1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Linvani Kuan,et al. 2010 yang telah menguji Related Party Transaction and Earnings Management.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitan sebelumnya adalah peneliti sebelumnya menggunakan  variabel  kontrol  :  cash  flow,  leverage,  retun  on  asset  ROA,  firm
size,  audit  firms. Variabel  dependen  pada  penelitian  yang  dilakukan  Linvani
Kuan,et al adalah Earnings Management. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan  variabel  independen  terdiri  dari  Transaksi  Pihak-pihak  yang
Mempunyai  Hubungan  Istimewa  dan  Manajemen  Laba.  Variabel  dependen  yang digunakan kinerja keuangan.
Penelitian Elizabeth dan Elaine 2005 juga telah menguji Related Party Transaction  and  Earnings  Management.
Penelitian  Linvani  Kuan,et  al  dan Elizabeth    Elaine  tidak  menggunakan  variabel  moderating.  Sedangkan  pada
penelitian  ini,  peneliti  menggunakan  Good  Corporate  Governance  sebagai variabel moderating.  Objek penelitian  yang digunakan pada penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode penelitian yakni dari tahun 2012, sedangkan objek penelitian Linvani Kuan,et al sebelumnya
perusahaan manufaktur  dan non manufaktur  yang terdaftar di JXS untuk periode 2004 -2005, sedangkan  penelitian Elizabeth dan Elaine menggunakan data tahun
2000 – 2001.
Universita Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori keagenan Agency Theory
Teori  keagenan  Agency  theory  merupakan  basis  teori  yang  mendasari praktik  bisnis  perusahaan  yang  dipakai  selama  ini.  Teori  tersebut  berakar  dari
sinergi  teori  ekonomi,  teori  keputusan,  sosiologi,  dan  teori  organisasi.  Prinsip utama  teori  ini  menyatakan  adanya  hubungan  kerja  antara  pihak  yang  memberi
wewenang  prinsipal  yaitu  investor  dengan  pihak  yang  menerima  wewenang agensi  yaitu manajer, dalam bentuk
kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”.
Teori  keagenan  menyatakan  bahwa  antara  manajemen  dan  pemilik mempunyai  kepentingan  yang  berbeda  Jensen  dan  Meckling,  1976.  Dalam
model  keagenan  dirancang  sebuah  sistem  yang  melibatkan  kedua  belah  pihak, sehingga  diperlukan  kontrak  kerja  antara  pemilik  principal  dan  manajemen
agent.  Dalam  kesepakatan  tersebut  diharapkan  dapat  memaksimumkan  utilitas principal
,  dan  dapat  memuaskan  serta  menjamin  agen  untuk  menerima  reward dari hasil aktivitas pengelolaan perusahaan. Perbedaan kepentingan antara pemilik
dan  manajemen  terletak  pada  maksimalisasi  manfaat  utility  pemilik  principal dengan kendala constraint manfaat utility dan insentif yang akan diterima oleh
manajemen  agent.  Karena  kepentingan  yang  berbeda  sering  muncul  konflik kepentingan  antara  pemegang  saham  pemilik  principal  dengan  manajemen
agent.
Universita Sumatera Utara
Pada  dasarnya  agency  theory  merupakan  model  yang  digunakan  untuk memformulasikan  permasalahan  conflict  antara  manajemen  agent  dengan
pemilik principal. Kinerja perusahaan yang telah dicapai oleh pihak manajemen diinformasikan kepada pihak pemilik principal dalam bentuk laporan keuangan.
Dalam  sistem  desentralisasi,  manajemen  mempunyai  informasi  yang  superior dibandingkan  dengan  pemilik,  karena  manajemen  telah  menerima  pendelegasian
untuk  pengambilan  keputusan  kebijakan  perusahaan.  Ketika  pemilik  tidak  dapat memonitor  secara  sempurna  aktivitas  manajemen,  maka  secara  potensial
manajemen  dapat  menentukan  kebijakan  yang  mengarah  pada  peningkatan  level kompensasinya. Pada model hubungan principal-agent, seluruh tindakan actions
telah didelegasikan oleh pemilik principal kepada manajer agent. Teori  agensi  mengasumsikan  bahwa  semua  individu  bertindak  atas
kepentingan  mereka  sendiri.  Pemegang  saham  sebagai  principal  diasumsikan hanya  tertarik  kepada  hasil  keuangan  yang  bertambah  atau  investasi  mereka  di
dalam  perusahaan.  Sedang  para  agen  disumsikan  menerima  kepuasan  berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Karena  perbedaan  kepentingan  ini  masing-masing  pihak  berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian
yang  sebesarnya  dan  secepatnya  atas  investasi  yang  salah  satunya  dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan
kepentingannya  diakomodir  dengan  pemberian  kompensasi    bonus    insentif remunerasi  yang  “memadai”  dan  sebesar  -  besarnya  atas  kinerjanya.  Principal
menilai  prestasi  Agen  berdasarkan  kemampuannya  memperbesar  laba  untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin
Universita Sumatera Utara
besar  deviden,  maka  Agen  dianggap  berhasilberkinerja  baik  sehingga  layak mendapat insentif yang tinggi.
Sebaliknya  Agen  pun  memenuhi  tuntutan  Principal  agar  mendapatkan kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka
sang Agen dapat memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target tercapai.  Permainan  tersebut  bisa  atas  prakarsa  dari  Principal  ataupun  inisiatif
Agen sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan, misal: adanya piutang  yang tidak mungkin tertagih  yang tidak dihapuskan; Capitalisasi
expenses yang  tidak  semestinya;  Pengakuan  penjualan  yang  tidak  semestinya;
yang  kesemuanya  berdampak  pada  besarnya  nilai  aktiva  dalam  neraca  yang “mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan nilai yang sebenarnya. Atau
bisa juga dengan melakukan income smoothing membagi keuntungan ke periode lain  agar  setiap  tahun  kelihatan  perusahaan  meraih  keuntungan,  padahal
kenyataannya merugi atau laba turun.
