KOHESI SOSIAL HASIL DAN PEMBAHASAN

66 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Dengan demikian antara 50 sampai 60 persen kondisi rumah keluarga di Indonesia berdasarkan kondisi lantai rumah dan kondisi atap rumahnya masuk dalam kategori sejahtera. Sedangkan keluarga dengan kondisi lantai rumah dan atap rumah dalam kategori deprivasi yakni secara obyektif maupun subyektif kondisinya buruk, berada diantara 5 sampai 17 persen.

C. KOHESI SOSIAL

Kohesi sosial keluarga Indonesia dilihat dari tiga parameter yaitu pendidikan, perlindungan sosial dan modal sosial.

1. Pendidikan

Fokus utama pendidikan keluarga disini adalah pada pemenuhan anggota keluarga terhadap hak-hak pendidikan berdasarkan umur dan alasan tidak mendapatkan hak pendidikan. Keterpenuhan hak pendidikan secara subyektif juga ditanyakan pada keluarga. Gambar 4.24. Pemenuhan Kebutuhan Biaya Pendidikan secara Nasional Persentase keluarga secara nasional, dengan kategori mampu memenuhi kebutuhan biaya pendidikan sebesar 65 persen dan tidak mampu memenuhi kebutuhan biaya pendidikan, sebesar 34.30 persen; sebagai perjumlahan persentase pemenuhan biaya pendidikan sangat tidak terpenuhi, tidak terpenuhi dan kurang terpenuhi. 67 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.23: Prosentase Pemenuhan Kebutuhan Biaya Pendidikan berdasarkan Provinsi. PROVINSI Sangat tidak terpenuhi Tidak terpenuhi Kurang terpenuhi Terpenuhi Sangat terpenuhi SUMATERA UTARA 2.5 6.5 27.7 62.7 .6 RIAU 2.2 3.2 21.4 72.8 .4 LAMPUNG 3.0 5.9 35.5 54.6 1.0 JAWA BARAT 1.0 5.5 32.6 60.1 .8 JAWA TIMUR 1.0 2.5 18.5 77.0 1.0 BALI 1.5 5.4 34.2 58.4 .5 NUSA TENGGARA BARAT 1.0 7.3 33.5 57.9 .2 KALIMANTAN BARAT 3.3 8.1 27.9 59.7 1.1 KALIMANTAN TIMUR .7 2.1 20.0 75.7 1.5 SULAWESI SELATAN .7 4.7 26.8 66.8 1.0 SULAWESI BARAT 1.3 10.0 25.8 62.2 .7 PAPUA BARAT 1.8 2.8 21.7 72.8 .9 INDONESIA

I.5 5.3

27.5 65.0

0.8 Dalam tabel 4.23 menunjukkan prosentase pemenuhan biaya pendidikan, secara nasional sebesar 64,97 atau 65 persen menyatakan terpenuhi kebutuhan biaya pendidikan. Terutama pada Provinsi Jawa Timur, sebesar 77,0 persen dan provinsi Kalimantan Timur sebesar 75,7 persen. Sedangkan kategori jawaban kurang terpenuhi biaya pendidikan, ditemukan di provinsi Lampung sebesar 35,51 persen sebagai provinsi yang paling tinggi persentase keluarga yang kurang terpenuhi kebutuhan biaya pendidikan bagi keluarganya. Terdapat beberapa alasan anggota keluarga tidak terpenuhi kebutuhan biaya pendidikan. Berikut alasan anggota keluarga berdasarkan rentang usia kronologis maupun usia wajib belajar dan buta aksara. Tabel berikut menunjukkan prosentase alasan utama anggota keluarga dalam rentang usia 3-6 tahun tidak masuk pendidikan informal seperti Taman Anak Sejahtera, Taman Penitipan Anak, Raudhatul Athfal, Taman Kanak-kanak, PAUD, Kelompok bermain. Alasan karena tidak ada biaya adalah jawaban yang paling banyak diberikan yakni sebesar 48,51 persen N=6644242. Provinsi Papua Barat sebesar 74,19 persen dan Jawa Barat sebesar 69,89 persen adalah provinsi yang memberikan jawaban terbanyak pada alasan tidak ada biaya. Untuk jawaban karena lokasi jauh banyak dijawab oleh responden di provinsi Sulawesi Barat sebear 68 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 26,67. Provinsi Lampung adalah provinsi yang terbanyak memberikan alasan karena disabilitas sebesar 5 persen. Alasan merasa tidak perlu masuk pedidikan informal, paling banyak dikemukakan di provinsi Riau sebesar 61.11 persen dan provinsi Jawa Timur sebesar 55,68 persen, dan tidak ada fasilitas, banyak disampaikan dari provinsi Kalimantan Barat sebesar 18,92 persen. Tabel 4.24 : Alasan Anggota Keluarga Usia 3-6 tahun tidak masuk pendidikan informal PROVINSI Tidak ada biaya Lokasi jauh Disabilitas Merasa tidak perlu Fasilitas tidak ada SUMATERA UTARA 40.82 8.16 0.68 34.69 15.65 RIAU 31.48 3.70 0.00 61.11 3.70 LAMPUNG 37.50 18.75 5.00 32.50 6.25 JAWA BARAT 69.89 7.73 1.38 19.34 1.66 JAWA TIMUR 25.00 13.64 1.14 55.68 4.55 BALI 33.33 16.67 0.00 50.00 0.00 NUSA TENGGARA BARAT 33.98 13.59 2.91 40.78 8.74 KALIMANTAN BARAT 45.95 10.81 0.00 24.32 18.92 KALIMANTAN TIMUR 45.38 5.38 0.00 46.15 3.08 SULAWESI SELATAN 39.81 8.33 0.93 44.44 6.48 SULAWESI BARAT 16.67 26.67 1.67 41.67 13.33 PAPUA BARAT 74.19 3.23 1.08 6.45 15.05 INDONESIA

