuhan untuk mempengaruhi orang lain. Untuk dapat melakukan hal ini dia tidak mengandalkan pada otoritas
kedudukannya, tetapi pada pengetahuan dan kemampuannya. 3.
Kemampuan untuk empati Manajer yang efektif membutuhkan kemampuan untuk memahami dan
mengatasi reaksi emosional orang lain yang sering tidak terungkapkan agar dapat menggalang kerja sama.
Dengan luasnya tugas dan tanggung jawab manajer, apalagi pada zaman yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan teknologi informasi yang canggih,
maka seorang manajer harus orang yang benar – benar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Manajer haruslah merupakan seseorang yang mampu untuk
mempengaruhi orang – orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup fungsi – fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian
dan pengawasan. Manajer juga harus memiliki jiwa kepemimpinan yang merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin,
yang bergantung dari macam – macam fakta baik dari faktor intern maupun ekstern. Seorang manajer atau pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan agar
dapat melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan baik. Jika manajer disamakan dengan pemimpin, maka penulis akan membahas
tentang tipe kepemimpinan yang ada.
Adapun beberapa tipe kepemimpinan diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Tipe Otokratis Pemimpin yang otokratis senantiasa menjauhkan diri dari anggotanya dan
ingin berkuasa absolut, tunggal dan merajai keadaan. Berdasarkan nilai – nilai demikian, seorang pemimpin yang otoriter akan menunjukkan berbagai sikap
yang menonjolkan kelakuannya antara lain dalam bentuk : a.
Kecenderungan memperlakukan para bawahan seperti alat – alat dalam organisasi, seperti mesin. Dalam arti kurang menghargai harkat dan martabat
mereka b.
Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa memperhatikan keterkaitan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan
kebutuhan para karyawan c.
Keterlibatan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan diabaikan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan bahwa keputusan yang
telah diambilnya harus dilaksanakan.
2. Tipe Karismatik
Tipe pemimpin yang karismatik ini memiliki kekuatan, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal yang bisa dipercaya.
Lebih jelasnya seorang pemimpin yang karismatik adalah seorang pemimpin yang dikagumi oleh pengikut yang banyak, meskipun pengikut tersebut tidak
dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Seorang pemimpin yang karismatik banyak memiliki inspirasi, keberanian
dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar. Seorang pemimpin
yang karismatik dapat saja menggunakan cara kepemimpinan yang otokratik atau diktatorial, namun para pengikutnya akan tetap setia kepadanya.
3. Tipe Paternalistik
Tipe paternalistik adalah tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat – sifat antara lain sebagai berikut :
a. Dia menganggap bawahannya sebagai menusia yang tidak atau belum dewasa
atau anak sendiri yang perlu dikembangkan b.
Dia bersikap terlalu melindungi c.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
d. Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif e.
Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada para pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreatifitas mereka
sendiri f.
Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan masyarakat yang masih tradisional, umumnya pada masyarakat agraris. Pemimpin yang
paternalistik dapat berupa orang tua atau orang – orang yang dituakan, dihormati karena orang – orang tersebut memberikan teladan dan dapat dijadikan sebagai
panutan oleh para anggota masyarakat lainnya. Para bawahannya biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang
paternalistik tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian kepada para bawahannya, akan tetapi sebaliknya pemimpin yang paternalistik
menginginkan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam kehidupan organisasional.
Biasanya cara kepemimpinan dari seorang pemimpin yang paternalistik lebih bercocok pelindung seperti seorang bapak ataupun guru.
4. Tipe Laissez Faire
Persepsi seorang pemimpin yang Laissez Faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi
akan berjalan dengan sendirinya karena para anggota organisasi sudah dinilai sebagai orang – orang yang sudah dewasa, sehingga mereka sudah mengetahui
apa yang menjadi tujuan organisasi dan sasaran – sasaran yang ingin dicapai. Seorang pemimpin yang Laissez Faire pada umumnya kurang mencampuri
bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan. Pandangan pemimpin yang Laissez faire beranggapan bahwa nilai yang tepat dalam hubungan atasan
dengan bawahan adalah nilai yang didasarkan kepada saling mempercayai yang
besar, perilaku seorang pemimpin yang Laissez Faire cenderung mengarah kepada perlakuannya pada bawahan yang dianggap sebagai pemimpin diperlukan sebagai
akibat adanya struktur organisasi. Cara kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin yang Laissez Faire
adalah : a.
Pengambilan keputusan diserahkan kepada bawahannya kecuali dalam hal – hal tertentu yang benar – benar memerlukan kehadirannya
b. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang
inovatif dan kreatif diserahkan kepada anggota organisasi yang bersangkutan c.
Pendelegasian wewenang yang tidak terkoordinasi
5. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan yang demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang paling ideal dan paling didambakan. Seorang pemimpin yang demokratis biasanya
menyadari bahwa suatu organisasi harus disusun sedemikian rupa, sehingga tergambar dengan jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan
demi tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Seorang pemimpin yang demokratis dihormati dan disegani dan bukan
ditakuti karena perilakunya yang mendorong para bawahannya untuk menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreatifitasnya. Seorang
pemimpin yang demokratis akan mendengarkan saran dan pendapat serta kritik dari orang lain, terutama para bawahnnya.
Apabila bawahannya melakukan kesalahan maka pemimpin yang demokratis akan berada disamping bawahannya untuk meluruskan kesalahannya dan bukan
menghukumnya, sehingga bawahannya tersebut dapat belajar dari kesalahannya dan dengan demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab.
Seorang pemimpin yang demokratis akan sangat bangga bila para bawahannya menunjukkan kemampuan kerja yang tinggi dan dengan cepat ia akan
memberikan penghargaan kepada bawahannya mencapai suatu prestasi. Cara kepemmpinan dari pemimpin yang demokratis antara lain :
a. Cara pandang yang menyatakan seberapa besar sumber daya dan dana yang
tersedia bagi organisasi tidak akan bermanfaat bila tidak dimanfaatkan oleh manusia dalam organisasi demi pencapaian tujuan dan sasaran organisasi
b. Dalam kehidupan organisasional tidak semua kegiatan dalam organisasi yang
harus dilakukan oleh pimpinan, sehingga harus adanya pendelegasian wewenang tanpa kehilangan kendali organisasional
c. Dalam setiap proses pengambilan keputusan para bawahan dilibatkan secara
aktif d.
Memperlakukan para bawahannya sebagai mahluk politik, ekonomi dan sosial yang mempunyai kebutuhan – kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi
e. Usaha memperoleh pengakuan yang tulus dari para bawahannya atas
kepemimpinan orang yang bersangkutan dengan membuktikan kemampuan pemimpin yang efektif dan bukan sekedar karena pemilikan wewenang
berdasarkan pengangkatannya.
Selain itu penulis juga akan membahas tentang fungsi dan azas kepemimpinan.
Fungsi kepemimpinan terbagi lima, antara lain : 1.
Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan.
Masalah yang sering dihadapi dalam setiap organisasi adalah ketidakseimbangan antara sarana dan prasarana yang tersedia, yang terbatas
sifatnya dengan tujuan yang ingin dicapai, terutama yang bersifat jangka panjang yang sifatnya tidak terbatas.
Dengan demikian maka arah yang hendak ditempuh oleh organisasi mencapai tujuannya harus direncanakan dan biasanya dibuat dalam strategi dan taktik yang
menjadi tugas bagi seorang pemimpin untuk menentukan strategi dan taktik tersebut. Keputusan yang diambil dalam organisasi dapat digolongkan sebagai
berikut : a.
Keputusan strategik b.
Keputusan yang bersifat taktik c.
Keputusan yang bersifat teknis d.
