Bunyi dan Sifatnya Definisi Kebisingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebisingan

2.1.1. Bunyi dan Sifatnya

Suma’mur 1996 menyatakan bahwa bunyi adalah rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki maka dinyatakan sebagai kebisingan. Menurut Bruel dan Kjaer 1984 bunyi didefinisikan sebagai setiap perubahan tekanan dalam udara, air, atau media lainnya yang bisa ditangkap oleh telinga manusia. Adapun sifat bunyi ditentukan terutama oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut Hertz Hz yaitu jumlah dari gelombang bunyi yang sampai di telinga setiap detiknya. Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel dB Suma’mur, 1996. Frekuensi bunyi yang penting adalah 250 Hz, 500 Hz, 1.000 Hz, 2.000 Hz, 4.000 Hz, 8.000 Hz, dengan perincian sebagai berikut: 1. Frekuensi antara 20 Hz sampai 20.000 Hz adalah frekuensi yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran manusia. 2. Frekuensi 250 Hz sampai 300 Hz, frekuensi ini sangat penting karena frekuensi ini manusia dapat melaksanakan komunikasi atau percakapan dengan baik. 3. Frekuensi 4.000 Hz yaitu frekuensi yang paling peka ditangkap oleh indera pendengaran manusia, biasanya ketulian akibat pemaparan kebisingan terjadi pada frekuensi ini Bruel dan Kjaer, 1984. Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Definisi Kebisingan

Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki WHO, 1986. Suara dikatakan bising bila suara-suara tersebut menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur dan lain-lain Suma’mur, 1996. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian Buchari, 2007. Pramudianto 1990 dalam tulisannya yang berjudul Hearing Conservation Program mengatakan bahwa kebisingan ialah suara yang tidak dikehendaki. Predikat tidak dikehendaki ini sebenarnya sangat subyektif. Suara yang dikehendaki seseorang mungkin tidak disenangi atau dikehendaki oleh orang lain. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran Kepmenaker No 51. tahun 1999. Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and Health NIOSH telah mendefinisikan status suarakondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu: a. Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dB. b. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dB selama lebih dari 8 jam Tambunan, 2005. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Sumber Kebisingan