48.51 9.76

1.27 32.79

7.68 Secara nasional dapat digambarkan bahwa alasan anggota keluarga usia 3-6 tahun tidak masuk pendidikan informal, lebih banyak karena tidak ada biaya, disusul dengan alasan bahwa pendidikan informal untuk usia tersebut tidak perlu diberikan, masing masing sebesar 48,52 persen dan 32,79 persen. Sementara untuk alasan lokasi pendidikan informal jauh dan fasilitas sekolah tidak ada dikemukakan oleh keluarga dengan persentase masing-masing sebesar 9,76 persen dan 7,68 persen. Untuk alasan disabilitas, meski jumlah persentasenya sebesar 1,27 persen namun tetap perlu menjadi perhatian. Berikut gambar alasan anggota keluarga usia 3-6 tahun tidak masuk ke pendidikan informal. 69 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Gambar 4.23. Alasan Anggota Keluarga Usia 3-6 tahun tidak masuk pendidikan informal Alasan anggota keluarga dengan usia wajib belajar tidak bersekolah sebagaimana pada tabel 4.25 Data tersebut menunjukkan prosentase alasan utama anggota keluarga usia wajib belajar yang tidak bersekolah. Secara nasional alasannya adalah karena tidak ada biaya sebagai jawaban yang paling banyak diberikan yaitu sebesar 54.12 persen N=1920988. Berdasarkan provinsi diperoleh gambaran bahwa provinsi Riau sebesar 72,73 persen dan Provinsi Kalimantan Barat sebesar 72,97 persen sebagai provinsi yang terbanyak memberikan jawaban alasan tidak ada biaya. Alasan kedua secara nasional adalah merasa pendidikan cukup sebesar 12,89 persen dan menariknya adalah pada anggota keluarga wajib belajar namun mereka bekerja yakni sebesar 10,82 persen dan alasan disabilitas sebesar 6,96 persen serta alasan menikah sebesar 1,55 persen. 70 Surv ei K esejaht eraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.25 : Alasan anggota Keluarga usia wajib belajar tidak bersekolah PROVINSI Tidak ada biaya Bekerja Menikah Membantu orang tua Merasa pendidikan cukup Lokasi sekolah jauh Disabilitas Kursus ketrampilan SUMATERA UTARA 50.00 14.29 0.00 14.29 0.00 14.29 7.14 0.00 RIAU 72.73 4.55 0.00 0.00 13.64 4.55 4.55 0.00 LAMPUNG 54.17 8.33 0.00 4.17 12.50 4.17 16.67 0.00 JAWA BARAT 44.36 12.78 2.26 10.53 25.56 1.50 3.01 0.00 JAWA TIMUR 50.00 31.82 0.00 4.55 0.00 0.00 13.64 0.00 BALI 33.33 0.00 0.00 33.33 0.00 33.33 0.00 0.00 NUSA TENGGARA BARAT 60.71 10.71 3.57 3.57 3.57 7.14 7.14 3.57 KALIMANTAN BARAT 72.97 4.05 1.35 5.41 5.41 6.76 4.05 0.00 KALIMANTAN TIMUR 37.50 25.00 0.00 6.25 6.25 6.25 18.75 0.00 SULAWESI SELATAN 51.52 0.00 3.03 9.09 9.09 15.15 12.12 0.00 SULAWESI BARAT 50.00 20.00 0.00 0.00 0.00 20.00 10.00 0.00 PAPUA BARAT 44.44 11.11 0.00 11.11 11.11 11.11 11.11 0.00 INDONESIA 54.12 10.82 1.55 7.47 12.89 5.93 6.96 0.26 71 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Gambar 4.24. Alasan anggota keluarga usia wajib belajar tidak bersekolah Berdasarkan alasan anggota keluarga usia wajib belajar tidak bersekolah secara nasional menunjukkan bahwa tidak adanya biaya menjadi alasan keluarga tidak menyekolahkan anak mereka. Sementara untuk alasan bekerja, membantu orang tua serta disabilitas masing masing sebesar 10,85 persen, 7,47 persen dan disabilitas sebesar 6,96 persen kondisi ini selayaknya menjadi perhatian bersama, karena seharusnya mereka masuk ke pendidikan formal, namun mereka bekerja, membantu orang tua dan alasan disabilitas menjadikan hak mereka terhadap pendidikan tidak terpenuhi. Pada tabel 4.26 berikut menunjukkan prosentase alasan utama anggota Keluarga usia 16-21 tidak bersekolah. Secara nasional alasan tidak ada biaya adalah jawaban yang paling banyak yaitu sebesar 47,77 persen N=3091478. Provinsi Lampung 63,81 persen dan Nusa Tenggara Barat 63,75 persen adalah provinsi yang memberikan jawaban terbanyak pada alasan tidak ada biaya. Alasan kedua secara nasional adalah bekerja sebesar 20,50 persen dan merasa pendidikan cukup sebesar 11,41 persen, Alasan karena Disabilitas jumlahnya juga cukup tinggi yaitu sebanyak 2,60 persen sehingga perlu perhatian pemerintah untuk menyediakan aksesibilitas bagi mereka. 72 Surv ei K esejaht eraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.26 : Alasan anggota Keluarga usia 16-21 tahun tidak bersekolah PROVINSI Tidak ada biaya Bekerja Menikah Membantu orang tua Merasa pendidikan cukup Lokasi sekolah jauh Disabilitas Kursus ketrampilan SUMATERA UTARA 44.66 27.18 2.91 8.74 12.62 0.97 2.91 0.00 RIAU 46.81 12.77 0.00 19.15 12.77 4.26 4.26 0.00 LAMPUNG 63.81 16.19 0.95 8.57 4.76 1.90 3.81 0.00 JAWA BARAT 50.49 19.09 9.71 8.74 9.06 1.29 1.29 0.32 JAWA TIMUR 35.14 29.73 2.70 11.71 17.12 0.00 3.60 0.00 BALI 0.00 66.67 33.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 NUSA TENGGARA BARAT 63.75 10.00 8.75 6.25 6.25 2.50 2.50 0.00 KALIMANTAN BARAT 47.44 22.44 5.13 5.13 15.38 3.85 0.64 0.00 KALIMANTAN TIMUR 25.64 41.03 2.56 5.13 12.82 2.56 10.26 0.00 SULAWESI SELATAN 38.10 17.86 7.14 13.10 19.05 3.57 1.19 0.00 SULAWESI BARAT 62.50 4.17 4.17 8.33 4.17 4.17 8.33 4.17 PAPUA BARAT 17.65 5.88 23.53 29.41 5.88 11.76 5.88 0.00 INDONESIA 47.77 20.50 6.03 9.28 11.41 2.23 2.60 0.19 73 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Gambar 4.25. Alasan anggota keluarga usia 16-21 tahun tidak bersekolah Pemenuhan kebutuhan pendidikan, setidaknya dapat memberi gambaran tentang kemampan baca tulis dari anggota keluarga. Berikut alasan anggota keluarga lebih dari usia 21 tahun tidak bisa baca tulis. Tabel 4.27 : Alasan anggota keluarga 21 tahun tidak bisa baca tulis. PROVINSI Malu belajar Merasa tidak perlu Tidak ada fasilitas Sibuk bekerja Disabilitas SUMATERA UTARA 3.57 14.29 21.43 50.00 10.71 RIAU 25.00 20.83 29.17 16.67 8.33 LAMPUNG 21.15 34.62 5.77 19.23 19.23 JAWA BARAT 16.30 22.22 22.22 34.81 4.44 JAWA TIMUR 21.43 32.14 28.57 8.57 9.29 BALI 17.65 58.82 11.76 5.88 5.88 NUSA TENGGARA BARAT 8.71 36.51 33.61 18.67 2.49 KALIMANTAN BARAT 9.45 40.94 29.92 12.60 7.09 KALIMANTAN TIMUR 16.22 35.14 24.32 18.92 5.41 SULAWESI SELATAN 9.48 37.07 31.90 16.38 5.17 SULAWESI BARAT 0.00 12.50 37.50 43.75 6.25 PAPUA BARAT 10.00 20.00 50.00 10.00 10.00 INDONESIA 12.59 31.91 27.85 21.01 6.64 74 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.27 menunjukkan prosentase alasan utama anggota keluarga 21 tahun tidak bisa baca tulis. Secara nasional alasan merasa tidak perlu adalah jawaban yang paling banyak diberikan oleh 31,91 persen N=4995559. Provinsi Bali sebesar 58,82 persen dan provinsi Kalimantan Barat sebesar 40,94 persen. Alasan kedua secara nasional anggota keluarga tidak bisa baca tulis karena tidak ada fasilitas sebesar 27,85 persen dan sibuk bekerja sebesar 21,01 persen. Sementara Alasan karena disabilitas jumlahnya sebesar 6,64 persen. Kondisi ini, selayaknya mendapatkan perhatian pemerintah untuk menyediakan aksesibilitas pendidikan bagi anggota keluarga yang mengalami disabilitas dan pada mereka yang berusia antara 16-21 tahun yang tidak bisa baca tulis. Berikut gambaran alasan anggota keluarga usia 16-21 tahun tidak bisa baca tulis. Gambar 4.26 . alasan anggota keluarga usia 16-21 tahun tidak bisa baca tulis.

