disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit akad kredit secara tertulis.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini: Perjanjian kredit bank selalu merupakan perjanjian yang bersifat konsensuil,
perjanjian yang bersifat mencantumkan syarat-syarat tangguh atau klausul conditions precedent, yang dimaksud dengan syarat-syarat tangguh atau klausul
conditions precedent adalah fakta atau peristiwa yang harus dipenuhi atau terjadi terlebih dahulu, setelah perjanjian ditandatangani perjanjian kredit oleh bank dan
nasabah debitur, nasabah debitur belum berhak menggunakan atau melakukan penarikan kredit. Atau sebaliknya pula setelah ditandatngani perjanjian kredit oleh
kedua belah pihak, belum menimbulkan kewajiban bagi bank untuk menyediakan kredit sebagaimana diperjanjikan. Hak nasabah debitur untuk dapat menarik kredit
atau kewajiban bank untuk menyediakan kredit, masih tergantung kepada telah dipenuhinya seluruh syarat-syarat tangguh atau conditions precedent yang
ditentukan dalam perjanjian kredit tersebut.
46
Sebagaimana dimaknai dalam bahasa sehari-sehari, kata seimbang evenwicht menunjuk pada pengertian suatu keadaan pembagian beban di kedua
sisi berada dalam keadaan seimbang.
B. Hubungan Bank Dan Nasabah
47
a. Tujuan pertama dari suatu kontrak ialah memaksakan suatu janji dan
melindungi harapan wajar yang muncul darinya. Kontrak memiliki tiga tujuan dasar, sebagaimana digambarkan dibawah ini
secara singkat:
b. Tujuan kedua dari suatu kontrak ialah mencegah pengayaan upaya
memperkaya diri yang dilakukan secara tidak adil atau tidak benar. c.
Tujuan ketiga ialah to prevent certain kinds of harm. d.
Tujuan keempat dari kontrak ialah mencapai keseimbangan antara kepentingan sendiri dan kepentingan terkait dari pihak lawan.
48
46
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, Hal 158
47
Herlien Budiono, Op.Cit, Hal. 304
44
Universitas Sumatera Utara
Bahwa perjanjian adalah suatu proses yang bermula dari suatu janji menuju kesepakatan bebas dari para pihak dan berakhir dengan pencapaian
tujuan yaitu perjanjian yang tercapai dalam semangat atau jiwa keseimbangan. Dalam lingkup suasana hukum Indonesia tujuan dari kontrak yakni tercapainya
kepatutan sosial sociale gezindheid dan suatu keseimbangan selaras kemungkinan eksistensi materil immateriele zijnsmogelijkheid. Perjanjian yang
dari sudut substansi atau maksud dan tujuannya ternyata bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum batal demi hukum nietig dan pada prinsipnya
hal serupa akan berlaku berkenaan dengan perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang.
Asas keseimbangan dilandaskan pada upaya mencapai suatu keadaan seimbang yang sebagai akibat darinya harus munculkan pengalihan kekayaan
secara absah. Tidak terpenuhinya keseimbangan, dalam konteks asas kesimbangan, bukan semata menegaskan fakta dan keadaan, melainkan lebih dari
itu berpengaruh terhadap kekuatan yuridikal perjanjian dimaksud. Dalam tercipta atau terbentuknya perjanjian, ketidakseimbangan bisa muncul sebagai akibat
perilaku para pihak sendiri atupun sebagi konsekwensi dari substansi muatan isi perjanjian atau pelaksanaan perjanjian.
Dalam perjanjian timbal balik kualitas dari prestasi yang diperjanjikan timbal balik ditempatkan dalam konteks penilaian subjektif secara bertimbal balik
akan dijustifikasi oleh tertib hukum. Perjanjian harus segera ditolak, seketika tampak bahwa kedudukan faktual salah satu pihak terhadap pihak lainnya adalah
lebih kuat dan kedudukan tidak seimbang ini dapat mempengaruhi cakupan
48
Ibid, Hal. 309-310
45
Universitas Sumatera Utara
muatan isi maupun maksud dan tujuan perjanjian, Akibat ketidaksetaraan prestasi dalam perjanjian bertimbal balik ialah ketidakseimbangan. Jika kedudukan lebih
kuat tersebut berpengaruh terhadap perhubungan prestasi atau dengan lainnya, dan hal mana mengacaukan keseimbangan dalam perjanjian, hal ini bagi pihak yang
dirugikan akan merupakan alasan untuk mengajukan tuntutan ketidakabsahan perjanjian.
Sepanjang prestasi yang dijanjikan bertimbal balik mengandaikan kesetaraan, maka bila terjadi ketidakseimbangan, perhatian akan diberikan
terhadap kesetaraan yang terkait pada cara bagaimana perjanjian terbentuk, dan tidak pada hasil akhir dari prestasi yang ditawarkan secara timbal balik.
49
Kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt servanda dalam kenyataannya dapat menimbulkan ketidakadilan. Kebebasan berkontrak didasarkan pada
asumsi bahwa para pihak dalam kontrak memiliki posisi tawar bargaining Posisi tawar yang setara mengakibatkan para pihak berada dalam situasi
yang kurang lebih seimbang. Bila keadaannya seimbang, tidak ada seorang pun akan merasa dirugikan. Namun demikian, tentu bisa terjadi situasi abnormal dan
muncul ketidakseimbangan. Hal ini dapat terjadi bila salah satu pihak yang lebih kuat mengambil keuntungan dari situasi yang lebih menguntungkannya. Akan
tetapi situasi ini akan dapat diterima sepanjang tidak menguntungkan salah satu pihak, yang oleh pihak lawan, karena posisi tawar yang rendah, terpaksa diterima.
Situasi demikian merupakan konsekwensi kebebasan yang dapat memuaskan semua pihak sepanjang pihak lawan tidak mengabaikan hak-hak dan peluang-
peluangnya sendiri. Menurut Ridwan Khairandy:
49
Herlien Budiono, Ibid, Hal. 318-319
Universitas Sumatera Utara
position yang seimbang, tetapi dalam kenyataannya para pihak tidak selalu memiliki posisi tawar yang seimbang. Akibatnya, pihak yang
memiliki posisi tawar yang lebih kuat cenderung menguasai pihak yang yang memiliki posisi tawar yang lebih lemah.
50
Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 angka 1: menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lebih lanjut dikemukakan oleh
undang-undang tersebut bahwa fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Pengerahan dana dari masyarakat dan
penyalurannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit merupakan dua fungsi utama bank yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Fungsi pemberian
kredit tidak mungkin ada tanpa ada fungsi pengerahan dana. Berdasarkan kedua fungsi tersebut diatas, yaitu fungsi pengerahan dana
dan fungsi penyaluran dana, maka terlihat adanya 2 dua hubungan hukum antara bank dan nasabah yaitu:
1. Hubungan hukum antara bank dan penyimpan dana; dan
2. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur.
51
Berkaitan dengan kedua hubungan hukum antara bank dan nasabah tersebut di atas, terdapat aspek-aspek hukum yang sampai sekarang di Indonesia
masih menjadi masalah yang harus dipecahkan. Antara lain tetapi yang paling utama, adalah yang menyangkut bentuk dan sifat dari masing-masing hubungan
hukum itu. Yang menyangkut bentuk dari masing-masing hubungan hukum itu,
50
Ridwan Khairandy,Op.cit, Hal. 1-2
51
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, Hal. 127
47
Universitas Sumatera Utara
ketentuan-ketentuan dari lembaga hukum apa yang harus diterapkan untuk menyelesaikan sengketa itu.
Dalam hal ini penulis membatasi hanya membicarakan hubungan hukum antara nasabah debitur dengan bank yang dituangkan dalam perjanjian kredit bank
yang dalam praktek pada umumnya memakai perjanjian standar Standard contract atau perjanjian baku.
C. Bank Dan Perjanjian Kredit.