Analisis Sikap Nasionalisme Sultan Hamid II

69 terutama dari dua partai yang sudah dibubarkan, Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia PSI, seperti Mohammad Roem Masyumi, Sultan Sjahrir PSI, dan Subadio Sastrosatomo PSI, Mohammad Hatta hadir, begitu juga Sultan Hamid II yang notabe kawan lama Ide Anak Agung Gde Agung. Selama empat tahun Sultan Hamid II ditahan tanpa proses pengadilan. Dia baru dibebaskan pada 1966 setelah era Soekarno berakhir. Tuduhan makar terhadap Sultan Hamid II, menurut Ide Anak Agung Gde Agung, kemungkinan besar disebabkan pergunjingan orang-orang di sekitar Soekarno, dan bukan berangkat dari fakta. Bahkan Anak Agung menegaskan bahwa semua tuduhan itu omong kosong. Sebab, sejak keluar dari tahanan 1958, Sultan Hamid II tak terlibat dalam kegiatan politik sama sekali. Selepas dari penjara tanpa proses peradilan tersebut, Sultan Hamid II beraktivitas di dunia bisnis sampai akhir hayatnya. Sejak 1967 hingga 1978, dia menjadi Presiden Komisaris di PT. Indonesia Air Transport. Pada 30 Maret 1978, pukul 18.15 WIB, Sultan Hamid II pun wafat di Jakarta. Sultan Pontianak ke-7 itu meninggal dunia ketika sedang melakukan shalat magrib. Sultan Hamid II dimakamkan di Pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak, di Batu Layang, dengan Upacara Kebesaran Kesultanan Qadriyah Pontianak. 69

C. Analisis Sikap Nasionalisme Sultan Hamid II

Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat 69 Ibid., hlm. 20-21. 70 mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda. 70 Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik bahwa bangsa adalah sumber dari semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi. 71 Ciri-ciri Nasionalisme : 1 Sudah ada persatuan dan kesatuan bangsa. 2 Sifat perjuangannya sudah bersifat nasional. 3 Tujuannya untuk mencapai kemerdekaan yang nantinya ingin mendirikan suatu negara merdeka yang kekuasaannya ditangani rakyat. 4 Sudah ada organisasi modern dan bersifat nasional. 5 Mengandalkan kekuatan otak pikiran, dimana pendidikan sangat berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 72 Mengukur rasa nasionalisme Sultan Hamid II tentunya menggunakan tolak ukur dengan ciri-ciri nasionalisme di atas; 1 Sudah adanya persatuan dan kesatuan bangsa. Artinya ada keserasian, keselarasan dan keseimbangan, tidak menimbulkan perbedaan tetapi mencari kesamaan untuk bangsa dan negara Indonesia. Sultan Hamid II seorang federalis berkeyakinan bahwa bentuk negara federasi bagian dapat 70 Kohn, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Terjemahan : Sumantri Mertodipuro, Jakarta, PT Pembangunan dan Penerbit Erlangga, 1984, hlm. 11. 71 Ibid., hlm. 12. 72 Sudiyo, Pergerakan Nasional mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hlm.4. 71 menjawab tantangan yang muncul dalam pemerintahan setelah Belanda memberikan kedaulatan bangsa ini pada 27 Desember 1949. Padahal dengan bentuk negara bagian tentunya sangat menguntungkan bagi pihak Belanda agar mudah mencerai-beraikan persatuan dan kesatuan Indonesia. Di samping banyak usaha untuk menegakkan kekuasaan RI, di Kalimantan terdapat usaha yang merintangi pembinaan kekuasaan RI. Jika saja Sultan Hamid II mengesampingkan kepentingannya dalam bentuk negara serikat bagian kemudian berjuang bersama-sama dengan kaum Unitaris untuk menegakkan keutuhan persatuan dan kesatuan RI dalam bentuk negara kesatuan maka bisa jadi tingkat nasionalisme Sultan Hamid II yang menjunjung tinggi ciri pertama ini dinilai memiliki rasa nasionalisme yang tinggi untuk bangsa Indonesia. 2 Sifat perjuangannya sudah bersifat nasional. Usaha yang dilakukan dengan pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk memperoleh atau mencapai kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan memperjuangkan kedaulatan bangsa Indonesia. Melihat perjuangan Sultan Hamid II tentunya disatu sisi memang pro daripada Belanda dikarenakan awal perjalanan militer dan politik serta ruang lingkup semasa kecilnya sangat erat kaitannya dengan kerajaan Belanda. Hal ini ditunjukan Sultan Hamid II ketika berjuang bersama Perwira KNIL Tentara Belanda yang ada di Indonesia. walaupun ketika dia menjadi Ketua Delegasi BFO yang memperjuangkan pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia atas Belanda, karena kedekatan dan kecakapan diplomasi Sultan Hamid II akhirnya kerajaan Belanda 72 memberikan kedaulatan bangsa Indonesia dalam bentuk negara Serikat. Sultan Hamid yang berupaya menyamakan langkahnya bersama dengan tokoh-tokoh Unitaris untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar yang setuju dengan bentuk negara Serikat, yang terpenting pada saat itu adalah bagaimana Indonesia bisa memperoleh kedaulatannya atas Belanda. Setelah Indonesia mendapatkan kedaulatannya otomatis kekuatan kerajaan Belanda di Indoensia perlahan-lahan hilang. Negara Serikat yang dimaksudkan di sini adalah bentuk negara yang diinginkan Belanda agar mudah memecah- belah kesatuan Indonesia bukan atas dasar keinginan seluruh masyarakat Indonesia. Sultan Hamid II telah berjasa memperjuangkan kedaulatan Indonesia hanya saja posisi Sultan Hamid II yang pada saat itu pro daripada Belanda, tidak mengindahkan sepenuhnya dirinya seorang yang memiliki nasionalisme yang tinggi untuk bangsa Indonesia. 3 Tujuannya untuk mencapai kemerdekaan yang nantinya ingin mendirikan suatu negara merdeka yang kekuasaannya ditangani rakyat. Setelah melewati masa memperjuangkan kemerdekaan hingga kedaulatan Indonesia. Bentuk negara yang diperjuangkan oleh Sultan Hamid II hanya bertahan enam minggu setelah penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda tanggal 27 Desember 1949. Pada minggu ketujuh, hampir di seluruh wilayah Indonesia timbul gerakan menuntut perubahan negara serikat menjadi negara kesatuan. Artinya bahwa yang diperjuangkan Sultan Hamid II bersama dengan keinginan Belanda yaitu bentuk negara serikat, tidak mampu melepaskan belenggu penjajahan dalam sanubari masyarakat 73 Indonesia. masyarakat Indonesia mencita-citakan adanya negara kesatuan agar semakin memperkuat rasa persatuan dan kesatuan. Disini bukan berarti perjuangan Sultan Hamid II menjadi sia-sia, hanya saja cita-cita bangsa Indonesia adalah bentuk negara kesatuan, jika bentuk negara bagian masih dipertahankan selama itu juga bangsa Indonesia masih merasa belum menemukan jati dirinya atas perjuangan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dari penjajahan. 4 Sudah ada organisasi modern dan bersifat nasional. Peran Sultan Hamid II dalam hal ini sangat tidak terlihat bersama Indonesia. Sultan Hamid lebih memihak kepada Belanda pada saat itu, dengan menjadi Perwira KNIL yang terlibat melawan Jepang 1942, Ajudan Istimewa Ratu Belanda 1946 dan Ketua BFO 1949. Kurangnya peranan Sultan Hamid II dalam organisasi nasional untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan menjadi tolak ukur belum adanya sikap nasionalisme bagi Indonesia. sebagai salah satu contoh semangat nasionalisme yang digunakan sebagai ideologipaham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi Nasional di Indonesia diperkenalkan oleh Pertai Nasional Indonesia PNI yang diketuai oleh Ir. Soekarno didirikan pada 4 Juli 1927. PNI bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintahan Belanda di Indonesia. 74 5 Mengandalkan kekuatan otak pikiran, dimana pendidikan sangat berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Federalisme merupakan wacana pemikiran politik yang diusung Sultan Hamid II dalam kemerdekaan Indonesia. Prinsip itulah yang kemudian membuatnya berbenturan dengan kaum Unitaris, para penganut paham negara Kesatuan yang menginginkan adanya dominasi atau sentralisasi kekuasaan. Kehidupan Sultan Hamid II memiliki dinamika yang berliku dan kontroversial pada kiprahnya di dunia politik dan kenegaraannya. Sikap yang kontroversial dengan pemahaman politik yang diusungnya sangat bertentangan dengan kaum Unitaris. Terdapat kontradiksi pemikiran, yang kemudian menuai konflik kepentingan, dan menjebaknya pada suatu konspirasi dan propaganda politik. Perjuangan Sultan Hamid II dalam pemikiran negara serikat bagian adalah negara bonekanya Belanda, dengan cara memisahkan kesatuan RI agar mudah dicerai-beraikan. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi tolak ukur sikap nasionalisme seorang Sultan Hamid II bagi Indonesia. Sultan Hamid II memiliki rasa nasionalisme, tetapi skala nasionalisme atas kontribusi selama kariernya masih sangat kecil. Hal ini juga dikarenakan perjalanan kariernya lebih terlihat bersama Belanda dibandingkan dengan bangsanya sendiri yaitu bangsa Indonesia. Apabila kita mencoba mengaitkan Sultan Hamid II dengan Pahlawan Nasional tentunya kita perlu melihat dengan seksama. Nilai Kepahlawanan adalah suatu sikap dan perilaku perjuangan yang mempunyai mutu dan jasa pengabdian serta pengorbanan teradap bangsa dan negara. 75 Kriteria Pahlawan Nasioanal : 1 Warga Negara Indonesia yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya :  Telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik perjuangan dalam bidang lain mencapai merebut mempertahankan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.  Telah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara.  Telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. 2 Pengabdian dan Perjuangan yang dilakukannya berlangsung hampir sepanjang hidupnya tidak sesaat dan melebihi tugas yang diembannya. 3 Perjuangan yang dilakukan mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional. 4 Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaannasionalisme yang tinggi. 5 Memiliki akhlak dan moral yang tinggi. 6 Tidak menyerah pada lawanmusuh dalam perjuangannya. 7 Dalam riwayat hidupnya tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak nilai perjuangannya. 73 73 Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2011. http:database.kemsos.go.idmodules.php?name=Pahlawanopsi=mulai. Diakses pada 14 November 2015. 76 Dengan 7 kriteria diatas tentang pahlawan nasional tentunya kita dapat menganalisis sosok Sultan Hamid II yang selama ini statusnya sangat kontroversi untuk gelar Pahlawan Nasional. Kriteria pertama untuk Sultan Hamid II, semasa perjalanan kariernya lebih terlihat perjuangannya bersama Belanda dikarenakan dia adalah Perwira KNIL Tentara Belanda yang ada di Indonesia. bersama KNIL melawan Tentara Jepang di Kalimantan Timur pada 1941, pada saat itu Indonesia masih dalam Penjajahan baik dari Belanda maupun Jepang yang berkedudukan di Indonesia. tentunya hal ini sangat sulit karena KNIL adalah produknya Belanda. Andai saja pada saat itu memang dengan kemampuan militernya Sultan Hamid II berjuang atas nama Indonesia patut saja kontribusinya dapat diperhitungkan untuk kriteria pertama ini. Untuk kriteria kedua, awal karier militer dan politiknya bersama dengan kerajaan Belanda. Sultan Hamid II menjadi Ajudan Istimewa Ratu Belanda 1946, Ketua BFO 1949. Artinya setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945 Sultan Hamid II Pro daripada Belanda dibandingkan dengan Indonesia. Kriteria ketiga, Sultan Hamid II ikut aktif dalam perundingan- perundingan penting dalam perjalan sejarah Kemerdekaan Indonesia. Seperti perundingan Malino, Denpasar, Perhimpunan Musyawarah Federal BFO, BFC, IJC, Konferensi Inter Indonesia KII I dan II, Konferensi Meja Bundar KMB di Batavia maupun Belanda. Kriteria keempat, Sultan Hamid II adalah seorang federalis nasionalis. Bersama BFO memperjuangkan pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia atas Belanda, walaupun memang BFO adalah produknya Belanda setidaknya Sultan Hamid II berupaya menunjukan sikap nasionalisme 77 untuk bangsa Indonesia. hanya saja kadar nasionalisme Sultan Hamid II tidak dominan karena dia adalah seorang federalis yang menginginkan bentuk negara serikat dibandingkan dengan cita-cita kaum unitaris yang ingin mempersatukan seluruh wilayah republik Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kriteria kelima, beban moral yang harus ditanggung Sultan Hamid II sampai saat ini adalah atas tuduhan keterlibatannya dengan penyerangan yang dilakukan Westerling di Bandung. Kriteria keenam, Sultan Hamid II bersama KNIL melawan tentara Jepang. Artinya dapat dilihat dalam dinas kemiliteran Sultan Hamid II bersama KNIL. Kriteria terakhir, atas tuduhan bersekongkolnya Sultan Hamid II dengan Westerling semakin memudarkan nama baiknya di Indonesia. tuduhan pemberontakanmakar dihubung-hubungkan dengan indikasi kekecewaan Sultan Hamid II yang tidak diangkat menjadi Menteri Pertahanan semakin membuat nama baiknya tenggelam. sehingga merusak nilai perjuangan Sultan Hamid II di Indonesia. Walaupun Sultan Hamid II masih kurang memenuhi kriteria Pahlawan Nasional, sebagai penerus bangsa ini kita perlu ingat dan bangga akan sumbangsih terbaik Sultan Hamid II sebagai sang perancang Lambang Negara Indonesia Elang-Rajawali-Garuda Pancasila sewaktu menjabat menjadi Menteri Zonder Portofolio pada 1949 yang masih digunakan sampai saat ini yaitu Garuda Pancasila. Perlu untuk ditambahkan bagi kita penerus Bangsa Ini: “Saya Hamid, Bung. Maafkan kesalahan saya dan kesalahan Bung, saya maafkan,” kata Sultan Hamid II seraya berbisik di telinga Soekarno ketika menjenguk Sang Proklamator 78 itu beberapa hari sebelum dipanggil menghadap Allah SWT. Kondisi Mantan Presiden Soekarno waktu itu sudah sangat lemah dan tak bisa bicara, hanya bisa meneteskan air mata. Sikap kenegarawan Sultan Hamid II yang tidak menaruh dendam terhadap Soekarno, sangat layak dijadikan contoh bagi penerus bangsa hari ini. Permasalahan di sekitar sejarah Sultan Hamid II sangat menarik untuk dijadikan cermin dan pembelajaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 79

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari bab II dan bab III, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Sultan Hamid II dengan nama lengkap Sultan Syarif Hamid Al-Qadrie, Max adalah nama panggilannya. Lahir pada 12 Juli 1913 di Pontianak – Kalimantan Barat. Ayahnya adalah Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie, ibunya Syecha Jamilah Syarwani. Sultan Hamid II menikah dengan Maria van Delden yang diberi gelar Ratu Mas Mahkota Didie Al-Qadrie di Malang pada 31 Mei 1938 dan dikaruniai dua anak, anak pertamanya Syarifah Zahra Al-Qadrie Edith Denise Corry Al-Qadrie dan anak keduanya Syarif Yusuf Al-Qadrie Max Nico Al-Qadrie. Pendidikan yang ditempuh Sultan Hamid II, ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta. Melanjutkan di HBS di Bandung dan HBS V di Malang 1932. Setamat di HBS beliau melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di THS, namun di THS hanya berselang satu tahun karena beliau lebih tertarik untuk masuk Akademi Militer di Negari Belanda pada 1933. Jabatan yang pernah diduduki Sultan Hamid II sepanjang hayatnya adalah; Letnan Dua KNIL tahun 1938, Sultan Pontianak ke VII periode 1945-1978 Kesultanan Qadriyah Pontianak dilantik pada 29 Oktober 1945, Mayor Jenderal KNIL tahun 1946, Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda dan Wakil Mahkota Hindia Belanda tahun 1946, Kepala Daerah Istimewa Kalimantan barat DIKB tahun 1947-1950, Ketua BFO tahun 1949, Ketua Delegasi BFO di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2