2. Perlindungan Sosial

Program perlindungan sosial, diukur melalui kepemilikan Kartu Perlindungan Sosial KPS, meliputi kartu BPJS, BPJS Naker, Kartu Indonesia Sehat PBI, Kartu Indonesia Pintar KIP, Asuransi Usia Lanjut ASLUT, Asuransi Sosial Orang Dengan Kecacatan ASODK. Berikut tabel kepemilikian Kartu Perlindungan Sosial : Dalam tabel 4.28. menunjukkan prosentase kepemilikan kartu perlindungan sosial secara nasional ada 21,68 persen yang menyatakan memiliki kartu BPJS Kesehatan MandiriPegawai dan KIS-PBI sebesar 13,83 persen. Provinsi Papua Barat menyatakan alasan yang sama sebesar 35 persen. Kepemilikian kartu KIS PBI di provinsi Sulawesi 75 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Selatan sebesar 21 persen sebagai jumlah paling tinggi diantara 12 provinsi survei. Kepemilikan KIP, kartu ASLUT dan kartu ASODK merata di 12 provinsi lokasi survei. Tabel 4.28 : Kepemilikan Kartu Perlindungan Sosial . Provinsi BPJS BPJS Naker KIS-PBI KIP ASLUT ASODK SUMATERA UTARA 26.93 5.17 12.06 0.33 0.07 0.13 RIAU 33.91 5.53 1.21 0.17 0.17 0.17 LAMPUNG 12.82 2.31 15.97 0.53 0.21 0.00 JAWA BARAT 17.57 7.43 13.49 0.39 0.26 0.20 JAWA TIMUR 23.69 4.77 15.12 0.52 0.34 0.26 BALI 34.53 6.73 0.45 0.45 0.90 0.45 NUSA TENGGARA BARAT 17.63 2.61 17.39 0.48 0.05 0.05 KALIMANTAN BARAT 24.15 2.76 5.84 0.24 0.00 0.08 KALIMANTAN TIMUR 17.86 6.44 20.17 0.24 0.12 0.12 SULAWESI SELATAN 22.62 4.73 21.00 0.44 0.11 0.11 SULAWESI BARAT 22.59 7.83 7.32 0.25 0.00 0.00 PAPUA BARAT 35.00 6.16 0.73 0.00 1.09 0.00 INDONESIA

