Diagnosis kolelitiasis 1. Anamnesis 2. USG atau Pemeriksaan Ultrasonografi 3. CT Scanning. 4. Magnetic Resonance Imaging MRI Keluhan Penderita Kolelitiasis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Ukuran Batu Empedu Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

c. Diagnosis kolelitiasis c.1. Anamnesis Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30 kasus timbul tiba-tiba. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam. 3

c.2. USG atau Pemeriksaan Ultrasonografi

USG ini merupakan pemeriksaan standard, yang sangat baik untuk menegakkan diagnosa Batu Kantong Empedu. Kebenaran dari USG ini dapat mencapai 95 di tangan Ahli Radiologi. 30

c.3. CT Scanning.

Pemeriksaan dengan CT Scanning dilakukan bila batu berada di dalam saluran empedu. 30

c.4. Magnetic Resonance Imaging MRI

Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan ini apabila ada komplikasi sakit kuning. 30 Universitas Sumatera Utara

c.5. Pemeriksaan laboratorium

Batu kandung empedu yang asimptomatik, umumnya tidak menunjukkan kelainan laboratorik. Kenaikan ringan bilirubin serum terjadi akibat penekanan duktus koledokus oleh batu, dan penjalaran radang ke dinding yang tertekan tersebut. 3

2.9.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan memerhatikan asupan makanan. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat seperti setelah operasi gatrointestinal mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu. 42

2.10. Keluhan Penderita Kolelitiasis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Indikasi paling umum untuk kolesistektomi bedah adalah adanya keluhan bilier yang mengganggu atau semakin sering atau berat dan adanya komplikasi. 3,7 Apabila tindakan kolesistektomi tidak dilakukan, prosedur ESWL Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy, ERCP Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography, disolusi medis penanggulangan dengan non bedah dapat diberikan sebagai alternatif. 49

2.11. Ukuran Batu Empedu Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Jika ukuran batu empedu sudah membesar, yakni sekitar 3-4 cm, sudah selayaknya batu itu diangkat. Kalau ukuran batu besar, kandung empedu harus cepat diangkat dan segera dibuang. Tapi, jika ukuran batu empedu masih tergolong kecil Universitas Sumatera Utara atau berkisar 2-3 mm, langkah operasi pengangkatan kandung empedu tidak perlu dilakukan. 7,50 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

KARAKTERISTIK PENDERITA KOLELITIASIS 1. Sosiodemografi Umur Jenis Kelamin Suku Agama Pekerjaan Tempat tinggal 2. Keluhan Utama 3. Ukuran Batu Empedu 4. Lama Rawatan 5. Penatalaksanaan Medis 6. Penatalaksanaan Medis Non Bedah 7. Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita kolelitiasis adalah semua pasien yang dinyatakan menderita kolelitiasis yang dirawat inap, berdasarkan hasil diagnosa dokter yang sesuai dengan yang tercatat pada kartu status. 3.2.2. Sosiodemografi a. Umur adalah usia penderita sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik dikategorikan atas: 1. ≤ 40 tahun 2. 40 tahun b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita kolelitiasis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas: 1. Perempuan Universitas Sumatera Utara