Keputusan operasional. Semakin tinggi kedudukan kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang
dalam organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang diambilnya semakin besar. Suatu keputusan strategik mempunyai beberapa ciri pokok,
seperti:
a. Jangka waktunya jauh ke depan
b. Dampaknya terhadap kehidupan organisasional kuat
c. Cakupannya bersifat menyeluruh karena menyentuh seluruh segi dan tingkat
organisasi. Strategik, taktik, teknik dan keputusan operasional yang tidak tepat akan
mengakibatkan organisasi bergerak pada arah yang tidak benar yang apabila dibiarkan berlanjut,maka akan ancaman bagi kelangsungan hidup organisasi
tersebut.
2. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi
Dalam bentuk dan tingkat yang formal, tidak semua anggota organisasi mempunyai wewenang untuk mengadakan hubungan keluar dengan berbagai
pihak yang ada hubungannya dengan organisasi yang bersangkutan. Pada analisa terakhir, pemimpin puncak organisasi yang menjadi wakil dan juru bicara resmi
organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi. Sebagai wakil dan juru bicara resmi, fungsi pimpinan tidak saja terbatas pada
pemeliharaan hubungan yang baik, namun harus memperoleh dukungan yang diperlukan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
3. Pimpinan sebagai komunikator yang efektif
Keputusan yang telah diambil oleh pemimpin disampaikan kepada para pelaksana melalui jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi. Timbulnya
perselisihan, perbedaan paham dan bahkan konflik, terutama disebabkan oleh
tidak adanya komunikasi yang efektif antara pihak – pihak yang saling berhubungan.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi pimpinan sebagai komunikator yang efektif sangat berperan penting dalam operasional perusahaan, apabila sasaran yang ingin
dicapai oleh komunikator adalah menghilangkan penolakan atas sesuatu keputusan yang oleh para bawahan dipandang tidak baik dan ternyata para
bawahan memahami, menerima dan mau dengan ikhlas menjalankan keputusan tersebut, berarti telah terjadi proses komunikasi yang efektif.
4. Pemimpin sebagai mediator
Dalam kehidupan organisasional, selalu saja ada situasi konflik yang harus diatasi, baik dalam hubungan ke luar maupun dalam hubungan ke dalam
organisasi. Pembahasan tentang fungsi pimpinan sebagai mediator difokuskan pada penyelesaian situasi konflik yang mungkin timbul dalam satu organisasi.
Situasi konflik biasanya timbul karena tiga faktor utama yaitu : a.
Persepsi subjektif tentang kemungkinan timbulnya tentangan dari pihak lain dalam organisasi
b. Kelangkaan sumber daya dan dana
c. Adanya asumsi bahwa dalam organisasi terdapat berbagai kepentingan yang
diperkirakan tidak dapat atau sulit diserasikan. Kemampuan menjalankan peranan selaku mediator yang andal terlihat pula
dalam hal pandangan dalam diri orang – orang dalam organisasi bahwa berbagai kepentingan dalam organisasi sukar atau tidak mungkin dipertemukan. Pandangan
yang demikian harus segera diatasi, apabila tidak segera diatasi maka kepercayaan terhadap kepemimpinannya akan merosot dan bahkan mungkin hilang dan
organisasi yang dipimpinnya pun tidak akan mencapai tujuan.
5. Pimpinan selaku integrator yang efektif
Dengan adanya pembagian tugas, dana dan tenaga, serta diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan ketrampilan dapat menimbulkan sikap, perilaku dan
tindakan yang berkotak – kotak dan oleh karenanya tidak boleh dibiarkan berlangsung terus.
Dengan kata lain integrator sangat diperlukan, dimana integrator itu adalah pimpinan sendiri. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, maka
semakin penting pula peranan tersebut. Adapun azas – azas kepemimpinan adalah :
a. Kemanusiaan, mengutamakan sifat – sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan
manusia oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan – tujuan kemanusiaan.
b. Efisien, efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber
– sumber, materi dan jumlah manusia atas prinsip penghematan, adanya nilai – nilai ekonomis serta azas – azas manajemen modern
c. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf
kehidupan yang lebih tinggi.
B. Fungsi dan Peranan Manajer