1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Linvani Kuan,et al. 2010 yang telah menguji Related Party Transaction and Earnings Management.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitan sebelumnya adalah peneliti sebelumnya menggunakan variabel kontrol : cash flow, leverage, retun on asset ROA, firm
size, audit firms. Variabel dependen pada penelitian yang dilakukan Linvani
Kuan,et al adalah Earnings Management. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen terdiri dari Transaksi Pihak-pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa dan Manajemen Laba. Variabel dependen yang digunakan kinerja keuangan.
Penelitian Elizabeth dan Elaine 2005 juga telah menguji Related Party Transaction and Earnings Management.
Penelitian Linvani Kuan,et al dan Elizabeth Elaine tidak menggunakan variabel moderating. Sedangkan pada
penelitian ini, peneliti menggunakan Good Corporate Governance sebagai variabel moderating. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode penelitian yakni dari tahun 2012, sedangkan objek penelitian Linvani Kuan,et al sebelumnya
perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di JXS untuk periode 2004 -2005, sedangkan penelitian Elizabeth dan Elaine menggunakan data tahun
2000 – 2001.
Universita Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori keagenan Agency Theory
Teori keagenan Agency theory merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari
sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi
wewenang prinsipal yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang agensi yaitu manajer, dalam bentuk
kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”.
Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda Jensen dan Meckling, 1976. Dalam
model keagenan dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik principal dan manajemen
agent. Dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal
, dan dapat memuaskan serta menjamin agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas pengelolaan perusahaan. Perbedaan kepentingan antara pemilik
dan manajemen terletak pada maksimalisasi manfaat utility pemilik principal dengan kendala constraint manfaat utility dan insentif yang akan diterima oleh
manajemen agent. Karena kepentingan yang berbeda sering muncul konflik kepentingan antara pemegang saham pemilik principal dengan manajemen
agent.
Universita Sumatera Utara
Pada dasarnya agency theory merupakan model yang digunakan untuk memformulasikan permasalahan conflict antara manajemen agent dengan
pemilik principal. Kinerja perusahaan yang telah dicapai oleh pihak manajemen diinformasikan kepada pihak pemilik principal dalam bentuk laporan keuangan.
Dalam sistem desentralisasi, manajemen mempunyai informasi yang superior dibandingkan dengan pemilik, karena manajemen telah menerima pendelegasian
untuk pengambilan keputusan kebijakan perusahaan. Ketika pemilik tidak dapat memonitor secara sempurna aktivitas manajemen, maka secara potensial
manajemen dapat menentukan kebijakan yang mengarah pada peningkatan level kompensasinya. Pada model hubungan principal-agent, seluruh tindakan actions
telah didelegasikan oleh pemilik principal kepada manajer agent. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas
kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di
dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian
yang sebesarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan
kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi bonus insentif remunerasi yang “memadai” dan sebesar - besarnya atas kinerjanya. Principal
menilai prestasi Agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin
Universita Sumatera Utara
besar deviden, maka Agen dianggap berhasilberkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.
Sebaliknya Agen pun memenuhi tuntutan Principal agar mendapatkan kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka
sang Agen dapat memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target tercapai. Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif
Agen sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan, misal: adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan; Capitalisasi
expenses yang tidak semestinya; Pengakuan penjualan yang tidak semestinya;
yang kesemuanya berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam neraca yang “mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan nilai yang sebenarnya. Atau
bisa juga dengan melakukan income smoothing membagi keuntungan ke periode lain agar setiap tahun kelihatan perusahaan meraih keuntungan, padahal
kenyataannya merugi atau laba turun.
2.1.2 Good Coorporate Governance GCG
Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah dimulai jauh sebelum isu corporate governance menjadi kosa kata paling hangat
di kalangan eksekutif bisnis. Banyak terdapat definisi yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang corporate governance, yang diberikan baik oleh
perorangan individual maupun institusi institutional. Adapun institusi yang memberikan definisi atas corporate governance antara lain adalah Forum for
Corporate Governance in Indonesia FCGI dan Organizaton for Economic
Cooperation and Development OECD.
Universita Sumatera Utara
FCGI mendefinisikan corporate governance yang disadur dari Cadbury Committee of United Kingdom
sebagai: …..Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara Pemegang Saham,
pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholders. FCGI, 2006
Menurut Finance Committee on Corporate Governance Malaysia menyatakan bahwa good corporate governance merupakan suatu proses serta
struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas
perusahaan. Adapun tujuannya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang, tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentunagna para stakeholder
lainnya. Menurut Organization of Economic Cooperationand Development
OECD mendefiniskan Corporate Governance sebagai berikut: “corporate
governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The Corporate Governance structure specifies the distribution of the
right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the
rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it
Universita Sumatera Utara
also provides this structure through which the company objectives are set, and the means of attaining
those objectives and monitoring performance” OECD melihat Corporate Governance sebagai suatu sistem dimana
sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan
tanggungjawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta pihak-
pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari Corporate Governance
juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan
perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertangungjawabkan dan dilakukan dengan baik,
Corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemengang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Kep. Men BUMN
2002
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance atau GCG merupakan :
1.
Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis antara peran dewan Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan para stakeholder lainnya.
Universita Sumatera Utara
2.
Suatu sistem pengecekan, perimbangan kewenangan atas pengandalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang : pengelolaan salah
dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3.
Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut Kep.Men.BUMN, 2002 meliputi:
1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan. 2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepetingan dan pengaruh tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawabab
organ segingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggung jawab, yaitu kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran,fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak- hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Universita Sumatera Utara
2.1.2.1 Dewan Komisaris Independen
Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan Dewan Komisaris, keberadaan Komisaris Independen adalah sangat diperlukan. Secara langsung
keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang
mengabaikan kepentingan pemegang saham publik pemegang saham minoritas serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang
menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya. Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informaasiyang terkandung dalan laporan keuangan. Hal
ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercaan investor. Untuk
mengawasinya dewan komisaris diperbolehkan memiliki akses pada informasi perusahaan.
Pertimbangan Independen adalah cara pandang atau penyelesaian masalah dengan mengesampingkan kepentingan pribadi dan menghindari
benturan kepentingan. Tugas Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi. Tugas pengawasan dan nasihat itu
dilaksanakan oleh Dewan Komisaris berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan.
Universita Sumatera Utara
Pengawasan oleh Dewan Komisaris meliputi baik pengawasan atas kebijakan Direksi dalam melakukan pengurusan Perseroan Terbatas, serta jalannya
pengurusan tersebut secara umum – baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan. Pengawasan dan nasihat yang dilakukan Dewan Komisaris harus bertujuan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan. Kriteria Komisaris Independen secara rinci diatur dalam peraturan
Bapepam-LK yaitu : 1. Berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik
2. Tidak mempunyai saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung
3. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Komisaris, Direksi dan Pemegang saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik
4. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung
2.1.2.2 Komite Audit
Badan Pengawasa Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bapepam-LK menerbitkan peraturan tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja
komit audit sebagai penyempurnaan peraturan sebelumnya. Menyatakan penyempurnaan peraturan itu dimaksudkan untuk meningkatkan independensi,
peran dan kewenangan Komite Audit dalam membantu pelaksanan tugas dan fungsi pengwasan dewan komisaris emiten atau perusahaan publik.
Universita Sumatera Utara
Peraturan dimaksud adalah Peraturan Nomor IX.I.5 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-643BL2012 tentang Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Penerbitan peraturan ini penyempurnaan sekaligus mencabut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-
29PM2004 tanggal 24 September 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Peraturan tersebut memuat ketentuan umum,
struktur dan keanggotan, persyaratan keanggotaan, masa tugas, tugas dan tanggung jawab, wewenang, rapat, dan pelaporan komite audit, serta sanksi.
Peraturan ini juga memuat pengaturan sistem pelaporan terkait informasi pengangkatanpemberhentian komite audit kepada Bapepam-LK, yang juga wajib
dimuat dalam laman burs danatau laman emiten atau perusahaan publik. Komite Audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan
bahwa: 1. laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. 2. Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik.
3. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku.
4. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Disamping itu, Komite Audit juga bertugas memproses calon auditor
eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris. Pedoman Good Corporate Governance tidak mengatur banyaknya
anggota Komite Audit dalam suatu perusahaan namun harus disesuaikan dengan kompleksitas Perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam
Universita Sumatera Utara
pengambilan keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar
perusahaan. Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi dan atau keuangan.
Adapun persyaratan anggota Komite Audit menurut Pedoman Good Corporate Governance
di Negara-negara anggota ACMF The Asean Capital Market Forum
sebagai berikut : 1. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya. 2. Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik.
3. Memiliki kemampuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan .
4. Memiliki pengetahuan yang memadai mengenai peraturan perundang- undangan dibidang pasar modal.
5. Salah satu anggota memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan.
6. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Konsultan Hukum maupun Pihak lain yang memberikan jasa audit, non audit maupun jasa
konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat.
Universita Sumatera Utara
7. Tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua dengan Direksi, Komisaris dan Penegang saham Utama
Emiten maupun Perusahaan Publik. 8. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung mapun tidak langsung
dengan kegiatan usaha Emiten maupun Perusahaan Publik. 9. Tidak memiliki saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun
tidak langsung. 10. Bukan merupakan orang yang berwenang dan bertanggungjawab
merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Emiten maupun Perusahaan Publik dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat.
2.1.3 Manajemen Laba
Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajer. Scott, 2000 membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua:
1. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs opportunistic earnings management.
2. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient
contracting efficient earnings management, dimana manajemen laba
memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga
untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan
Universita Sumatera Utara
demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba income
smoothing dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Pengertian manajemen laba menurut Fischer dan Rozenzwig, 1995
manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
Pengertian manajemen laba menurut Healy dan Wallen, 1999
manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga
menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada
angka akuntansi. Menurut Scott, 2000 menyatakan bahwa Manajemen laba adalah
pilihan direksi yang mempengaruhi laba yang tujuannya adalah mencapai tujuan –
tujuan tertentu. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Tipe-tipe manajemen laba menurut Scott, 2000 yaitu:
a. Taking a bath
Salah satu pola manajemen laba ketika perusahaan akan dilakukan reorganisasi penciutan pegawai apa bila perusahaan harus melakukan rugi,
direksi dapat merasakan bahwa kebijakan sedikit kita rugi itu tidak masalah.
Universita Sumatera Utara
Tindakan ini melakukan tindakan dan akan menghapuskan laba, biaya tahun ini dimasukkan tahun ini karena adanya tindakan dalam meningkatkan laba
tahun depan. Pada tahun depan akan mengambil keputusan dalam merampingkan perusahaan melakukan PHK.
b. Income minimization meminimalkan pendapatan
Pola ini dipilih mungkin karena sudut pandang politik selama periode atau motif meminimalkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan
memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politik. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan
write off atas barang-barang modal dan aktiva tak berwujud. Pembebann
pengeluaran iklan, riset, biaya penelitian yang dikeluarkan dan pembangunan yang cepat.
c. Income Maximization memaksimalkan pendapatan
Dari direksi bertujuan untuk mencapai bonus, perusahaan yang berkaitan dengan perjanjian utang makanya dilakukan memaksimalkan laba.
d. Income Smoothing Meratakan laba
Tindakan ini pola dilakukan atau dipakai direksi yang mempunyai sifat yang tidak mau menghadapi resiko maka direksi berkeinginan perubahan laba,
maka dilakukan meratakan laba.
2.1.4 Transaksi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Menurut PSAK Nomor 7, pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas tertentu dalam
Universita Sumatera Utara
menyiapkan laporan keuangannya dalam pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”
a Orang atau anggota keluarga terdekat terkait entitas pelopor jika orang tersebut:
i memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; ii memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau
iii personal manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor
b Suatu entitas terkait dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut;
i Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama artinya entitas induk, entitas anak dan entitas anak berikutnya terkait
dengan entitas lain. ii Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain
atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya.
iii Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama
iv Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.
v Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan
entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga terkait dengan entitas pelapor.
Universita Sumatera Utara
vi Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam butir a.
vii Orang yang diidentifikasi dalam butir a i memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota menejemen kunci entitas atau
entitas induk dari entitas. Istilah berikut yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Anggota keluarga dekat dari individu
adalah anggota keluarga yang mungkin mempengaruhi, atau dipengaruhi oleh, orang dalam hubungan mereka dengan
entitas. Mereka dapat termasuk: a pasangan hidup dan anak dari individu;
b anak dari pasangan hidup individu; dan c tanggungan dari individu atau pasangan hidup individu.
Anggota manajemen kunci adalah orang-orang yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan
mengendalikan aktivitas entitas, secara langsung atau tidak langsung, termasuk direktur dan komisaris baik eksekutif maupun tidak dari entitas.
Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional.
Transaksi antara pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan.
Universita Sumatera Utara
Tujuan Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Hubungan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan suatu karakteristik feature normal dari perdagangan dan bisnis.
Misalnya, entitas sering melaksanakan bagian dari kegiatan mereka melalui entitas anak, ventura bersama dan entitas asosiasi. Dalam keadaan ini, entitas
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan keuangan dan operasi investee
melalui adanya pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh signifikan.
Suatu hubungan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat berpengaruh terhadap laba atau rugi dan posisi keuangan entitas.
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat menyepakati transaksi di mana pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa tidak dapat
melakukannya. Misalnya, entitas yang menjual barang kepada entitas induknya pada harga perolehan, mungkin tidak menjual dengan persyaratan tersebut kepada
pelanggan lain. Selain itu, transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin tidak dilakukan dalam jumlah yang sama, seperti
dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Laba atau rugi dan posisi keuangan entitas dapat dipengaruhi oleh pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa bahkan jika transaksi dengan pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa tidak terjadi sekalipun. Hanya dengan
keberadaan hubungan istimewa itu saja, mungkin sudah cukup untuk mempengaruhi transaksi entitas dengan pihak lain. Misalnya, entitas anak dapat
mengakhiri hubungan dengan mitra dagangnya, pada saat terjadinya akuisisi oleh entitas induk terhadap sesama entitas anak fellow subsidiaries yang terlibat
Universita Sumatera Utara
dalam kegiatan yang sama seperti mitra dagang sebelumnya. Selain itu, satu pihak dapat menahan diri untuk bertindak, karena pengaruh signifikan dari yang lain -
misalnya, entitas anak dapat diminta oleh entitas induk untuk tidak terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
2.1.5 Kinerja Keuangan
Setiap investor pasti mengkehendaki keuntungan dari dana yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu sangat penting bagi investor untuk pada
perusahaan mana ia akan berinvestasi. Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai oleh perusahaan dari berbagai aktivitas yang dilakukan dalam
mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio keuangan.
Harga saham dapat dilihat dari informasi keuangan salah satunya laporan keuangan. Laporan keuangan financial statements merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi –transaksi
keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan Zaki Baridwan,1992. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keunagan dapat juga digunakan
untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan
yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut IAI, 2007 Kinerja
Universita Sumatera Utara
Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berkaitan dengan profitabilitas, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi
perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan
tujuan yang telah ditetapkan. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif,
dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu priode dengan jumlah
aktiva atau jumlah modal perusahaan Munawir, 1979.
Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Universita Sumatera Utara
2.1.6 Pengaruh Transaksi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan.
Pernyataan dalam PSAK berhubungan dengan pengungkapan pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan transaksi antara perusahaan
pelapor dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Pihak-pihak yang berhubungan istimewa adalah pihak-pihak yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak
lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah salah satu hal
yang normal dalam dunia bisnis dan perdagangan. Hubungan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa akan mempengaruhi laporan rugi laba dan posisi
keuangan entitas. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat melakukan transaksi yang tidak akan dilakukan oleh pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh hubungan istimewan dengan suatu pihak
walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan pihak tersebut. Dalam
hal menyusun
laporan keuangan
pihak manajemen
berkepentingan menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan berdasarkan kepentingan pribadi. Kondisi ini perlu suatu mekanisme
pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Good Corporate Governance Dewan Komisaris Independen dan
Komite Audit memiliki kemampuan dalam menyusun laporan keuangan yang memberikan informasi laba atau keuntungan pada akhir periode.
Universita Sumatera Utara
Teknik manajemen laba dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang
dilaporkan menjadi rendah. Laba yang dilaporkan tinggi akan mempengaruhi para pemengang saham atau para pengguna laporan keuangan dalam hal pengambilan
keputusan untuk masa yang akan datang. Baik pihak pengguna laporan keuangan intern maupun pihak ekstern perusahaan.
2.2 Review Peneliti Terdahulu Theoritical Mapping
Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang berkaitan denagan penelitian ini adalah:
1. Ujiyanto dan Bambang 2007 yang meneliti Mekanisme Good Coorporate governance
, Manajemen Laba dan kinerja keuangan pada perusahaan sektor manufaktur pada Bursa Efek Jakarta. Pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan Manajemen laba discretionary accruals tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan cash flow return on assets. Teknik analisis menggunakan analisa statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata, minimum,
maksimum dan standar deviasi, dengan melakukan uji asumsi klasik normality, multicolinearty dan heterokedastisitas
dan pengujian hipotesis analisis regresi berganda, dengan menggunakan analisis dua jalur. Dengan
saran perlu menambah variabel komite audit yang merupakan suatu komite yang membantu fungsi pengawasan dewan komisaris. Dan dalam pengukuran
Universita Sumatera Utara
kinerja keuangan, biaya non kas dalam menentukan cash flow return on asset hanya menggunakan biaya defresiasi, untuk selanjutnya menambah biaya non
kas yang lain. 2. Hamonagan dan Machfoedz 2006 , yang meneliti mekanisme corporate
governance, kualitas laba dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian mekanisme corporate governance
memengaruhi kualitas laba. Penelitian ini memberikan bukti bahwa mekanisme corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan. Dan
kualitas laba bukan merupakan variabel pemediasi variabel intervening ,sebagian atau penuh dalam hubungan antara mekanisme corporate
governance dan nilai perusahaan. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti
dan mendapatkan teori akan peranan kualita laba sebagai variabel pemediasi dalam hubungan antara mekanisme corporate governance dan nilai
perusahaan. 3. Tuti Sriwedari 2009, yang meneliti mekanisme good corporate governance,
manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitianya tidak ada satupun variabel independen yang
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, bahkan ada beberapa yang berpengaruh negatif seperti kepemilikan instutional terhadap
manajemen laba, kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba, dan manajemen laba
terhadap kinerja keuangan artinya dari hasil peelitian tidak satupun dari hasil hipotesis yang dapat diterima. Menggunakan analisis dua jalur atau hubungan
antar variabel, dan menggunakan statistik deskiptif. Saran bagi peneliti
Universita Sumatera Utara
selanjutnya menggunakan secara lengkap prinsip-prinsip GCG, dengan lebih menggunakan indikator-indikator selain yang digunakan dalam penelitian ini,
dan menggunakan data penelitian tidak hanya pada perusahaan manufaktur tetapi perusahaan yang lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Dian dan Vidi 2010, yang meneliti Corporate Government Mechanism, Company Size, and Earnings Management
pada Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya terdiri dari: Dewan komisaris, komite audit, kepemilikan
institusional, dan perusahaan masing-masing memiliki dampak yang signifikan terhadap akrual diskresioner, sementara kepemilikan tidak
memiliki dampak yang signifikan terhadap akrual diskresioner. Menggunakan analisi regresi linear berganda.
5. Linvani Kuan,et al 2010, meneliti Related Party Transaction and Earnings Management.
Hasil penelitian semua analisis dilakukan dalam penelitian ini pada umumnya tidak menemukan secara empiris bukti adanya hubungan
related party transaction dan earning management diperusahaan Indonesia.
Ada beberapa alasan layak bebrapa kontradiksi dengan prinsip-prinsip teori keagenan dan tidak signifikan hubungan antara related party transaction dan
earning management dalam Indonesia seperti yang ditemukan dalam
penelitian. Teknik analis menggunakan korelasi matrik. Sedangkan untuk pene;iti selanjutnya dapt dilakukan dengan menggunakan ukuran yang
berbeda dari related party transaction seperti transaksi dengan pihak primer dan skunder menurut penelitian Gordon dan Henry 2005.
6. Elizabeth, Elaine 2005, meneliti: Related Party Transaction and Earnings Management.
Hasil penelitian penulis menemukan bukti bahwa manajemen
Universita Sumatera Utara
laba yang diukur dengan disesuaikan akrual normal mutlak, dikaitkan dengan jenis transaksi tertentu seperti yang melibatkan fixed rate pembiayaan dari
pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dimana penjelasan hasil penelitian ini menyatakan bahwa ketika perusahaan telah memperoleh
pembiayaan dari pihak terkait daripada pihak ketiga, baik karena mereka tidak mampu melakukannya atau karena alasan lain, mungkin ada insentif
untuk mengelola pendapatan untuk memperoleh pembiayaan dimasa depan dan membayar pihak terkait. Dari hasil penelitian ini juga tidak menunjukkan
disesuiakan akrual normal berhubungan dengan jenis atau jumlah transaksi seperti: pinjaman, investasi, pembelian. Secara keseluruhan tampak bahwa
kekhawatiran tentang pihak transaksi hubungan istimewa, namun hanya beberapa transaksi yang mempunyai hubungan istimewa. Kehadiran transaksi
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tidak selalu indikasi bahwa perusahaan tersebut cenderung untuk terlibat dalam manajemen laba yang
lebih besar. 7. Mark dan Brian 2004, meneliti: Related Party Transaction. Hasil penelitian
menyiratkan kuat kuantitatif interprestasi materialitas oleh perusahaan related party transaction
. Artinya sebagai ukuran perusahaaan meningkat, pentingnya nilai transaksiyang diberikan relatif menurun. Penulis juga
menemukan bukti kualitatif materialitas penilaian. Hasil penelitian ini menyarankan pemantauan pengumuman penilaian dalam mengurangi
terjadinya transaksi yang mempunyai hubungan istimewa dan membantu untuk disiplin pengungkapan transaksi yang terjadi. Peneliti menemukan hasil
yang beragam dan lemah dalam analisis univariat peneliti pada kepemilikan
Universita Sumatera Utara
institutional dan related party transaction . Tapi sampel peneliti hanya terdiri dari perusahaan-perusahaan besar di S P indeks. Perusahaan-perusahaan
indeks memiliki kepemilikan institutional yang tinggi dan berikut analisis diseluruh informasi, sehingga tidak mungkin cukup variabilitas dalam
langkah-langkah untuk mengidentifikasi atau related party transaction yang potensi. Tehnik analisa menggunakan korelasi matrik dan multivarian.
Penelitian selanjutnya sebaiknya memeriksa sampel yang lebih luas untuk menentukan sejauh mana keterbatasan.
8. Vinola Herawati 2008 yang meneliti Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management Terhadap
Nilai Perusahaan. Variabel Independen adalah Earning Management, Variabel Dependen Nilai Perusahaan, sedangnkan Variabel moderating
adalah Corporate Governance. Hasil penelitian menyatakan adanya kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan dimungkinkan
karena belum banyak manajemen perusahaan di Indonesia memiliki saham perusahaan yang dikolalanya dengan jumlah yang cukup signifikan. Praktek
GCG ini kurang sempurnah dikarenakan pemilihan tahun selama 3 tahun sedangkan sebelumnya menggunakan 5 tahun periode audit.
9. Ikhtisar Review Penelitian Terdahulu disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil dan Penelitian
1 Ujiyanto dan
Bambang 2007
Mekanisme Good
Coorporate governance,
Manajemen Laba
dan kinerja
Variabel indep enden adalah Good
corporate governance ,
Manajemen laba
sedangkan variable
dependen adalah
Pengaruh kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan
jumlah dewan
komisaris secara bersama-sama teruji
dengan tingkat
pengaruh yang
signifikan terhadap
Universita Sumatera Utara
keuangan kinerja keuangan
manajemen laba. Manajemen laba discretionary accruals
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan cash flow return on assets
.
2
Hamonagan dan
Machfoedz 2006
mekanisme corporate
governance, kualitas
laba dan
nilai perusahaan
Variabel Independen adalah
corporate governance,
kualitas laba,
sedangkan variabel
Dependen adalah
nilai perusahaan
Hasil penelitian mekanisme corporate
governance memengaruhi kualitas laba.
Penelitian ini memberikan bukti
bahwa mekanisme
corporate governance
mempengaruhi nilai
perusahaan. Dan kualitas laba
bukan merupakan
variabel pemediasi variabel intervening ,sebagian atau
penuh dalam
hubungan antara mekanisme corporate
governance dan
nilai perusahaan
3
Tuti Sriwedari
2009 mekanisme
good corporate
governance
, manajemen
laba dan
kinerja keuangan
perusahaan
Variabel independen adalah
Kepemilikan Instituonal,Kepemilika
Manajerial, Dewan
Koisaris Independen, Komite
Audit dan
Manajemen Laba.
Variabel Dependen
adalah Kinerja
Keuangan Perusahaan variabel independen yang
berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen, bahkan ada beberapa yang
berpengaruh negatif seperti kepemilikan
instutional terhadap manajemen laba,
kepemilikan manajerial
terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris
independen terhadap
manajemen laba,
dan manajemen laba terhadap
kinerja keuangan artinya dari hasil peelitian tidak satupun
dari hasil hipotesis yang dapat diterima.
4
Dian dan
Vidi 2010 Corporate
Government Mechanism,
Company Size, and Earnings
Management Variabel Independen
adalah Dewan
Komisaris, Komite
Audit, Kepemilikan
Instutional, Kepemilikan
Manajerial dan
Manajemen Laba.
Variabel Dependen
adalah Nilai
Perusahaan Dewan komisaris, komite
audit, kepemilikan
institusional, dan perusahaan masing-masing
memiliki dampak
yang signifikan
terhadap akrual diskresioner, sementara kepemilikan tidak
memiliki dampak
yang signifikan terhadap akrual
diskresioner
Universita Sumatera Utara
5
Linvani Kuan,et
al 2010
Related Party Transaction
and Earnings Management
Variabel Independen adalah Related party
transaction. Variabel
Dependen adalah
Manajemen laba,
sedangkan variabel
kontrol adalah cash flow, leverage, ROA,
Firm Size Semua analisis dilakukan
dalam penelitian ini pada umumnya tidak menemukan
secara empiris bukti adanya hubungan
related party
transaction dan
earning management
diperusahaan Indonesia.
6
Elizabeth, Elaine
2005 Related Party
Transaction and Earnings
Management Variabel independen
adalah Related Party Transaction,
sedangkan variabel
dependen adalah
Earning Management Menemukan bukti bahwa
manajemen laba yang diukur dengan disesuaikan akrual
normal mutlak, dikaitkan dengan
jenis transaksi
tertentu seperti
yang melibatkan
fixed rate
pembiayaan dari pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Kehadiran transaksi pihak-pihak yang
mempunyai hubungan
istimewa tidak
selalu indikasi bahwa perusahaan
tersebut cenderung untuk terlibat dalam manajemen
laba yang lebih besar.
7
Mark dan
Brian 2004 Related Party
Transaction Related
Party Transaction
Hasil penelitian
ini menyarankan
pemantauan pengumuman
penilaian dalam mengurangi terjadinya
transaksi yang mempunyai hubungan
istimewa dan
membantu untuk disiplin pengungkapan
transaksi yang terjadi.
Universita Sumatera Utara
8
Vinola Herawaty
2008 Peran Praktek
Corporate Governance
Sebagai Moderating
Variabel
dari Pengaruh
Earnings Management
Terhadap Nilai Perusahaan
Variabel independen adalah
Earning Management,
Variabel Dependen adalah Nilai
Perusahaan, sedangkan
variabel moderating
adalah corporate governance
kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai
perusahaan dimungkinkan
karena belum
banyak manajemen perusahaan
di Indonesia memiliki saham perusahaan yang
dikolalanya dengan
jumlah yang
cukup signifikan.
Praktek GCG
ini kurang
sempurnah dikarenakan pemilihan
tahun selama 3 tahun sedangkan sebelumnya
menggunakan 5 tahun periode audit.
Universita Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep