sangat tinggi sekali, sehingga dapat menciptakan resiko risk dan ketidakpastian uncertainty yang tinggi pula. Namun hal ini bukan berarti usaha agribisnis tidak memberikan keuntungan,
buktinya banyak investor yang bersedia menanamkan modalnya pada perusahaan-perusahaan agribisnis bahkan jauh sebelum PT.QSAR mengalami kolaps ada suatu bank swasta yang
sangat bonafid bersedia untuk menjadi investornya. Bank dan lembaga pembiayaan agribisnis lainnya bukan tidak ingin berinvestasi pada usaha agribisnis akan tetapi adanya keraguan
mereka akan pengembalian modal oleh perusahaan-perusahaan agribisnis tersebut. Oleh karena itu para investor perlu diberikan kepuasan yang optimal dalam berinvestasi di agribisnis.
Pemerintah harus menyadari bahwa tanpa memuaskan kebutuhan pihak yang berkepentingan stakeholder tersebut, agribisnis akan sulit tumbuh dan berkembang. Jadi bila
konsumen, pelaku-pelaku agribisnis serta lembaga pembiayaan investor agribisnis tersebut tidak puas, agribisnis di Indonesia berpeluang kecil menjadi agribisnis yang tangguh.
Ada suatu hubungan dinamis yang menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan tesebut stakeholders. Dengan memberikan tingkat kepuasan yang tinggi kepada pelaku-pelaku
agribisnis, mendorong mereka untuk bekerja keras. Hasilnya adalah mutukualitas produksi agribisnis yang tinggi yang pada akhirnya menciptakan kepuasan pelanggan konsumen
agribisnis yang tinggi. Kepuasan pelanggan costumer satisfaction agribisnis yang tinggi ini mendorong terciptanya pembelian ulang repeat purchasing yang tinggi terhadap produk-
produk agribisnis dan dengan demikian akan menciptakan pertumbuhan dan laba yang tinggi bagi perusahaan-perusahaan agribisnis. Adanya peningkatan laba yang tinggi bagi
perusahaan-perusahaan agribisnis pada akhirnya akan menghasilkan kepuasan bagi para investor agribisnis sehingga mendorong para investor untuk menanamkan modalnya lebih
besar lagi kepada perusahaan pengusaha agribisnis. Adanya tambahan modal dari investor sehingga memacu kinerja perusahaanpengusaha agribisnis untuk meningkatkan skala usaha
dengan membuka lapangan kerja baru. Peningkatan skala usaha berarti peningkatkan terhadap pendapatan income yang tinggi bagi perusahaanpengusaha agribisnis sehingga menambah
kepuasan bagi perusahaanpengusaha agribisnis dan begitu seterusnya. Keadaan ini merupakan lingkaran tanpa ujung yang nantinya mengarah pada laba dan pertumbuhan bagi
perusahaan-perusahaan agribisnis.
2. Proses.
Langkah kedua membangun agribisnis yang tangguh adalah dengan mengelola dan menghubungkan berbagai proses kerja dalam mencapai satu tujuan. Agribisnis merupakan
suatu sistem. Sistem itu terdiri dari pertanian usaha tani , agroindustri, dan jasa-jasa penunjang. Ketiga subsistem itu harus dilihat sebagai satu kesatuan dan tidak disekat-sekat.
Salah satu permasalahan dalam agribisnis adalah lemahnya keterkaitan antar subsistem tersebut. Selama ini pemerintah cenderung melihat ketiga subsistem itu terputus. Hal ini
merupakan penghambat potensi agribisnis karena hanya pertanian dalam artian bercocok tanam yang mendapat prioritas pengembangan. Pendekatan sektoral seperti itu seolah-olah
industri terpisah dari pertanian sehingga menghambat keterkaitan antarsektor. Proses ini tidak hanya berlaku bagi ketiga subsistem agribisnis tersebut, tetapi juga bagi
semua komponen pemerintahan lintas fungsional harus menyatukan visi dan strategi untuk membangun agribisnis yang tangguh. Rasanya kita perlu belajar banyak dari negara New
Zaeland dalam menjaga ketahanan agribisnisnya. Suatu ketika ibu teman saya berkunjung kenegara tersebut. Ketika sampai di Air Port Internasional New Zaeland, semua penumpang
yang berasal dari luar negara New Zaeland harus melewati pintu pemeriksaan. Setelah diperiksa ternyata ibu teman saya itu kedapatan membawa buah mangga dari Indonesia. Oleh
petugas di Air Port itu, buah mangga tersebut dilarang untuk dibawa keluar dari Air Port. Hal ini menandakan bahwa negara New Zaeland sangat protective terhadap agribisnisnya dengan
melakukan kerja sama tim lintas fungsional.
3. Kebijakan policy.
Langkah ketiga mengembangkan agribisnis adalah perlunya tindakan nyata riil dari pemerintah untuk mengembangkan agribisnis dalam suatu wujud kebijakan. Sektor agribisnis
yang selama krisis ekonomi tampil sebagai satu-satunya sektor yang tumbuh positif, mampu menyerap tenaga kerja, akan tetapi tetap saja dianak tirikan. Pernyataan pemerintah bahwa
serius memperhatikan sektor agribisnis, hanya merupakan isapan jempol atau sekadar retorika yang belum terwujud sama sekali.
Mungkin kita bisa mengambil contoh dari negara Jepang - sebagai negara yang kekurangan lahan pertanian - dengan kebijakan Sougou Anzen Hoshou-nya yang tidak ingin tergantung
kepada negara lain dalam soal pangan. Sikap ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar pekerjaan bidang pertanian tidak ditinggalkan rakyat. Sebab itu Pemerintah Jepang berani
memberi subsidi uang tunai kepada para petani, saat pemerintah meminta kepada mereka untuk mengurangi produksi, demi menjaga agar suplai tidak berlebih.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan harus melihat dalam berbagai dimensi sehingga dampaknya bisa secara efektif dirasakan bagi agribisnis kita. Dalam menghadapi AFTA, APEC,
dan WTO agribisnis Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat. Untuk itu perlu suatu strategi kebijakan yang melindungi agribisnis lokal. Kebijakan anti unfair trade atau praktek
perdagangan tidak adil untuk melindungi agribisnis domestik yang pernah dilontarkan Menteri Pertanian Bungaran Saragih sangat mendukung untuk mambangun dan mengembangkan
agribisnis kita. Selain itu kebijakan dibidang moneter sangat perlu dilakukan dengan memastikan Lembaga Keuangan Bank mengalokasikan portofolio kredit untuk usaha di bidang
agribisnis dengan menerapkan suku bunga yang rendah di bawah 10 persen, serta kebijakan fiskal menurut Bungaran Saragih, yaitu memprioritaskan anggaran pemerintah untuk
mendukung agribisnis, mengenakan pajak yang tinggi untuk konversi tanah pertanian subur, restitusi pajak untuk perusahan agribisnis penghasil devisa dan pembebasan pajak perusahaan
agribisnis pemula pada masa pengembalian pinjaman.
4. SDM.