Bayi baru lahir yang dipelajari di Indonesia adalah 3069 orang, 55,7 laki – laki dan 44,3 perempuan, 28 9,1 per 1000 bayi mempunyai PJB. Patent
Ductus Arteriosus PDA ditemukan pada 12 orang bayi 42,9, 6 diantaranya bayi prematur. Ventricular Septal Defect VSD ditemukan pada 8 bayi 28,6,
Atrial Septal Defct ASD pada 3 bayi 19,7, Complete Atrio Ventricular Septal Defect CAVSD pada 3,6 bayi, dan kelainan katup jantung pada bayi yang
mempunyai Penyakit Jantung Sianotik 10,7, satu bayi Transposition of Great Arteries TGA, dua lain dengan kelainan jantung kompleks sindrom sianotik.
Ditemukan satu bayi dengan Sindrom Down dengan ASD, dengan ibu pengidap diabetes. Atrial fibrillation ditemukan di satu orang bayi. Dari 28 bayi dengan
PJB, 4 mati 14,3 selama 5 hari pengamatan. Data menunjukkan ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali
resiko bayi dengan PJB. Merokok secara signifikan sebagai faktor resiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor resiko lain secara statistik tidak berhubungan Harimurti, 1996.
2.3 Etiologi Faktor Resiko
Penyebab Penyakit Jantung Bawaan berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah
besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya PJB belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian PJB misalnya Colleen, 2011 :- -
Prenatal riwayat kehamilan sebelumnya umur ibu -
Genetik keluarga -
Pendidikan orang tua -
Suku -
Lingkungan -
Jenis kelamin bayi -
Berat badan lahir, lingkar kepala dan panjang bayi
Universitas Sumatera Utara
2.4 Klasifikasi 2.4.1 PJB Non Sianotik
Penyakit Jantung Bawaan PJB non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di
sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa
adanya lubang di sekat jantung. Masing – masing mempunyai spektrum presentasi
klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru Roebiono, 2003.
Kelompok dengan pirau kiri ke kanan adalah sebagai berikut :
1 Atrial Septal Defect ASD
Artial Septal Defect ASD adalah anomali jantung kongenital yang ditandai dengan defek pada septum atrium akibat gagal fusi antara ostium
sekundum, ostium primum dan bantalan endokardial. ASD dapat terjadi di bagian manapun dari septum atrium, tergantung dari struktur septum atrium yang gagal
berkembang secara normal. Bernstein, 2007. Tanda dan Gejala
Karena pada awalnya tidak ditemukan simptom yang jelas pada pemeriksaan fisik, ASD bisa sulit dideteksi sehingga bertahun
– tahun. Kelainan yang kecil dengan penyimpangan yang minimal ratio aliran pulmonal ke sistemik
kurang dari 1,5 biasanya tidak menunjukkan simptom dan tidak memerlukan penutupan. Bila aliran darah pulmonal 1,5 kali lebih dari aliran sistemik, ASD
perlu ditutup secara pembedahan untuk mengelakkan dari terjadinya disfungsi ventrikel kanan dan hipertensi pulmonal irreversibel. Simptom dari ASD yang
besar meliputi disapnea dengan ekskresi, disritmia supra ventrikular, gagal jantung kanan, emboli paradosikal dan infeksi pulmonal berulang. Agen
profilaksis terhadap endokarditis infektif adalah tidak disarankan pada pasien
Universitas Sumatera Utara
dengan ASD melainkan terdapat kelainan valvular mitral valve prolapse atau mitral valve cleft Marelli, 2011.
2 Ventricular Septal Defect VSD
Ventricular Septal Defect VSD adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat
hubungan antara rongga ventrikel Ramaswamy, et al. 20090. Defek ini dapat terlekat dimanapun pada sekat ventrikel, baik tunggal atau banyak, serta ukuran
dan bentuk dapat bervariasi Fyler, 1996. Tanda dan Gejala
Pasien dengan defek ventrikular cacat mungkin tidak ada simptom. Namun, jika lubang besar, bayi sering memiliki gejala yang berhubungan dengan
gagal jantung. Gejala yang paling umum meliputi: -
Disapnea -
Takipnea -
Pucat -
Takikardi -
Berkeringat -
Infeksi system repiratori Kesan signifikan fisiologi VSD tergantung kepada ukuran defek dan resisten
relative dalam sirkulasi sistemik dan pulmonari. Jika defeknya besar, tekanan sistolik ventrikel akan menyamakan dan magnitud sirkulasi sistemik dan paru
ditentukan oleh resisten relatif vaskular diantara dua sirkulasi ini Webb, 2011. Murmur pada VSD sedang adalah holo-sistolik dan paling kuat kedengaran
pada bagian bawah kiri batas sternum. EKG dan foto dada tetap normal pada VSD yang kecil. Bila VSD menjadi besar didapatkan bukti pembesaran atrium kiri dan
ventrikel pada EKG. Jika hipertensi pulmonal terjadi, axis QRS berpindah ke kanan dan atrium kanan dan ventrikel membesar ditemukan pada EKG Webb,
2011.
Universitas Sumatera Utara
3 Patent Ductus Arteriosus PDA
Patent Ductus Arteriosus PDA disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir Soeroso and Sastrosoebroto, 1994. Jika duktus
tetap terbuka setelah penurunan resistesi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri pulmonalis Bernstein, 2007.
Tanda dan Gejala Rata
– rata pasien dengan PDA adalah asimptomatik dan hanya sedikit dengan penyimpangan fisik rutin dimana karakteristik murmur sistolik dan
diastolik berterusan kedengaran. Jika penyimpangan kiri ke kanan adalah besar, akan ada bukti hipertrofi ventrikel pada EKG dan radiografi dada. Jika hipertensi
pulmonal terjadi, ventrikel kanan akan membesar. Kewujudan PDA meningkatkan resiko infeksi endocarditis. Ligasi pembedahan PDA berkaitan dengan kadar
kematian yang rendah dan tidak memungkinkan untuk memerlukan bypass kardiopulmonal. Tanpa penutupan, kebanyakkan pasien tetap asimtomatik
sehingga dewasa apabila hipertensi pulmonal dan gagal jantung kongestif terjadi. Apabila hipertensi pulmonal berat berlaku, penutupan adalah dikontra indikasikan
Webb, 2011. Kelompok tanpa pirau meliputi:
4 Stenosis Aorta SA
Stenosis Aorta SA merupakan penyempitan aorta yang dapat terjadi pada tingkat subvalvular, valvular atau supravalvular. Kelainan mungkin tidak
terdiagnosis pada masa anak – anak karena katup berfungsi normal, hanya saja
akan ditemukan bising sistolik yang lunak di daerah aorta dan baru diketahui pada masa dewasa sehingga terkadang sulit dibedakan apakah stenosis aorta tersebut
merupakan Penyakit Jantung Bawaan atau didapat Soeroso dan Sastrosoebroto, 1994.
Universitas Sumatera Utara
Tanda dan Gejala Terdapat tiga gejala umum yang terkait dengan stenosis aorta yang
biasanya terjadi adalah dispnea dan gagal jantung. Dispnea terjadi karena disfungsi diastolik dengan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri selama
latihan, dan ketidakmampuan ventrikel kiri untuk meningkatkan output jantung karena aliran katup aorta kaku menghalangi. Gagal jantung terjadi lambat dan
biasanya hanya pada pasien yang belum menerima perawatan medis. Seterusnya adalah pusing dan sinkop. Sinkop terjadi hasil dari ketidakmampuan untuk
meningkatkan output jantung karena penyumbatan katup dan latihan vasodilatasi diinduksi. Terakhir adalah angina. Dada terasa tidak nyaman akibat iskemia
miokard transien Bonow, 2006.
5 Stenosis Pulmonal SP
Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, baik dalam tubuh ventrikel kanan, pada katup pulmonalis, atau dalam arteri pulmonalis, diuraikan sebagai Stenosis
Pulmonalis Carabello, 2011. Tanda dan Gejala
Gejala – gejala SP mungkin menyerupai kondisi medis lain atau masalah
jantung. Berikut adalah gejala yang paling umum dari SP. -
Takikardi -
Takipnea -
Sesak napas -
Kelelahankelemahan -
Ektremitas pucat -
Kardiomegali -
Kongesti paru Pasien stenosis pulmonal biasanya asimtomatik, kecuali keluhan cepat capek
karena curah jantung berkurang. Apabila SP cukup berat, disertai dengan defek septum atrium dan defek septum ventrikel, maka kelainan seperti itu dapat
Universitas Sumatera Utara
memberikan gejala sianosis yang signifikan, yang disebabkan oleh terjadinya pirau aliran darah dari kanan ke kiri Marelli, 2011.