21.68 5.03

13.83 0.39

0.00 0.14

Selain memiliki kartu perlindungan sosial, untuk mendapatkan akses terhadap berbagai program perlindungan sosial yang ada. Terdapat akses terhadap berbagai program perlindungan sosial, seperti program Usaha Ekonomi produktif UEP, selain peserta pada berbagai program lainnya, seperti PKH, Askesos, Rasta, BLSM, BSPS, Rutilahu dan PPFM. Dalam hal ini akan diulas tentang alasan keluarga tidak mengikuti program-program dimaksud. Berdasarkan data nasional, menunjukkan prosentase alasan keluarga tidak ikut UEP, sebagian besar atau sebesar 66,75 persen menyatakan tidak tahu tentang UEP. Sebagaimana diperoleh data di Provinsi Lampung sebesar 84,10 persen menyatakan alasan tidak mengetahui tentang UEP. Kemudian di Provinsi Sulawesi Barat menyatakan alasan tidak terdata sebesar 25,20 persen. Sedangkan di provinsi Kalimantan Timur yang menyatakan alasan tidak ikut UEP karena sebagai Pegawai Negeri Sipil atau pegawai tetap yakni sebesar 12,04 persen. Sementara di Provinsi Riau, Kalimantan Timur, Jawa Timur menyatakan alasan mereka tidak ikut menjadi peserta program UEP karena sudah mampu dengan presentase pada masing masing provinsi berada di kisaran 12 persen. Demikian halnya keluarga yang menyatakan tidak terdata disampaikan oleh keluarga sebesar 13,01 persen. 76 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.29 : Prosentase Alasan tidak ikut UEP PROVINSI Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 6.85 9.01 12.70 0.74 2.89 67.81 RIAU 12.76 4.31 6.38 0.17 5.00 71.38 LAMPUNG 2.63 7.13 4.93 0.00 1.21 84.10 JAWA BARAT 7.84 9.07 11.91 0.24 2.02 68.93 JAWA TIMUR 12.23 6.25 10.62 0.31 1.49 69.11 BALI 3.27 10.28 3.74 0.00 2.80 79.91 NUSA TENGGARA BARAT 5.68 9.56 14.50 0.00 3.09 67.17 KALIMANTAN BARAT 7.44 9.19 5.08 0.09 3.68 74.52 KALIMANTAN TIMUR 12.04 12.04 22.31 0.12 5.55 47.93 SULAWESI SELATAN 9.33 11.86 22.77 0.39 4.55 51.10 SULAWESI BARAT 2.39 8.22 25.20 0.27 4.77 59.15 PAPUA BARAT 2.27 11.74 9.09 0.38 0.76 75.76 INDONESIA

8.12 8.94

13.01 0.25

2.93 66.75

Berikut adalah tabel kepesertaan keluarga terhadap program perlindungan sosial beserta alasan tidak ikut program dimaksud. Tabel 4.30 : Anggota Menjadi Peserta Program Perlindungan Sosial 1 Provinsi Peserta PKH peserta ASKESOS Peserta Rasta Peserta BLSM Peserta BSPS Peserta RUTILAHU Peserta PPFM SUMATERA UTARA 6.05 1.04 42.85 24.04 0.46 0.72 0.65 RIAU 4.63 1.65 39.50 19.01 0.17 1.98 3.97 LAMPUNG 6.62 4.72 70.24 29.44 0.53 0.95 0.84 JAWA BARAT 5.87 3.84 60.59 24.59 0.82 1.63 0.85 JAWA TIMUR 4.20 1.54 56.40 23.61 0.69 0.99 0.51 BALI 0.45 0.89 18.30 7.14 0.45 1.79 0.45 NUSA TENGGARA BARAT 5.19 3.01 72.07 28.26 1.35 2.75 0.92 KALIMANTAN BARAT 1.63 0.81 39.46 13.52 0.41 0.73 0.90 KALIMANTAN TIMUR 2.52 0.57 29.63 17.39 0.46 1.15 0.92 SULAWESI SELATAN 3.36 1.49 34.65 16.13 0.61 0.72 0.83 SULAWESI BARAT 1.78 2.04 44.25 10.77 0.26 2.57 0.51 PAPUA BARAT 0.00 3.16 80.89 54.30 8.65 8.68 1.75 INDONESIA 4.41

2.25 52.04

22.55 0.83

1.50 0.92

77 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Dalam tabel 4.30 menunjukkan prosentase program perlindungan sosial 1. Secara nasional ada 52,04 persen yang menjadi peserta Beras Sejahtera Rasta dan 22,55 persen yang menyatakan menjadi peserta Bantuan Bantuan Langsung Sosial Masyarakat BLSM. Provinsi Papua Barat menjadi provinsi yang cukup tinggi menjadi peserta program perlindungan sosial, yaitu peserta Rasta sebesar 80,89 persen, peserta BLSM sebesar 54,30 persen, peserta BSPS sebesar 8,65 persen dan sebagai peserta Rutilahu sebesar 8,68 persen. Prosentase menjadi peserta program peserta PKH sebesar 6,62 persen dan peserta askesos sebesar 4,72 di provinsi lampung yang cukup menonjol diantara 12 provinsi lokasi survei. Berikut akan dipaparkan tentang alasan keluarga tidak menjadi peserta program perlindungan sosial. Tabel 4.31 : Prosentase Alasan Tidak Ikut PKH Provinsi Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 7.82 9.74 21.75 0.85 3.84 56.01 RIAU 11.28 4.34 13.19 0.17 3.99 67.01 LAMPUNG 3.48 7.20 29.85 0.12 2.44 56.91 JAWA BARAT 9.53 6.77 19.68 0.37 3.71 59.95 JAWA TIMUR 13.30 6.15 15.66 0.36 2.00 62.52 BALI 5.61 10.28 9.35 0.00 3.27 71.50 NUSA TENGGARA BARAT 6.03 8.76 29.76 0.06 4.99 50.41 KALIMANTAN BARAT 7.93 10.02 8.19 0.09 4.18 69.60 KALIMANTAN TIMUR 12.17 12.29 25.90 0.12 6.02 43.49 SULAWESI SELATAN 9.53 12.24 24.65 0.46 4.62 48.50 SULAWESI BARAT 2.68 8.31 29.76 0.27 5.63 53.35 PAPUA BARAT 2.21 11.07 12.55 0.37 1.11 72.69 INDONESIA

8.86 8.58

20.87 0.32

3.83 57.54

Dalam tabel 4.31 menunjukkan prosentase alasan tidak ikut PKH, dimana secara nasional responden memberikan alasan tidak ikut program PKH karena tidak tahu sebesar 57,54 persen dan tidak terdata dinyatakan oleh 20,87 persen keluarga. Sama dengan alasan yang dikemukakan oleh keluarga yang berada di provinsi Lampung sebesar 29,85 persen dan provinsi Sulawesi Barat sebesar 29,76 persen. Keluarga yang menjawab alasan tidak ikut program PKH karena tidak tahu cukup besar dan menyebar merata. Seperti misalnya provinsi Papua Barat sebesar 72,69 persen, Kalimantan Barat 69,60 persen, Riau sebesar 67, 01 persen dan Jawa Timur sebesar 62,52 persen 78 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.32 : Alasan Tidak Ikut ASKESOS Provinsi Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 6.22 9.60 15.75 0.88 3.31 64.23 RIAU 10.94 4.21 9.60 0.17 5.72 69.36 LAMPUNG 2.75 6.98 9.04 0.00 2.17 79.06 JAWA BARAT 9.96 6.73 14.07 0.32 2.81 66.12 JAWA TIMUR 12.33 6.05 13.21 0.40 1.72 66.28 BALI 4.69 9.39 8.45 0.00 2.82 74.65 NUSA TENGGARA BARAT 6.44 9.23 22.85 0.00 4.33 57.15 KALIMANTAN BARAT 7.08 9.79 6.29 0.17 4.55 72.12 KALIMANTAN TIMUR 11.28 12.10 23.03 0.12 5.64 47.83 SULAWESI SELATAN 9.11 11.82 24.32 0.34 4.58 49.83 SULAWESI BARAT 2.70 8.36 26.42 0.27 5.12 57.14 PAPUA BARAT 2.29 11.83 11.83 0.38 0.76 72.90 INDONESIA 8.46

8.49 16.05

0.30 3.50

63.20 Tabel 4.32 menunjukkan prosentase alasan tidak ikut ASKESOS, secara nasional alasan tidak tahu adalah jawaban yang paling banyak dinyatakan oleh 63,20 persen keluarga N=71418175. Provinsi Bali sebesar 74,65 persen dan Papua Barat sebesar 72,90 adalah provinsi yang memberikan jawaban terbanyak pada alasan tidak tahu. Alasan kedua secara nasional adalah tidak terdata sebesar 16,05 persen. Alasan lain tidak menerima ASKESOS adalah karena PNS atau pegawai tetap sebanyak 8,49 persen dan keluarga mampu sebanyak 8,48 persen. Sementara alasan tidak menjadi peserta Rasta, secara nasional menyatakan tidak tahu sebagai jawaban yang paling banyak diberikan 37,94 persen N=34825334. Di Provinsi Bali sebesar 62,50 persen dan Sulawesi Barat sebesar 58,02 sebagai provinsi yang memberikan alasan tidak tahu terhadap program Rasta. Alasan kedua secara nasional adalah tidak terdata sebesar 21,05 persen. Sementara alasan lain tidak menerima RASTA adalah karena keluarga mampu sebanyak 20,44 persen dan karena karena PNS atau pegawai tetap sebanyak 14,74 persen. 79 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.33 : Prosentase Alasan Tidak Ikut RASTA Provinsi Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 16.98 13.49 26.51 1.16 5.12 36.74 RIAU 28.42 6.56 30.33 0.27 3.83 30.60 LAMPUNG 14.23 10.11 32.96 0.37 5.62 36.70 JAWA BARAT 27.82 13.24 19.95 0.36 4.65 33.99 JAWA TIMUR 29.00 11.42 15.89 0.99 2.78 39.92 BALI 10.80 12.50 10.23 0.00 3.98 62.50 NUSA TENGGARA BARAT 20.32 26.16 13.68 0.00 3.22 36.62 KALIMANTAN BARAT 14.51 15.35 14.08 0.56 7.61 47.89 KALIMANTAN TIMUR 20.74 16.05 28.76 0.17 8.03 26.25 SULAWESI SELATAN 15.71 17.85 22.12 0.60 6.40 37.32 SULAWESI BARAT 4.72 10.38 19.81 0.47 6.60 58.02 PAPUA BARAT 11.54 36.54 23.08 0.00 5.77 23.08 INDONESIA 20.44

14.74 21.05

0.55 5.26

37.94 Untuk alasan tidak menjadi peserta program BLSM, dapat dilihat dari tabel berikut: Secara nasional alasan tidak tahu adalah jawaban yang paling banyak diberikan yaitu sebesar 43,73 persen N=56634489. Provinsi Bali 65,50 dan Sulawesi Barat 54,73 adalah provinsi yang memberikan jawaban terbanyak pada alasan tidak tahu. Alasan kedua secara nasional adalah keluarga mampu sebanyak 13,35. Alasan lain tidak menjadi peserta BLSM karena tidak terdata sebanyak 26,07 persen dan karena PNS atau pegawai tetap sebanyak 10,73 persen. 80 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Berikut tabel alasan tidak ikut sebagai peserta BLSM: Tabel 4.34 : Alasan Tidak Ikut BLSM Provinsi Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 12.87 11.64 25.40 0.97 6.00 43.12 RIAU 21.43 5.10 32.04 0.20 5.10 36.12 LAMPUNG 6.13 9.05 38.19 0.15 5.98 40.49 JAWA BARAT 15.02 9.97 29.50 0.27 5.23 40.01 JAWA TIMUR 18.57 7.50 23.23 0.51 2.61 47.59 BALI 10.00 11.00 10.00 0.00 3.50 65.50 NUSA TENGGARA BARAT 9.00 11.82 23.04 0.08 5.64 50.42 KALIMANTAN BARAT 11.50 11.30 17.80 0.20 10.10 49.10 KALIMANTAN TIMUR 17.45 15.04 31.06 0.28 7.80 28.37 SULAWESI SELATAN 12.10 13.96 24.93 0.47 6.65 41.89 SULAWESI BARAT 2.96 8.58 27.81 0.30 5.62 54.73 PAPUA BARAT 6.30 19.69 29.13 0.79 5.51 38.58 INDONESIA

13.35 10.74

26.07 0.37

5.74 43.73

Alasan tidak ikut menjadi peserta BSPS, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.35 : Alasan Tidak Ikut BSPS Provinsi Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 6.65 9.13 13.50 0.81 3.49 66.42 RIAU 14.40 4.14 9.77 0.17 5.30 66.23 LAMPUNG 2.62 7.42 6.22 0.00 1.42 82.31 JAWA BARAT 8.02 8.80 12.78 0.20 2.24 67.95 JAWA TIMUR 12.27 6.13 10.91 0.31 1.71 68.67 BALI 3.74 9.81 4.67 0.00 2.80 78.97 NUSA TENGGARA BARAT 5.62 9.26 16.25 0.06 4.02 64.79 KALIMANTAN BARAT 7.23 9.23 6.62 0.09 4.36 72.47 KALIMANTAN TIMUR 11.87 12.34 22.33 0.12 5.05 48.30 SULAWESI SELATAN 9.15 11.73 22.67 0.34 4.55 51.57 SULAWESI BARAT 2.65 8.75 23.61 0.27 4.77 59.95 PAPUA BARAT 3.24 13.36 13.77 0.40 2.02 67.21 INDONESIA 8.19

8.88 13.91

0.25 3.26

65.51 81 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.35 menunjukkan prosentase alasan tidak ikut Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial BSPS.Secara nasional alasan tidak tahu adalah jawaban yang paling banyak diberikan yaitu 65,51 persen N=72616317. Provinsi Lampung sebesar 82,31 persen dan Kalimantan Barat sebesar 72,47 persen sebagai provinsi yang memberikan jawaban terbanyak pada alasan tidak tahu. Alasan kedua secara nasional adalah tidak terdata sebesar 13,91 persen. Alasan lain tidak menerima BSPS adalah karena PNS atau pegawai tetap sebanyak 8,88 persen dan karena keluarga mampu sebanyak 8,19 persen. Berikut alasan keluarga tidak ikut program Rutilahu Tabel 4.36 Alasan Tidak Ikut RUTILAHU Provinsi Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 7.54 9.02 14.06 0.74 3.57 65.07 RIAU 14.67 4.05 10.96 0.17 5.73 64.42 LAMPUNG 3.96 7.37 7.92 0.00 1.54 79.21 JAWA BARAT 9.46 8.94 13.90 0.21 2.48 65.02 JAWA TIMUR 12.87 6.28 11.37 0.26 1.76 67.46 BALI 5.69 9.95 4.27 0.00 2.84 77.25 NUSA TENGGARA BARAT 6.08 9.52 16.06 0.06 4.01 64.28 KALIMANTAN BARAT 7.97 9.46 7.18 0.09 4.47 70.84 KALIMANTAN TIMUR 12.54 12.19 23.43 0.12 5.44 46.27 SULAWESI SELATAN 9.38 11.79 22.85 0.34 4.44 51.21 SULAWESI BARAT 2.72 7.88 26.09 0.27 4.89 58.15 PAPUA BARAT 4.05 12.15 18.62 0.40 1.62 63.16 INDONESIA 8.99 8.92 14.66 0.24 3.36 63.82 Data pada tabel 4.36 di atas menunjukkan prosentase secara nasional alasan tidak ikut program RUTILAHU, adalah tidak tahu sebesar 63,82 persen. Dari data secara nasional tersebut maka responden menyatakan tidak tahu sehingga tidak ikut program RUTILAHU di Provinsi Lampung sebesar 79,21 persen dan provinsi Bali sebesar 77,25 persen. Data juga menunjukkan bahwa ketidakikutan responden dalam program RUTILAHU di Provinsi Sulawesi Barat karena tidak terdata sebesar 26,09 persen, Selain itu responden di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 12,19 persen menyatakan karena mereka adalah PNS atau pegawai tetap. Responden di Riau sebesar 14,67 persen memberikan alasana karena mereka adalah keluarga mampu sehingga tidak memerlukan mengikuti program RUTILAHU. 82 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.37 : Alasan Tidak Ikut KUBE UEP Provinsi Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 6.85 9.01 12.70 0.74 2.89 67.81 RIAU 12.76 4.31 6.38 0.17 5.00 71.38 LAMPUNG 2.63 7.13 4.93 0.00 1.21 84.10 JAWA BARAT 7.84 9.07 11.91 0.24 2.02 68.93 JAWA TIMUR 12.23 6.25 10.62 0.31 1.49 69.11 BALI 3.27 10.28 3.74 0.00 2.80 79.91 NUSA TENGGARA BARAT 5.68 9.56 14.50 0.00 3.09 67.17 KALIMANTAN BARAT 7.44 9.19 5.08 0.09 3.68 74.52 KALIMANTAN TIMUR 12.04 12.04 22.31 0.12 5.55 47.93 SULAWESI SELATAN 9.33 11.86 22.77 0.39 4.55 51.10 SULAWESI BARAT 2.39 8.22 25.20 0.27 4.77 59.15 PAPUA BARAT 2.27 11.74 9.09 0.38 0.76 75.76 INDONESIA

8.12 8.94

13.01 0.25

2.93 66.75

Data pada tabel 4.37, menunjukkan prosentase secara nasional alasan tidak ikut program KUBE UEP, adalah tidak tahu sebesar 66,75 persen. Dari data secara nasional tersebut maka responden menyatakan tidak tahu sehingga tidak ikut program KUBE UEP di Provinsi Lampung sebesar 84,10 persen dan provinsi Bali sebesar 79,91 persen. Data juga menunjukkan bahwa ketidakikutan responden dalam program KUBE UEP di Provinsi Sulawesi Barat karena tidak terdata sebesar 25,20 persen, Selain itu responden di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 12,04 persen menyatakan karena mereka adalah PNS atau pegawai tetap. Responden di Riau sebesar 12,76 persen memberikan alasana karena mereka adalah keluarga mampu sehingga tidak memerlukan mengikuti program KUBE UEP. Berikut data tentang keluarga yang mengikuti program perlindungan sosial lain seperti Rehabilitasi Sosial Panti, Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat, Keserasian Sosial dan Kampung Siaga Bencana. Data pada tabel 4.38 menunjukkan prosentase secara nasional peserta program perlindungan sosial, di provinsi tertentu yang paling rendah mengikuti program kampung siaga bencana seperti di Provinsi Lampung 0,21, Kalimantan Barat 0,11. Di Provinsi Lampung terdeteksi, tidak mengikuti program Keserasian Sosial. Demikian pula dengan responden 83 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 di provinsi Bali, terdeteksi tidak mengikuti program keserasian sosial, rehabilitasi sosial berbasis masyarakat dan rehabilitasi sosial berbasis panti. Tabel 4.38 : Anggota Menjadi Peserta Program Perlindungan Sosial 2 PROVINSI RS Panti RSBM Keserasian Sosial Kampung Siaga Bencana SUMATERA UTARA 0.13 0.20 0.26 0.46 RIAU 0.17 0.33 0.50 0.33 LAMPUNG 0.32 0.11 0.00 0.21 JAWA BARAT 0.46 0.29 0.29 0.95 JAWA TIMUR 0.17 0.21 0.09 0.26 BALI 0.00 0.00 0.00 0.45 NUSA TENGGARA BARAT 0.32 0.32 0.59 0.38 KALIMANTAN BARAT 0.24 0.24 0.33 0.33 KALIMANTAN TIMUR 0.11 0.11 0.11 0.11 SULAWESI SELATAN 0.33 0.33 0.27 0.33 SULAWESI BARAT 0.51 0.26 0.26 0.26 PAPUA BARAT 0.70 0.00 0.35 1.05 INDONESIA

0.29 0.24

0.22 0.45

Beberapa alasan yang dikemukakan oleh responden tidak mengikuti beberapa program perlindungan sosial, selain sudah mampu dan menjadi PNS, juga karena tidak terdata, baru pindah, merasa tidak diperhatikan dan alasan tidak tahu. Tabel 4.39 : Alasan Tidak Ikut Program Rehabilitasi Sosial PROVINSI Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 5.58 7.73 9.74 0.67 2.02 74.26 RIAU 11.30 3.99 4.32 0.17 2.16 78.07 LAMPUNG 1.85 6.98 3.27 0.00 0.76 87.13 JAWA BARAT 6.32 8.50 8.19 0.17 1.05 75.76 JAWA TIMUR 8.41 6.01 8.58 0.26 1.35 75.39 BALI 2.33 8.84 3.72 0.00 2.79 82.33 NUSA TENGGARA BARAT 5.14 9.32 11.78 0.00 2.12 71.64 KALIMANTAN BARAT 5.77 8.83 4.28 0.09 2.80 78.23 KALIMANTAN TIMUR 8.30 11.11 19.53 0.12 4.91 56.02 SULAWESI SELATAN 6.06 9.67 15.89 0.39 3.33 64.67 SULAWESI BARAT 2.65 7.43 21.75 0.27 3.98 63.93 PAPUA BARAT 1.12 11.24 3.00 0.37 0.00 84.27 INDONESIA

6.15 8.20

9.87 0.22

2.08 73.48

84 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Data pada tabel 4.39 menunjukkan prosentase secara nasional, untuk alasan tidak ikut program rehabilitasi sosial, karena tidak tahu sebesar 73,48 persen. Secara provinsi ditemukan bahwa ketidaktahuan tentang program rehabilitaasi sosial melalui panti sosial yaitu di Provinsi Lampung sebesar 87,13 persen dan provinsi Bali sebesar 83,33 persen. Data juga menunjukkan bahwa ketidak tahuan terhadap program rehabilitasi sosial di Provinsi Sulawesi Barat karena tidak terdata sebesar 21,75 persen, Selain itu responden di Provinsi Papua Barat sebesar 11,24 persen menyatakan karena mereka adalah PNS atau pegawai tetap. Responden di Riau sebesar 11,30 persen memberikan alasan karena mereka adalah keluarga mampu sehingga tidak memerlukan mengikuti program rehabilitasi sosial. Tabel 4.40 : Alasan Tidak Ikut Program Rehabilitasi Sosial Di Luar Panti PROVINSI Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 5.79 7.60 9.35 0.67 1.95 74.63 RIAU 11.31 3.99 4.16 0.17 2.50 77.87 LAMPUNG 1.74 6.86 2.72 0.00 0.76 87.92 JAWA BARAT 6.41 8.52 8.18 0.17 1.09 75.64 JAWA TIMUR 8.07 5.97 8.20 0.26 1.31 76.19 BALI 1.86 8.84 3.26 0.00 2.79 83.26 NUSA TENGGARA BARAT 5.09 9.39 9.84 0.00 2.29 73.39 KALIMANTAN BARAT 5.76 8.81 3.58 0.09 2.36 79.41 KALIMANTAN TIMUR 7.84 10.99 19.06 0.12 4.33 57.66 SULAWESI SELATAN 6.00 9.61 16.06 0.39 3.44 64.50 SULAWESI BARAT 2.65 7.41 21.16 0.26 3.97 64.55 PAPUA BARAT 1.11 11.11 2.22 0.37 0.00 85.19 INDONESIA

6.08 8.17

9.39 0.22

2.05 74.09

Data pada tabel 4.40, menunjukkan prosentase secara nasional alasan tidak ikut program rehabilitasi sosial di luar panti, adalah tidak tahu sebesar 74,09 persen. Dari data secara nasional tersebut maka responden menyatakan tidak tahu sehingga tidak ikut program rehabilitasi sosial di luar panti di Provinsi Lampung sebesar 87,92 persen. Data juga menunjukkan bahwa ketidakikutan responden dalam program rehabilitasi sosial di luar panti di Provinsi Sulawesi Barat karena tidak terdata sebesar 21,16 persen, Selain itu responden di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 10,99 persen 85 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 menyatakan karena mereka adalah PNS atau pegawai tetap sebesar 11,02 persen. Responden di Provinsi Riau sebesar 11,31 persen memberikan alasan karena mereka adalah keluarga mampu sehingga tidak memerlukan mengikuti program rehabilitasi sosial di luar panti. Tabel 4.41 : Alasan Tidak Ikut Program Keserasian Sosial PROVINSI Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 5.32 7.67 9.29 0.67 1.88 75.17 RIAU 10.67 4.17 4.67 0.17 3.67 76.67 LAMPUNG 1.09 6.63 2.72 0.00 0.65 88.91 JAWA BARAT 6.22 8.59 8.15 0.17 0.99 75.88 JAWA TIMUR 7.62 5.88 8.14 0.26 1.22 76.87 BALI 2.33 8.84 2.79 0.00 2.79 83.26 NUSA TENGGARA BARAT 5.04 9.42 10.15 0.00 2.30 73.09 KALIMANTAN BARAT 5.41 8.73 3.75 0.09 2.53 79.49 KALIMANTAN TIMUR 7.85 11.02 19.93 0.12 4.34 56.74 SULAWESI SELATAN 5.94 9.61 16.05 0.33 3.39 64.69 SULAWESI BARAT 2.65 7.67 21.43 0.26 4.23 63.76 PAPUA BARAT 1.12 10.78 2.60 0.37 0.37 84.76 INDONESIA

6.26 7.57

8.39 0.23

1.60 75.95

Data pada tabel 4.41 menunjukkan prosentase secara nasional alasan tidak ikut program keserasian sosial, adalah tidak tahu sebesar 75,95 persen. Dari data secara nasional tersebut maka responden menyatakan tidak tahu sehingga tidak ikut program keserasian sosial di Provinsi Lampung sebesar 88,91 persen dan Papua Barat sebesar 84,76 persen. Data juga menunjukkan bahwa ketidakikutan responden dalam program keserasian sosial di Provinsi Sulawesi Barat karena tidak terdata sebesar 21,43 persen, Selain itu responden di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 10,65 persen menyatakan karena mereka adalah PNS atau pegawai tetap sebesar 11,02 persen. Responden di Provinsi Riau sebesar 10,67 persen memberikan alasan karena mereka adalah keluarga mampu sehingga tidak memerlukan mengikuti program keserasian sosial. 86 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.42 : Alasan Tidak Ikut Program Kampung Siaga Bencana POVINSI Keluarga mampu PNS, pegawai tetap Tidak terdata Baru pindah Tidak di perhatikan Tidak tahu SUMATERA UTARA 5.06 7.63 9.52 0.74 1.89 75.15 RIAU 10.65 3.99 4.16 0.17 2.66 78.37 LAMPUNG 1.09 6.64 1.96 0.00 0.65 89.66 JAWA BARAT 6.25 8.70 7.69 0.17 0.90 76.29 JAWA TIMUR 7.64 5.80 8.16 0.31 1.27 76.83 BALI 2.34 8.88 2.80 0.00 2.80 83.18 NUSA TENGGARA BARAT 5.03 9.28 10.01 0.00 2.18 73.50 KALIMANTAN BARAT 5.15 8.29 3.66 0.09 2.62 80.19 KALIMANTAN TIMUR 7.73 11.01 19.67 0.12 4.33 57.14 SULAWESI SELATAN 6.22 9.56 15.83 0.39 3.50 64.50 SULAWESI BARAT 2.65 7.67 21.16 0.26 3.97 64.29 PAPUA BARAT 1.12 10.11 3.00 0.37 0.37 85.02 INDONESIA

6.26 7.54

8.18 0.25

1.55 76.21

Data pada tabel 4.42 menunjukkan prosentase secara nasional alasan tidak ikut program Kampung Siaga Bencana, adalah tidak tahu sebesar 76,21 persen. Dari data secara nasional tersebut maka responden menyatakan tidak tahu sehingga tidak ikut program kampung siaga bencana di Provinsi Lampung sebesar 89,66 persen dan Kalimantan Barat sebesar 80,19 persen. Data juga menunjukkan bahwa ketidakikutan responden dalam kampung siaga bencana di Provinsi Sulawesi Barat karena tidak terdata sebesar 21,16 persen, Selain itu responden di Provinsi Riau sebesar 10,65 persen menyatakan karena keluarga mereka mampu sehingga tidak mengukuti program kampung siaga bencana. Berikut akan dipaparkan tentang pengetahuan keluarga terhadap berbagai potensi dan sumber kesejahteraan sosial, serta pemanfaatan potensi dan sumber dimaksud berdasarkan pengetahuan mereka. 87 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 Tabel 4.43 : Pengetahuan dan Pemanfaatan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial No Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial Pengetahuan Pemanfaatan 1 Pekerja Sosial Profesional 4.7 18,2 2 Pekerja Sosial Masyarakat PSM 8,7 29,3 3 Taruna Siaga Bencana Tagana 8.9 16,6 4 Lembaga Kesejahteraan Sosial LKS 6,9 21,2 5 Karang Taruna 42.3 20,7 6 Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga LK3 4.4 19,7 7 Keluarga Pionir 4.3 52,7 8 Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat WKSBM 2.9 41,6 9 Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial 5.4 37,2 10 Penyuluh Sosial 13,4 23,6 11 Tenaga Kesejahteraan Sosial TKSK 6.9 36,5 12 Dunia Usaha 11,1 25,3 13 Satuan Bakti Pekerja Sosial Sakti Peksos 2.8 24,1 14 Pendamping Keluarga Harapan PKH 10.1 22,0 15 Pendamping Kelompok Usaha Bersama KUBE 5.6 19,2 16 Pendamping Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar ASLUT 2.0 23,6 17 Pendamping Asistensi Sosial Orang dengan Kedisabilitasan ASODK 1.3 27,6 18 Pelopor Perdamaian 1,7 21,3 19 Family Care Unit FCU 0.7 25,4 20 Lembaga Perdamaian Perempuan LPP 4.7 10,2 21 Tim Reaksi Cepat TRC 3,2 12,6 22 Panti Sosial 28,5 7,2 Berkenaan dengan pengetahuan keluarga terhadap potensi dan sumber kesejahteraan sosial, diperoleh gambaran bahwa keluarga umumnya mengenal tentang potensi dan sumber berikut, daripada potensi dan sumber lainnya. Potensi dan sumber yang paling dikenal diantaranya adalah karang taruna sebesar 42,3 persen, panti sosial sebesar 28,5 persen dan penyuluh sosial 13,4 persen serta dunia usaha sebesar 11,1 persen. Adapun pemanfaatan potensi dan sumber tersebut sebagai berikut: pemanfaatan karang taruna sebesar 20,7 persen atau seperlima dari 42,3 persen pengetahuan tentang karang taruna, pemanfaatan panti sosial sebesar 7,2 persen atau kurang dari sepersepuluh dari 28,5 persen pengetahuan 88 Survei Kesejahteraan Sosial Dasar Tahun 2015 tentang panti sosial, pemanfaatan penyuluh sosial sebesar 23,6 persen atau kurang dari seperempat dari 13,6 persen pengetahuan tentang penyuluh sosial, pemanfaatan dunia usaha sebesar 25,3 persen atau seperempat dari 11,1 persen pengetahuan tentang dunia usaha.

D. KEBERLANJUTAN