2.1.2 Good Coorporate Governance GCG
Perkembangan  konsep  corporate  governance  sesungguhnya  telah dimulai jauh sebelum isu corporate governance  menjadi kosa kata paling hangat
di  kalangan  eksekutif  bisnis.  Banyak  terdapat  definisi  yang  digunakan  untuk memberikan  gambaran  tentang  corporate  governance,  yang  diberikan  baik  oleh
perorangan  individual  maupun  institusi  institutional.  Adapun  institusi  yang memberikan  definisi  atas  corporate  governance  antara  lain  adalah  Forum  for
Corporate  Governance  in  Indonesia FCGI  dan  Organizaton  for  Economic
Cooperation and Development OECD.
Universita Sumatera Utara
FCGI mendefinisikan corporate governance  yang disadur dari Cadbury Committee of United Kingdom
sebagai: …..Seperangkat  peraturan  yang  mengatur  hubungan  antara  Pemegang  Saham,
pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan  kewajiban  mereka  atau  dengan  kata  lain  suatu  sistem  yang  mengatur  dan mengendalikan  perusahaan.  Tujuan  corporate  governance  ialah  untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak  yang berkepentingan  stakeholders. FCGI, 2006
Menurut  Finance  Committee  on  Corporate  Governance  Malaysia menyatakan  bahwa  good  corporate  governance  merupakan  suatu  proses  serta
struktur  yang  digunakan  untuk  mengarahkan  sekaligus  mengelola  bisnis  dan urusan  perusahaan  ke  arah  peningkatan  pertumbuhan  bisnis  dan  akuntabilitas
perusahaan.  Adapun  tujuannya  adalah  menaikkan  nilai  saham  dalam  jangka panjang,  tetapi  tetap  memperhatikan  berbagai  kepentunagna  para  stakeholder
lainnya. Menurut  Organization  of  Economic  Cooperationand  Development
OECD  mendefiniskan  Corporate  Governance  sebagai  berikut: “corporate
governance  is  the  system  by  which  business  corporations  are  directed  and controlled.  The  Corporate  Governance  structure  specifies  the  distribution  of  the
right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the  board,  managers,  shareholders,  and  other  stakeholders,  and  spells  out  the
rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it
Universita Sumatera Utara
also provides this structure through which the company objectives are set, and the means of attaining
those objectives and monitoring performance” OECD  melihat  Corporate  Governance  sebagai  suatu  sistem  dimana
sebuah perusahaan atau  entitas bisnis diarahkan  dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka  struktur  dari  Corporate  Governance  menjelaskan  distribusi  hak-hak  dan
tanggungjawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta pihak-
pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari Corporate Governance
juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan  pemutusan  kebijakan  sehingga  dengan  melakukan  itu  semua  maka  tujuan
perusahaan  dan  pemantauan  kinerjanya  dapat  dipertangungjawabkan  dan dilakukan dengan baik,
Corporate  governance merupakan  suatu  proses  dan  struktur  yang
digunakan  oleh  organ  BUMN  untuk  meningkatkan  keberhasilan  usaha  dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemengang saham dalam jangka
panjang  dengan  tetap  memperhatikan  kepentingan  stakeholder    lainnya, berlandaskan  peraturan  perundangan  dan  nilai-nilai  etika.  Kep.  Men  BUMN
2002
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance atau GCG merupakan :
1.
Suatu  struktur  yang  mengatur  pola  hubungan  harmonis  antara  peran  dewan Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan para stakeholder lainnya.
Universita Sumatera Utara
2.
Suatu  sistem  pengecekan,  perimbangan  kewenangan  atas  pengandalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang : pengelolaan salah
dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3.
Suatu  proses  yang  transparan  atas  penentuan  tujuan  perusahaan,  pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut Kep.Men.BUMN, 2002 meliputi:
1.  Transparansi,  yaitu  keterbukaan  dalam  melaksanakan  proses  pengambilan keputusan  dan  keterbukaan  dalam  mengemukakan  informasi  materiil  dan
relevan mengenai perusahaan. 2.  Kemandirian,  yaitu  suatu  keadaan  dimana  perusahaan  dikelola  secara
profesional  tanpa  benturan  kepetingan  dan  pengaruh    tekanan  dari  pihak manapun  yang  tidak  sesuai  dengan  peraturan  perundang-undangan  yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 3.  Akuntabilitas,  yaitu  kejelasan  fungsi,  pelaksanaan  dan  pertanggung  jawabab
organ segingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4.  Pertanggung  jawab,  yaitu  kesesuaian  didalam  pengelolaan  perusahaan
terhadap  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku  dan  prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5.  Kewajaran,fairness,  yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak- hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Universita Sumatera Utara
2.1.2.1 Dewan Komisaris Independen
Dalam  rangka  memberdayakan  fungsi  pengawasan  Dewan  Komisaris, keberadaan  Komisaris  Independen  adalah  sangat  diperlukan.  Secara  langsung
keberadaan  Komisaris  Independen  menjadi  penting,  karena  didalam  praktek sering  ditemukan  transaksi  yang  mengandung  benturan  kepentingan  yang
mengabaikan  kepentingan  pemegang  saham  publik  pemegang  saham  minoritas serta  stakeholder  lainnya,  terutama  pada  perusahaan  di  Indonesia  yang
menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya. Komisaris  Independen  adalah  anggota  dewan  komisaris  yang  tidak
terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,  serta  bebas  dari  hubungan  bisnis  atau  hubungan  lainnya  yang  dapat
mempengaruhi  kemampuannya  untuk  bertindak  independen  atau  bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Secara  umum  dewan  komisaris  ditugaskan  dan  diberi  tanggung  jawab atas pengawasan kualitas informaasiyang terkandung dalan laporan keuangan. Hal
ini  penting  mengingat  adanya  kepentingan  dari  manajemen  untuk  melakukan manajemen  laba  yang  berdampak  pada  berkurangnya  kepercaan  investor.  Untuk
mengawasinya  dewan  komisaris  diperbolehkan  memiliki  akses  pada  informasi perusahaan.
Pertimbangan  Independen  adalah  cara  pandang  atau  penyelesaian masalah  dengan  mengesampingkan  kepentingan  pribadi  dan  menghindari
benturan  kepentingan.  Tugas  Dewan  Komisaris  adalah  melakukan  pengawasan dan  memberikan  nasihat  kepada  Direksi.  Tugas  pengawasan  dan  nasihat  itu
dilaksanakan  oleh  Dewan  Komisaris  berdasarkan  Anggaran  Dasar  Perseroan.
Universita Sumatera Utara
Pengawasan  oleh  Dewan  Komisaris  meliputi  baik  pengawasan  atas  kebijakan Direksi  dalam  melakukan  pengurusan  Perseroan  Terbatas,  serta  jalannya
pengurusan  tersebut  secara  umum –  baik  mengenai  Perseroan  maupun  usaha
Perseroan.  Pengawasan  dan  nasihat  yang  dilakukan  Dewan  Komisaris  harus bertujuan  untuk  kepentingan  Perseroan  dan  sesuai  dengan  maksud  dan  tujuan
Perseroan. Kriteria  Komisaris  Independen  secara  rinci  diatur  dalam  peraturan
Bapepam-LK yaitu : 1.  Berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik
2.  Tidak  mempunyai  saham  Emiten  atau  Perusahaan  Publik  baik  langsung maupun tidak langsung
3. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Komisaris, Direksi dan Pemegang saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik
4. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung
2.1.2.2 Komite Audit
Badan  Pengawasa  Pasar  Modal  dan  Lembaga  Keuangan  Bapepam-LK menerbitkan  peraturan  tentang  pembentukan  dan  pedoman  pelaksanaan  kerja
komit  audit  sebagai  penyempurnaan  peraturan  sebelumnya.  Menyatakan penyempurnaan  peraturan  itu  dimaksudkan  untuk  meningkatkan  independensi,
peran  dan  kewenangan  Komite  Audit  dalam  membantu  pelaksanan  tugas  dan fungsi pengwasan dewan komisaris emiten atau perusahaan publik.
Universita Sumatera Utara
Peraturan dimaksud adalah Peraturan Nomor IX.I.5 lampiran Keputusan Ketua  Bapepam  dan  LK  Nomor:  Kep-643BL2012  tentang  Pembentukan  dan
Pedoman  Pelaksanaan  Kerja  Komite  Audit.  Penerbitan  peraturan  ini penyempurnaan  sekaligus  mencabut  Keputusan  Ketua  Bapepam  Nomor:  KEP-
29PM2004  tanggal  24  September  2004  tentang  Pembentukan  dan  Pedoman Pelaksanaan  Kerja  Komite  Audit.  Peraturan  tersebut  memuat  ketentuan  umum,
struktur  dan  keanggotan,  persyaratan  keanggotaan,  masa  tugas,  tugas  dan tanggung jawab, wewenang, rapat, dan pelaporan komite audit, serta sanksi.
Peraturan ini juga memuat pengaturan sistem pelaporan terkait informasi pengangkatanpemberhentian komite audit kepada Bapepam-LK, yang juga wajib
dimuat dalam laman burs danatau laman emiten atau perusahaan publik. Komite  Audit  bertugas  membantu  dewan  komisaris  untuk  memastikan
bahwa: 1.   laporan  keuangan  disajikan  secara  wajar  sesuai  dengan  prinsip  akuntansi
yang berlaku umum. 2.   Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik.
3.   Pelaksanaan  audit  internal  maupun  eksternal  dilaksanakan  sesuai  dengan standar audit yang berlaku.
4.  Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Disamping  itu,  Komite  Audit  juga  bertugas  memproses  calon  auditor
eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris. Pedoman  Good  Corporate  Governance  tidak  mengatur  banyaknya
anggota  Komite  Audit  dalam  suatu  perusahaan  namun  harus  disesuaikan  dengan kompleksitas  Perusahaan  dengan  tetap  memperhatikan  efektifitas  dalam
Universita Sumatera Utara
pengambilan  keputusan.  Bagi  perusahaan  yang  sahamnya  tercatat  di  bursa  efek, perusahaan  negara,  perusahaan  daerah,  perusahaan  yang  menghimpun  dan
mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat  luas,  serta  perusahaan  yang  mempunyai  dampak  luas  terhadap
kelestarian  lingkungan,  Komite  Audit  diketuai  oleh  Komisaris  Independen  dan anggotanya  dapat  terdiri  dari  Komisaris  dan  atau  pelaku  profesi  dari  luar
perusahaan.  Salah  seorang  anggota  memiliki  latar  belakang  dan  kemampuan akuntasi dan atau keuangan.
Adapun  persyaratan  anggota  Komite  Audit  menurut  Pedoman  Good Corporate  Governance
di  Negara-negara  anggota  ACMF    The  Asean  Capital Market Forum
sebagai berikut : 1.   Memiliki  integritas  yang  tinggi,  kemampuan,  pengetahuan  dan  pengalaman
yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya. 2.    Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik.
3.   Memiliki  kemampuan  yang  cukup  untuk  membaca  dan  memahami  laporan keuangan .
4.   Memiliki  pengetahuan  yang  memadai  mengenai  peraturan  perundang- undangan dibidang pasar modal.
5.   Salah  satu  anggota  memiliki  latar  belakang  pendidikan  akuntansi  atau keuangan.
6.  Bukan  merupakan  orang  dalam  Kantor  Akuntan  Publik,  Konsultan  Hukum maupun  Pihak  lain  yang  memberikan  jasa  audit,  non  audit  maupun  jasa
konsultasi  lain  kepada  Emiten  atau  Perusahaan  Publik  dalam  waktu  enam bulan terakhir sebelum diangkat.
Universita Sumatera Utara
7.   Tidak  mempunyai  hubungan  keluarga  karena  perkawinan  dan  keturunan sampai derajat kedua dengan Direksi, Komisaris dan Penegang saham Utama
Emiten maupun Perusahaan Publik. 8.   Tidak  mempunyai  hubungan  usaha  baik  langsung  mapun  tidak  langsung
dengan kegiatan usaha Emiten maupun Perusahaan Publik. 9.   Tidak memiliki saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun
tidak langsung. 10.  Bukan  merupakan  orang  yang  berwenang  dan  bertanggungjawab
merencanakan,  memimpin  dan  mengendalikan  kegiatan  Emiten  maupun Perusahaan Publik dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat.
2.1.3 Manajemen Laba
Manajemen  laba  mencakup  usaha  manajemen  untuk  memaksimumkan atau  meminimumkan  laba,  termasuk  perataan  laba  sesuai  dengan  keinginan
manajer. Scott,  2000    membagi  cara  pemahaman  atas  manajemen  laba  menjadi dua:
1. Pertama,  melihatnya  sebagai  perilaku  oportunistik  manajer  untuk
memaksimumkan  utilitasnya  dalam  menghadapi  kontrak  kompensasi, kontrak utang, dan political costs opportunistic earnings management.
2. Kedua,  dengan  memandang  manajemen  laba  dari  perspektif  efficient
contracting  efficient  earnings  management, dimana  manajemen  laba
memberi  manajer  suatu  fleksibilitas  untuk  melindungi  diri  mereka  dan perusahaan  dalam  mengantisipasi  kejadian-kejadian  yang  tak  terduga
untuk  keuntungan  pihak-pihak  yang  terlibat  dalam  kontrak.  Dengan
Universita Sumatera Utara
demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen  laba,  misalnya  dengan  membuat  perataan  laba  income
smoothing dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Pengertian  manajemen  laba  menurut  Fischer  dan  Rozenzwig,  1995
manajemen  laba  adalah  tindakan  manajer  yang  menaikkan  menurunkan  laba yang  dilaporkan  dari  unit  yang  menjadi  tanggung  jawabnya  yang  tidak
mempunyai  hubungan  dengan  kenaikan  atau  penurunan  profitabilitas  perusahaan dalam jangka panjang.
Pengertian  manajemen  laba  menurut  Healy  dan  Wallen,  1999
manajemen  laba  terjadi  ketika  manajer  menggunakan  judgement  dalam  laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga
menyesatkan  stakeholders  tentang  kinerja  ekonomi  perusahaan  atau  untuk mempengaruhi  hasil  yang  berhubungan  dengan  kontrak  yang  tergantung  pada
angka akuntansi. Menurut  Scott,  2000  menyatakan  bahwa  Manajemen  laba  adalah
pilihan direksi yang mempengaruhi laba  yang tujuannya adalah mencapai tujuan –
tujuan tertentu. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Tipe-tipe manajemen laba menurut Scott, 2000 yaitu:
a. Taking a bath
Salah  satu  pola  manajemen  laba  ketika  perusahaan  akan  dilakukan reorganisasi  penciutan  pegawai  apa  bila  perusahaan  harus  melakukan  rugi,
direksi dapat merasakan bahwa kebijakan sedikit kita rugi itu tidak masalah.
Universita Sumatera Utara
Tindakan ini melakukan tindakan dan akan menghapuskan laba, biaya tahun ini  dimasukkan  tahun  ini  karena  adanya  tindakan  dalam  meningkatkan  laba
tahun  depan.  Pada  tahun  depan  akan  mengambil  keputusan  dalam merampingkan perusahaan melakukan PHK.
b. Income minimization meminimalkan pendapatan
Pola  ini  dipilih  mungkin  karena  sudut  pandang  politik  selama  periode  atau motif  meminimalkan  pajak.  Cara  ini  dilakukan  pada  saat  perusahaan
memperoleh  profitabilitas  yang  tinggi  dengan  tujuan  agar  tidak  mendapat perhatian  secara  politik.  Kebijakan  yang  diambil  dapat  berupa  penghapusan
write  off atas  barang-barang  modal  dan  aktiva  tak  berwujud.  Pembebann
pengeluaran iklan, riset, biaya penelitian yang dikeluarkan dan pembangunan yang cepat.
c. Income Maximization memaksimalkan pendapatan
Dari  direksi  bertujuan  untuk  mencapai  bonus,  perusahaan  yang  berkaitan dengan perjanjian utang makanya dilakukan memaksimalkan laba.
d. Income Smoothing Meratakan laba
Tindakan ini pola dilakukan atau dipakai direksi  yang mempunyai sifat yang tidak  mau  menghadapi  resiko  maka  direksi  berkeinginan  perubahan  laba,
maka dilakukan meratakan laba.
2.1.4 Transaksi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Menurut  PSAK  Nomor  7,  pihak-pihak  yang  mempunyai  hubungan istimewa  adalah  orang  atau  entitas  yang  terkait  dengan  entitas  tertentu  dalam
Universita Sumatera Utara
menyiapkan laporan keuangannya dalam pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”
a  Orang  atau  anggota  keluarga  terdekat  terkait  entitas  pelopor  jika  orang tersebut:
i memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; ii memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau
iii  personal  manajemen  kunci  entitas  pelapor  atau  entitas  induk  entitas pelapor
b  Suatu  entitas  terkait  dengan  entitas  pelapor  jika  memenuhi  salah  satu  hal berikut;
i Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama artinya  entitas  induk,  entitas  anak  dan  entitas  anak  berikutnya  terkait
dengan entitas lain. ii Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain
atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya.
iii  Kedua  entitas  tersebut  adalah  ventura  bersama  dari  pihak  ketiga  yang sama
iv  Satu  entitas  adalah  ventura  bersama  dari  entitas  ketiga  dan  entitas  yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.
v Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja  dari  salah  satu  entitas  pelapor  atau  entitas  yang  terkait  dengan
entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga terkait dengan entitas pelapor.
Universita Sumatera Utara
vi  Entitas  yang  dikendalikan  atau  dikendalikan  bersama  oleh  orang  yang diidentifikasi dalam butir a.
vii  Orang  yang  diidentifikasi  dalam  butir  a  i  memiliki  pengaruh signifikan  terhadap  entitas  atau  anggota  menejemen  kunci  entitas  atau
entitas induk dari entitas. Istilah berikut yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Anggota  keluarga  dekat  dari  individu
adalah  anggota  keluarga  yang  mungkin mempengaruhi,  atau  dipengaruhi  oleh,  orang  dalam  hubungan  mereka  dengan
entitas. Mereka dapat termasuk: a pasangan hidup dan anak dari individu;
b anak dari pasangan hidup individu; dan c tanggungan dari individu atau pasangan hidup individu.
Anggota  manajemen  kunci  adalah  orang-orang  yang  mempunyai kewenangan  dan  tanggung  jawab  untuk  merencanakan,  memimpin  dan
mengendalikan  aktivitas  entitas,  secara  langsung  atau  tidak  langsung,  termasuk direktur dan komisaris baik eksekutif maupun tidak dari entitas.
Pihak-pihak  yang  Mempunyai  Hubungan  Istimewa  adalah  pihak-pihak yang  dianggap  mempunyai  hubungan  istimewa  bila  satu  pihak  mempunyai
kemampuan  untuk  mengendalikan  pihak  lain  atau  mempunyai  pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional.
Transaksi antara pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan  Istimewa adalah suatu pengalihan  sumber  daya  atau  kewajiban  antara  pihak-pihak  yang  mempunyai
hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan.
Universita Sumatera Utara
Tujuan Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Hubungan  dengan  pihak-pihak  yang  mempunyai  hubungan  istimewa merupakan  suatu  karakteristik  feature  normal  dari  perdagangan  dan  bisnis.
Misalnya,  entitas  sering  melaksanakan  bagian  dari  kegiatan  mereka  melalui entitas  anak,  ventura  bersama  dan  entitas  asosiasi.  Dalam  keadaan  ini,  entitas
memiliki  kemampuan  untuk  mempengaruhi  kebijakan  keuangan  dan  operasi investee
melalui  adanya  pengendalian,  pengendalian  bersama  atau  pengaruh signifikan.
Suatu  hubungan  dengan  pihak-pihak  yang  mempunyai  hubungan istimewa dapat berpengaruh terhadap laba  atau  rugi dan posisi keuangan entitas.
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat menyepakati transaksi di mana  pihak-pihak  yang  tidak  mempunyai  hubungan  istimewa  tidak  dapat
melakukannya.  Misalnya,  entitas  yang  menjual  barang  kepada  entitas  induknya pada harga perolehan, mungkin tidak menjual dengan persyaratan tersebut kepada
pelanggan  lain.  Selain  itu,  transaksi  antara  pihak-pihak  yang  mempunyai hubungan  istimewa  mungkin  tidak  dilakukan  dalam  jumlah  yang  sama,  seperti
dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Laba atau rugi dan posisi keuangan entitas dapat dipengaruhi oleh pihak-
pihak  yang  mempunyai  hubungan  istimewa  bahkan  jika  transaksi  dengan  pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa tidak terjadi sekalipun. Hanya dengan
keberadaan  hubungan  istimewa  itu  saja,  mungkin  sudah  cukup  untuk mempengaruhi  transaksi  entitas  dengan  pihak  lain.  Misalnya,  entitas  anak  dapat
mengakhiri hubungan dengan mitra dagangnya, pada saat terjadinya akuisisi oleh entitas  induk  terhadap  sesama  entitas  anak  fellow  subsidiaries  yang  terlibat
Universita Sumatera Utara
dalam kegiatan yang sama seperti mitra dagang sebelumnya. Selain itu, satu pihak dapat  menahan  diri  untuk  bertindak,  karena  pengaruh  signifikan  dari  yang  lain  -
misalnya, entitas anak dapat diminta oleh entitas induk untuk tidak terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
2.1.5 Kinerja Keuangan
Setiap  investor  pasti  mengkehendaki  keuntungan  dari  dana  yang  telah diinvestasikan.  Oleh  karena  itu  sangat  penting  bagi  investor  untuk  pada
perusahaan mana ia akan berinvestasi. Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil  yang dicapai oleh  perusahaan dari berbagai aktivitas  yang dilakukan dalam
mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio keuangan.
Harga  saham  dapat  dilihat  dari  informasi  keuangan  salah  satunya laporan keuangan. Laporan keuangan financial statements merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi –transaksi
keuangan  yang  terjadi  selama  satu  tahun  buku  yang  bersangkutan  Zaki Baridwan,1992.  Laporan  keuangan  ini  dibuat  oleh  manajemen  dengan  tujuan
untuk  mempertanggungjawabkan  tugas-tugas  yang  dibebankan  kepadanya  oleh para  pemilik  perusahaan.  Disamping  itu  laporan  keunagan  dapat  juga  digunakan
untuk  memenuhi  tujuan-tujuan  lain  yaitu  sebagai  laporan  kepada  pihak-pihak  di luar perusahaan.
Kinerja  perusahaan  adalah  suatu  usaha  formal  yang  dilaksanakan perusahaan  untuk  mengevaluasi  efisien  dan  efektivitas  dari  aktivitas  perusahaan
yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut IAI, 2007 Kinerja
Universita Sumatera Utara
Keuangan  adalah  kemampuan  perusahaan  dalam  mengelola  dan  mengendalikan sumber daya yang dimilikinya.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan  yang dapat mengukur
keberhasilan  perusahaan  dalam  menghasilkan  laba  yang  berkaitan  dengan profitabilitas,  sehingga  dapat  melihat  prospek,  pertumbuhan,  dan  potensi
perkembangan  baik  perusahaan  dengan  mengandalkan  sumber  daya  yang  ada. Suatu  perusahaan  dapat  dikatakan  berhasil  apabila  telah  mencapai  standar  dan
tujuan  yang  telah  ditetapkan.  Profitabilitas  suatu  perusahaan  diukur  dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif,
dengan  demikian  profitabilitas  suatu  perusahaan  dapat  diketahui  dengan membandingkan  antara  laba  yang  diperoleh  dalam  suatu  priode  dengan  jumlah
aktiva atau jumlah modal perusahaan Munawir, 1979.
Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran  kinerja  digunakan  perusahaan  untuk  melakukan  perbaikan diatas  kegiatan  operasionalnya  agar  dapat  bersaing  dengan  perusahaan  lain.
Analisis  kinerja  keuangan  merupakan  proses  pengkajian  secara  kritis  terhadap review  data,  menghitung,  mengukur,  menginterprestasi,  dan  memberi  solusi
terhadap  keuangan  perusahaan  pada  suatu  periode  tertentu.  Kinerja  Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Universita Sumatera Utara
2.1.6 Pengaruh  Transaksi  Pihak-pihak  yang  Mempunyai  Hubungan
Istimewa  dan Manajemen Laba  Terhadap Kinerja Keuangan.
Pernyataan  dalam  PSAK  berhubungan    dengan  pengungkapan  pihak- pihak  yang  mempunyai  hubungan  istimewa  dan  transaksi  antara  perusahaan
pelapor dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Pihak-pihak  yang  berhubungan  istimewa  adalah  pihak-pihak  yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak
lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Pihak-pihak  yang  mempunyai  hubungan  istimewa  adalah  salah  satu  hal
yang  normal  dalam  dunia  bisnis  dan  perdagangan.  Hubungan  pihak-pihak  yang mempunyai hubungan istimewa akan mempengaruhi laporan rugi laba dan posisi
keuangan  entitas.  Pihak-pihak  yang  mempunyai  hubungan  istimewa  dapat melakukan  transaksi  yang  tidak  akan  dilakukan  oleh  pihak-pihak  yang
mempunyai  hubungan  istimewa.  Posisi  keuangan  dan  hasil  usaha  dari  suatu perusahaan  dapat  terpengaruh  oleh  hubungan  istimewan  dengan  suatu  pihak
walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan pihak tersebut. Dalam
hal menyusun
laporan keuangan
pihak manajemen
berkepentingan menyusun laporan laba  yang sesuai dengan tujuannya dan bukan berdasarkan  kepentingan  pribadi.  Kondisi  ini  perlu  suatu  mekanisme
pengendalian  yang  dapat  mensejajarkan  perbedaan  kepentingan  antara  kedua belah  pihak.  Good  Corporate  Governance    Dewan  Komisaris  Independen  dan
Komite  Audit  memiliki  kemampuan  dalam  menyusun  laporan  keuangan  yang memberikan informasi laba atau keuntungan pada akhir periode.
Universita Sumatera Utara
Teknik manajemen laba dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh manajemen.  Praktik  manajemen  laba  akan  mengakibatkan  kualitas  laba  yang
dilaporkan menjadi rendah. Laba yang dilaporkan tinggi akan mempengaruhi para pemengang saham atau para pengguna laporan keuangan dalam hal pengambilan
keputusan untuk masa yang akan datang. Baik pihak pengguna laporan keuangan intern maupun pihak ekstern perusahaan.
2.2 Review Peneliti Terdahulu Theoritical Mapping
Berikut  ini  akan  diuraikan  beberapa  tinjauan  dari  penelitian  terdahulu yang berkaitan denagan penelitian ini adalah:
1.  Ujiyanto  dan  Bambang  2007  yang  meneliti  Mekanisme  Good  Coorporate governance
,  Manajemen  Laba  dan  kinerja  keuangan  pada  perusahaan  sektor manufaktur  pada  Bursa  Efek  Jakarta.  Pengaruh  kepemilikan  institusional,
kepemilikan  manajerial,  proporsi  dewan  komisaris  independen  dan  jumlah dewan  komisaris  secara  bersama-sama  teruji  dengan  tingkat  pengaruh  yang
signifikan  terhadap  manajemen  laba,  sedangkan  Manajemen  laba discretionary accruals tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan cash flow return on assets. Teknik analisis menggunakan analisa statistik  deskriptif  digunakan  untuk  mengetahui  nilai  rata-rata,  minimum,
maksimum  dan  standar  deviasi,  dengan  melakukan  uji  asumsi  klasik normality,  multicolinearty  dan  heterokedastisitas
dan  pengujian  hipotesis analisis  regresi  berganda,  dengan  menggunakan  analisis  dua  jalur.  Dengan
saran  perlu  menambah  variabel  komite  audit  yang  merupakan  suatu  komite yang membantu fungsi pengawasan dewan komisaris. Dan dalam pengukuran
Universita Sumatera Utara
kinerja keuangan, biaya non kas dalam menentukan cash flow return on asset hanya menggunakan biaya defresiasi, untuk selanjutnya menambah biaya non
kas yang lain. 2.  Hamonagan  dan  Machfoedz  2006  ,  yang  meneliti  mekanisme  corporate
governance,  kualitas  laba  dan  nilai  perusahaan  pada  perusahaan  manufaktur pada  Bursa  Efek  Jakarta.  Hasil  penelitian  mekanisme  corporate  governance
memengaruhi  kualitas  laba.  Penelitian  ini  memberikan  bukti  bahwa mekanisme  corporate  governance  mempengaruhi  nilai  perusahaan.  Dan
kualitas  laba  bukan  merupakan  variabel  pemediasi  variabel  intervening ,sebagian  atau  penuh  dalam  hubungan  antara  mekanisme  corporate
governance dan nilai perusahaan. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti
dan mendapatkan teori akan peranan kualita laba sebagai variabel pemediasi dalam  hubungan  antara  mekanisme  corporate  governance  dan  nilai
perusahaan. 3.  Tuti Sriwedari 2009, yang meneliti mekanisme good corporate governance,
manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.  Hasil  penelitianya  tidak  ada  satupun  variabel  independen  yang
berpengaruh  signifikan  terhadap  variabel  dependen,  bahkan  ada  beberapa yang  berpengaruh  negatif  seperti  kepemilikan  instutional  terhadap
manajemen laba, kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba, dan manajemen laba
terhadap kinerja keuangan artinya dari hasil peelitian tidak satupun dari hasil hipotesis yang dapat diterima. Menggunakan analisis dua jalur atau hubungan
antar  variabel,  dan  menggunakan  statistik  deskiptif.  Saran  bagi  peneliti
Universita Sumatera Utara
selanjutnya menggunakan secara lengkap prinsip-prinsip GCG, dengan lebih menggunakan indikator-indikator selain yang digunakan dalam penelitian ini,
dan  menggunakan  data  penelitian  tidak  hanya  pada  perusahaan  manufaktur tetapi perusahaan yang lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.  Dian  dan  Vidi  2010,  yang  meneliti  Corporate  Government  Mechanism, Company Size, and Earnings Management
pada Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya  terdiri  dari:  Dewan  komisaris,  komite  audit,  kepemilikan
institusional,  dan  perusahaan  masing-masing  memiliki  dampak  yang signifikan  terhadap  akrual  diskresioner,  sementara  kepemilikan  tidak
memiliki dampak yang signifikan terhadap akrual diskresioner. Menggunakan analisi regresi linear berganda.
5.  Linvani Kuan,et al 2010, meneliti Related Party Transaction and Earnings Management.
Hasil  penelitian  semua  analisis  dilakukan  dalam  penelitian  ini pada  umumnya  tidak  menemukan  secara  empiris  bukti  adanya  hubungan
related  party  transaction dan  earning  management  diperusahaan  Indonesia.
Ada  beberapa  alasan  layak  bebrapa  kontradiksi  dengan  prinsip-prinsip  teori keagenan dan tidak signifikan hubungan antara related party transaction dan
earning  management dalam  Indonesia  seperti  yang  ditemukan  dalam
penelitian.  Teknik  analis  menggunakan  korelasi  matrik.  Sedangkan  untuk pene;iti  selanjutnya  dapt  dilakukan  dengan  menggunakan  ukuran  yang
berbeda dari related party transaction seperti transaksi dengan pihak primer dan skunder menurut penelitian Gordon dan Henry 2005.
6.  Elizabeth,  Elaine  2005,  meneliti:  Related  Party  Transaction  and  Earnings Management.
Hasil  penelitian  penulis  menemukan  bukti  bahwa  manajemen
Universita Sumatera Utara
laba yang diukur dengan disesuaikan akrual normal mutlak, dikaitkan dengan jenis  transaksi  tertentu  seperti  yang  melibatkan  fixed  rate  pembiayaan  dari
pihak  yang  mempunyai  hubungan  istimewa.  Dimana  penjelasan  hasil penelitian  ini  menyatakan  bahwa  ketika  perusahaan  telah  memperoleh
pembiayaan  dari  pihak  terkait  daripada  pihak  ketiga,  baik  karena  mereka tidak  mampu  melakukannya  atau  karena  alasan  lain,  mungkin  ada  insentif
untuk  mengelola  pendapatan  untuk  memperoleh  pembiayaan  dimasa  depan dan membayar pihak terkait. Dari hasil penelitian ini juga tidak menunjukkan
disesuiakan  akrual  normal  berhubungan  dengan  jenis    atau  jumlah  transaksi seperti:  pinjaman,  investasi,  pembelian.  Secara  keseluruhan  tampak  bahwa
kekhawatiran  tentang  pihak  transaksi  hubungan  istimewa,  namun  hanya beberapa transaksi yang mempunyai hubungan istimewa. Kehadiran transaksi
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tidak selalu indikasi bahwa perusahaan  tersebut  cenderung  untuk  terlibat  dalam  manajemen  laba  yang
lebih besar. 7.  Mark dan Brian 2004, meneliti: Related Party Transaction.  Hasil penelitian
menyiratkan kuat kuantitatif interprestasi materialitas oleh perusahaan related party  transaction
.  Artinya  sebagai  ukuran  perusahaaan  meningkat, pentingnya  nilai  transaksiyang  diberikan  relatif  menurun.  Penulis  juga
menemukan  bukti  kualitatif  materialitas  penilaian.  Hasil  penelitian  ini menyarankan  pemantauan  pengumuman  penilaian  dalam  mengurangi
terjadinya  transaksi  yang  mempunyai  hubungan  istimewa  dan  membantu untuk disiplin pengungkapan transaksi yang terjadi. Peneliti menemukan hasil
yang  beragam  dan  lemah  dalam  analisis  univariat  peneliti  pada  kepemilikan
Universita Sumatera Utara
institutional dan related party transaction . Tapi sampel peneliti hanya terdiri dari  perusahaan-perusahaan  besar  di  S    P  indeks.  Perusahaan-perusahaan
indeks  memiliki  kepemilikan  institutional  yang  tinggi  dan  berikut  analisis diseluruh  informasi,  sehingga  tidak  mungkin  cukup  variabilitas  dalam
langkah-langkah  untuk  mengidentifikasi  atau  related  party  transaction  yang potensi.  Tehnik  analisa  menggunakan  korelasi  matrik  dan  multivarian.
Penelitian  selanjutnya  sebaiknya  memeriksa  sampel  yang  lebih      luas  untuk menentukan sejauh mana keterbatasan.
8.  Vinola Herawati 2008 yang meneliti Peran Praktek  Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management Terhadap
Nilai  Perusahaan.  Variabel  Independen  adalah  Earning  Management, Variabel  Dependen  Nilai  Perusahaan,  sedangnkan  Variabel  moderating
adalah  Corporate  Governance.  Hasil  penelitian  menyatakan  adanya kepemilikan  manajerial  akan  menurunkan  nilai  perusahaan  dimungkinkan
karena  belum  banyak  manajemen  perusahaan  di  Indonesia  memiliki  saham perusahaan  yang  dikolalanya  dengan  jumlah  yang  cukup  signifikan.  Praktek
GCG    ini  kurang  sempurnah    dikarenakan  pemilihan  tahun  selama  3  tahun sedangkan sebelumnya menggunakan 5 tahun periode audit.
9.  Ikhtisar Review Penelitian Terdahulu disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil dan Penelitian
1 Ujiyanto  dan
Bambang 2007
Mekanisme Good
Coorporate governance,
Manajemen Laba
dan kinerja
Variabel indep enden  adalah  Good
corporate governance ,
Manajemen laba
sedangkan variable
dependen adalah
Pengaruh kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial,  proporsi  dewan komisaris  independen  dan
jumlah dewan
komisaris secara  bersama-sama  teruji
dengan tingkat
pengaruh yang
signifikan terhadap
Universita Sumatera Utara
keuangan kinerja keuangan
manajemen laba. Manajemen laba  discretionary  accruals
tidak  berpengaruh  secara signifikan  terhadap  kinerja
keuangan  cash  flow  return on assets
.
2
Hamonagan dan
Machfoedz 2006
mekanisme corporate
governance, kualitas
laba dan
nilai perusahaan
Variabel  Independen adalah
corporate governance,
kualitas laba,
sedangkan variabel
Dependen adalah
nilai perusahaan
Hasil  penelitian  mekanisme corporate
governance memengaruhi  kualitas  laba.
Penelitian  ini  memberikan bukti
bahwa mekanisme
corporate governance
mempengaruhi nilai
perusahaan.  Dan  kualitas laba
bukan merupakan
variabel  pemediasi  variabel intervening  ,sebagian  atau
penuh dalam
hubungan antara  mekanisme  corporate
governance dan
nilai perusahaan
3
Tuti Sriwedari
2009 mekanisme
good corporate
governance
, manajemen
laba dan
kinerja keuangan
perusahaan
Variabel  independen adalah
Kepemilikan Instituonal,Kepemilika
Manajerial, Dewan
Koisaris  Independen, Komite
Audit dan
Manajemen Laba.
Variabel Dependen
adalah Kinerja
Keuangan Perusahaan variabel  independen  yang
berpengaruh signifikan
terhadap  variabel  dependen, bahkan  ada  beberapa  yang
berpengaruh  negatif  seperti kepemilikan
instutional terhadap  manajemen  laba,
kepemilikan manajerial
terhadap  manajemen  laba, proporsi  dewan  komisaris
independen terhadap
manajemen laba,
dan manajemen  laba  terhadap
kinerja keuangan artinya dari hasil  peelitian  tidak  satupun
dari  hasil  hipotesis  yang dapat diterima.
4
Dian dan
Vidi 2010 Corporate
Government Mechanism,
Company  Size, and  Earnings
Management Variabel  Independen
adalah Dewan
Komisaris, Komite
Audit, Kepemilikan
Instutional, Kepemilikan
Manajerial dan
Manajemen Laba.
Variabel Dependen
adalah Nilai
Perusahaan Dewan  komisaris,  komite
audit, kepemilikan
institusional,  dan  perusahaan masing-masing
memiliki dampak
yang signifikan
terhadap  akrual  diskresioner, sementara  kepemilikan  tidak
memiliki dampak
yang signifikan  terhadap  akrual
diskresioner
Universita Sumatera Utara
5
Linvani Kuan,et
al 2010
Related  Party Transaction
and  Earnings Management
Variabel  Independen adalah  Related  party
transaction. Variabel
Dependen adalah
Manajemen laba,
sedangkan variabel
kontrol  adalah  cash flow,  leverage,  ROA,
Firm Size Semua  analisis  dilakukan
dalam  penelitian  ini  pada umumnya  tidak  menemukan
secara  empiris  bukti  adanya hubungan
related party
transaction dan
earning management
diperusahaan Indonesia.
6
Elizabeth, Elaine
2005 Related  Party
Transaction and  Earnings
Management Variabel  independen
adalah  Related  Party Transaction,
sedangkan variabel
dependen adalah
Earning Management Menemukan  bukti  bahwa
manajemen laba  yang diukur dengan  disesuaikan  akrual
normal  mutlak,  dikaitkan dengan
jenis transaksi
tertentu seperti
yang melibatkan
fixed rate
pembiayaan  dari  pihak  yang mempunyai
hubungan istimewa.
Kehadiran transaksi  pihak-pihak  yang
mempunyai hubungan
istimewa tidak
selalu indikasi  bahwa  perusahaan
tersebut  cenderung  untuk terlibat  dalam  manajemen
laba yang lebih besar.
7
Mark dan
Brian 2004 Related  Party
Transaction Related
Party Transaction
Hasil penelitian
ini menyarankan
pemantauan pengumuman
penilaian dalam mengurangi terjadinya
transaksi  yang  mempunyai hubungan
istimewa dan
membantu  untuk  disiplin pengungkapan
transaksi yang terjadi.
Universita Sumatera Utara
8
Vinola Herawaty
2008 Peran  Praktek
Corporate Governance
Sebagai Moderating
Variabel
dari Pengaruh
Earnings Management
Terhadap  Nilai Perusahaan
Variabel  independen adalah
Earning Management,
Variabel Dependen adalah Nilai
Perusahaan, sedangkan
variabel moderating
adalah corporate governance
kepemilikan  manajerial akan  menurunkan  nilai
perusahaan dimungkinkan
karena belum
banyak manajemen  perusahaan
di  Indonesia  memiliki saham  perusahaan  yang
dikolalanya dengan
jumlah yang
cukup signifikan.
Praktek GCG
ini kurang
sempurnah dikarenakan  pemilihan
tahun  selama  3  tahun sedangkan  sebelumnya
menggunakan  5  tahun periode audit.
Universita Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1  Kerangka Konsep