Pada SP yang sangat berat apa lagi disertai pirau dari kanan ke kiri, vaskularisasi paru bisa tampak oligemik. Hanya konus pulmonal tampak sangat
menonjol, yang disebabkan oleh dilatasi pasca stenotik. Kadang – kadang
beberapa kelainan memberikan gejala yang mirip dengan SP, seperti straight back syndrome, dilatasi idiopatik arteri pulmonal dan sebagainya Carabello, 2011.
6 Koarktasio Aorta KoA
Koarktasio Aorta KoA adalah suatu obstruksi pada aorta desendens yang terletak hampir selalu pada insersinya duktus arteriosus Flyer, 1996.
Tanda dan Gejala Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul
pada saat bayi, tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah. Gejalanya berupa :
- Pusing
- Pingsan
- Kram tungkai pada saat melakukan aktivitas
- Tekanan darah tinggi yang terlokalisir hanya pada tubuh bagian atas
- Kaki atau tungkai teraba dingin
- Perdarahan hidung
- Sakit kepala berdenyut
Pada usia beberapa hari sampai 2 minggu, setelah duktus arteriosus menutup, beberapa bayi mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan pernapasan yang berat,
bayi tampak sangat pucat dan pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan asam di dalam darah asidosis metabolic Fraser, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 PJB Sianotik
Sesuai dengan namanya manifestasi klinis yang selalu terdapat pada pasien dengan PJB sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah warna kebiruan pada
mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya 5 mgdl hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi. Deteksi terdapatnya sianosis antara lain tergantung kepala kadar
hemoglobin Prasodo, 1994.
1 Tetralogi Fallot TF
Tetralogi Fallot TF merupakan kombinasi 4 komponen, yaitu Defek Septum Ventrikel DSV, over-riding aorta, Stenosis Pulmonalis SP serta
hipertrofi ventrikel kanan. Komponen paling penting untuk menentukan derajat beratnya penyakit adalah SP yang bersifat progresif Prasodo, 1994.
Tanda dan Gejala Kebanyakkan pasien dengan tetralogi fallot mempunyai sianosis dari saat
lahir atau bermula pada tahun pertama kelahiran. Penemuan askultasi didapatkan ejeksi murmur yang kedengaran sepanjang border sterna kiri yang dihasilkan dari
aliran darah melalui katup pulmonal yang stenosis. Gagal jantung jarang terbentuk karena DSV besar membolehkan keseimbangan tekanan intraventrikuler dan kerja
jantung. Radiografi dada menunjukkan tanda penurunan vaskularisasi paru dan jantung berbentuk seperti sepatu dengan apex terbalik kearah atas dan segmen
arteri pulmonal berbentuk concave. EKG menunjukkan perubahan dalam deviasi axis kanan dan hipertrofi ventrikuler kanan. Desaturasi oksigen arterial muncul
walau dalam 100 oksigen PO2 sering kurang dari 50 mmHG. Eritropeosis kompensasi adalah proposional kepada magnitud hipoksemia arterial. PA CO2
dan pH arterial seringkali normal. Menjongkok adalah posisi yang paling sering didapatkan pada anak dengan TF. Ini adalah karena dengan menjongkok ia akan
meningkatkan resistensi vaskular sistemik dengan cara menekan arteri di kawasan inguinal. Ini menyebabkan peningkatan resistensi vascular sistemik dan
menurunkan magnitud penyimpangan kanan ke kiri yang mana mengarahkan ke peningkatan aliran darah pulmonal dan perbaikkan oksigenasi Webb, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2 Transposisi Arteri Besar TAB
Transposisi Arteri Besar TAB ditandai dengan aorta yang secara morfologi muncul dari ventrikel kanan dan aretri pulmonalis, muncul dari
ventrikel kiri Webb, 2011. Tanda dan Gejala
Gejala – gejala dapat berupa sianosis, penurunan toleransi olahraga, dan
gangguan pertumbuhan fisik, mirip dengan gejala pada TF walaupun begitu, jantung tampak membesar Bernstein, 2007. Sianosis biasanya terjadi segera
setelah lahir dan dapat memburuk secara progresif. Gejala gagal jantung kongestif mulai tampak dalam 2
– 6 minggu. Emmanouilides, et al. 1998.
2.5 Diagnosis
Diagnosis penyakit jantung bawaan ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan.
Pemeriksaan penunjang dasar yang penting untuk penyakit jantung bawaan adalah foto rontgen dada, elektrokardiografi dan pemeriksaan lab rutin. Pemeriksaan
lanjutan mencakup ekokardiografi dan kateterisasi jantung. Kombinasi ke dua pemeriksaan lanjutan tersebut untuk visualisasi dan konfirmasi morfologi dan
pato – anatomi masing – masing jenis penyakit jantung bawaan memungkinkan
ketepatan diagnosis mendekati seratus persen. Kemajuan teknologi di bidang diagnostik kardiovaskular dalam dekade terakhir menyebabkan pergeseran
persentase angka kejadian beberapa jenis penyakit jantung bawaan tertentu. Hal ini tampak jelas pada defek septum atrium dan transposisi arteri besar yang makin
sering dideteksi lebih awal Pediatri, 2000. Makin canggihnya alat ekokardiografi yang dilengkapi dengan Doppler
berwarna, pemeriksaan tersebut dapat mengambil alih sebagian peran pemeriksaan kateterisasi dan angiokardiografi. Hal ini sangat dirasakan
manfaatnya untuk bayi dengan PJB kompleks, yang sukar ditegakkan diagnosisnya hanya berdasarkan pemeriksaan dasar rutin dan sulitnya
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan kateterisasi jantung pada bayi. Ekokardiografi dapat pula dipakai sebagai pemandu pada tindakan septostomi balon transeptal pada transposisi arteri
besar. Di samping lebih murah, ekokardiografi mempunyai keunggulan lainnya yaitu mudah dikerjakan, tidak menyakitkan, akurat dan pasien terhindar dari
pajanan sinar X. Bahkan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas pemeriksaan ekokardiografi, foto toraks sebagai pemeriksaan rutin pun mulai ditinggalkan.
Namun demikian apabila di tangan seorang ahli tidak semua pertanyaan dapat dijawab dengan menggunakan sarana ini, pada keadaan demikian angiografi
radionuklir dapat membantu. Pemeriksaan ini disamping untuk menilai secara akurat fungsi ventrikel kanan dan kiri, juga untuk menilai derasnya pirau kiri ke
kanan. Pemeriksaan ini lebih murah daripada kateterisasi jantung, dan juga kurang traumatis Pediatri, 2000.
Tingginya akurasi pemeriksaan ekokardiografi, membuat pemeriksaan kateterisasi pada tahun 1980 menurun drastik. Sarana diagnostik lain terus
berkembang, misalnya digital substraction angiocardiography, akokardiografi transesofageal, dan ekokardiografi intravascular. Sarana diagnostik utama yang
baru adalah magnetic resonance imaging, dengan dilengkapi modus cine sarana
pemeriksaan ini akan merupakan andalan di masa mendatang Pediatri, 2000. 2.6 Penatalaksanaan
Pada pasien PJB, dapat terjadi berbagai kelainan, baik pada otot jantung, paru, atau keduanya, yang apabila tidak dikoreksi kelainan yang terjadi dapat bersifat
ireversibel. Karena itu, sebaiknya pasien PJB diperiksa secara menyeluruh dan dilakukan penatalaksanaan berupa pembedahan atau operasi pascabedah pada saat
yang tepat. Terdapat 2 unsur yang diharapkan dalam tindakan pembedahan pada kasus PJB, yaitu tindakan bedah dengan risiko mortalitas yang rendah serta
peningkatan harapan hidup layaknya orang normal lainnya. Bedah jantung merupakan bagian integral dalam pelayanan kardiologi anak. Kemajuan bedah
jantung berlangsung sangat pesat dalam 2 dasawarsa terakhir. Perkembangan teknologi dalam mendeteksi kelainan jantung pada bayi baru lahir memudahkan
Universitas Sumatera Utara
dalam aspek pembedahan jantung itu sendiri. Kemajuan teknologi dalam mendeteksi adanya kelainan jantung pada anak telah bergeser hingga ke arah
neonatus Rachmat, 1994.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERATIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian