22
aktifitas komunikasi yang ada. Perspektif komunikasi dipakai untuk membedakan cara – cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta. Karena itu konsep
framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu dan bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita. Disini framing
dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar daripada isu – isu yang lain.
Sehingga jelas berdasarkan Gitlin dalam Eriyanto, dengan framing jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya
sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu disampaikan pada khalayak.Eriyanto;2004:69
Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Dengan demikian realisasi sosial dipahami, dimaknai dan
dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen tersebut menandakan bagaimana peristiwa ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas, bagaimana
media membangun, menyuguhkan, mempertahankan suatu peristiwa kepada pembacanya.Eriyanto;2004:vi
2.1.5 Proses Framing
Proses framing sangat berkaitan erat dengan persoalan bagaimana sebuah realitas dikemas dan disajikan dalam perspektif sebuah media. Kemasan
package disini adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan – pesan yang
disampaikan dalam sebuah berita, serta untuk menafsirkan pesan – pesan yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
diterima khalayak. Kemasan ini diibaratkan sebagai wadah atau sruktur data yang mengorganisir sejumlah informasi yang dapat menunjukkan posisi atau
kecenderungan politik seorang wartawan dalam penyusunan berita, selain itu proses framing juga dapat membantu untuk menjelaskan makna dibalik suatu isu
atau peristiwa yang dibingkai oleh suatu berita. Proses framing juga berkaitan dengan srategi pengolahan dan penyajian informasi dalam hubungannya dengan
rutinitas dan konvensi profesional jurnalistik. Dominasi sebuah frame dalam suatu wawancara berita bagaimanapun dipengaruhi proses produksi berita dimana
terlibat unsur – unsur redaksional, reporter, redaktur dan lainnya. Dengan kata lain proses framing merupakan bagian yang integral dari proses redaksional media
massa dan menempatkan awak media wartawan pada posisi strategis.Sudibyo;2001:187
Untuk menekankan pengaruh wartawan dalam proses – proses framing realitas media, Dorothy Nelkin dalam buku Sudibyo 2001:188 menyatakan :
1 By their selection of newsworthy event, journalist identity pressing issues,
2 By their focus controal issues, they stimulate demands for accountability, 3 By their use images “frontiers”, “struggles”, they help to create the
judgemental biases that underlie public policy.
Seperti yang dikemukakan oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki bahwa analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau
kebijakan dikonstruksikan atau dinegosiasikan.Eriyanto;2002:251-252
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Pan dan Kosicki berpendapat ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsep psikologi. Framing dalam konsep ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang
mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Elemen – elemen yang diseleksi dari suatu isu peristiwa yang kemudian menempatkannya
lebih menonjol dalam kognisi seseorang, yang pada akhirnya mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi
sosiologis. Yaitu pandangan yang melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang
mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame disini berfungsi
membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
Disini tampak ada dua konsepsi yang agak berlainan mengenai framing. Di satu sisi framing dipahami sebagai struktur internal dalam alam pikiran
manusia, di sisi lain framing dipahami sebagai perangkat yang melekat dalam wacana sosial politik. Bagi Pan dan Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan
kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing karenanya dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode,
menafsirkan, dan menyimpannya untuk dikomunikasikan dengan khalayak, yang kesemuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas, dan praktek kerja
profesional wartawan. Framing kemudian dimaknai sebagai strategi atau cara
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
pandang wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.Eriyanto;2002:253
2.1.6 Perangkat Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki