Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010.

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2010

OLEH:

NIM: 071000072 UDUR R.F. SIMAMORA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM: 071000072 UDUR R.F. SIMAMORA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul:

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2010

Yang Telah Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:

NIM: 071000072 UDUR R.F. SIMAMORA

Telah Diuji dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 22 Desember 2011, dan Dinyatakan Telah

Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Hiswani, M.Kes

NIP 19650112 199402 2 001 NIP: 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes

Penguji II Penguji III

Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet, MPH

NIP : 19490417 197902 1 001 NIP : 19580315 198811 2 001 Dra. Jumirah, Apt. M.Kes

Medan, Desember 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

NIP: 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dimana menurut WHO (2000) Indonesia berada di urutan ke-4 setelah India,Cina dan Amerika Serikat. Menurut Depkes RI tahun 2003 prevalensi DM mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2% di pedesaan Pada tahun 2008 DM menempati urutan ketujuh penyakit tidak menular di Sumatera Utara dengan prevalensi 1,21% setelah penyakit persendian,

Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2010. Jenis penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh penderita DM yang dirawat inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 yaitu 260 orang dengan sampel 158 orang (systematic random sampling).

Hasil penelitian adalah umur ≥40 tahun 97,5%, perempuan 50,6%, suku Batak 82,9%, agama Kristen Protestan 66,5%, pekerjaan Ibu Rumah tangga 30,4%, asal kota Medan 60,1%, DM Tipe II 98,1%, tanpa pemeriksaan HBA1C yaitu 51,3% dengan kadar HbA1C tidak stabil yaitu 72,7%, ada komplikasi 69%, komplikasi kronik 78,9%,pengobatan OHO 84,2%, lama rawatan 6,28 hari, PBJ 76,6%.

Berdasarkan hasil uji statistik tidak ada perbedaan umur berdasarkan komplikasi (p=0,588), pemeriksaan HbA1C berdasarkan komplikasi (p=0,896), kadar HbA1C berdasarkan komplikasi (p=0,322), tipe DM berdasarkan komplikasi (p=1,000), tipe DM berdasarkan jenis komplikasi (p=1,000), lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi (p=0,655), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi (p=0,762). Ada perbedaan antara proporsi umur berdasarkan tipe DM (p=0,000).

Kepada pihak Rumah Sakit diharapkan untuk meningkatkan penatalaksanaan DM untuk menurunkan angka kematian (CFR) dan lebih melengkapi pencatatan data pada kartu status.


(5)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is still one of health problem in Indonesia. According to World Heath Organization (WHO) Indonesia is the fourth after India, Cina and United State (US) in DM cases. According to Health Ministry of Republic of Indonesia in 2003, DM prevalence was 14,7 % in urban area and 7,2% in village. In 2008, DM was in the seventh level of non-communicable diseases in North Sumatera with 1,21% prevalence after osteoarthritis.

The type of research used a descriptif approach with case-series design that aimed to know the characteristics of people with DM who were hospitalized in Santa Elisabeth Hospital Medan in 2010. The population were all people with DM who were hospitalized in Santa Elisabeth Hospital Medan in 2010 as 260 and the samples were 158 (systematic random sampling).

The results of research showed the characteristics of people with DM such as : age ≥40 (97,5%), Bataks (82,9%), Christian Protestan (66,5%), Housewives (30,4%), Medan civilization (60,1%), DM Type II (98,1%), without HBA1C test (51,3%), with non stabil HbA1C concentration(72,7%) , cronic complication (78,9%), OHO treatment (84,2%), length of stay (6,28 days), and discharge and becoming outpatient (76,6%).

According to statistic test results, there is not difference of age based on complication (p=0,588), HbA1C test based on complication (p=0,896), HbA1C based on complication (p=0,322), type of DM based on complication (p=1,000), type of DM based on type of complication (p=0,1000), average of length of stay based on complication (p=0,655), average of length of stay based on type of complication (p=0,762). There is a difference of age proportion based on the type of DM (p=0,000).

It is expected to Santa Elisabeth Hospital Medan to improve DM management as an effort to decrease Case Fatality Rate (CFR) and to complete the data recording in the patients’ card status.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010” yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun material dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati menghaturkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Suya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu drh. Hiswani, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji sekaligus Pembimbing Akademik. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberi petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji II. Ibu Dra. Jumirah, Apt., M.Kes, selaku Dosen Penguji III yang banyak memberi saran dan masukan kepada penulis.


(7)

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Epidemiologi.

6. Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang telah memberi izin kepada penulis unutk melakukan penelitian, Ibu Kabag Rekam Medik beserta semua pegawai di Bagian Rekam Medik yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Orangtuaku tercinta, Bapakku St. J. Simamora, S.Pd dan Mamaku V. Malau, S.Pd yang telah membesarkan, mendidik serta memberi nasehat dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan.

8. Kakak dan adikku: Kak Debora, Johannes, Grace dan Chyntia yang selama ini memberi perhatian dan selalu mengingatkan penulis untuk tetap semangat.

9. Teman-teman: Ningsi, Grace, Ilza dan Riama yang sudah membantu penulis serta kepada teman-teman Epidemiologers lainnya untuk semangat dan motivasinya. 10.Teman-teman Dipa 21: Tina, Kak Lusi, Grace, Riris, Kak Uli, Kak Olen, Putri,

Titin, Evia, Elsa, Nova, Kak Juli dan Yulan yang selalu mendukung dan mengingatkan penulis serta untuk kebersamaan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.

Medan, Desember 2011


(8)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN PENGESAHAN……… i

ABSTRAK……….. ii

ABSTRACT……… iii

RIWAYAT HIDUP……… iv

KATA PENGANTAR……… v

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR……….. xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………..…….. 1

1.2Perumusan Masalah………...….. 4

1.3Tujuan Penelitian………. 4

1.3.1Tujuan Umum…………...……….. 4

1.3.2Tujuan Khusus………...………. 4

1.4Manfaat Penelitian………...……… 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Diabetes Mellitus……….………. 7

2.2 Tipe Diabetes Mellitus……….………... 7

2.3 Gejala Diabetes Mellitus……….…… 8

2.4 Epidemiologi Diabetes Mellitus……….………. 9

2.4.1 Distribusi dan Frekuensi……….……… 9

2.4.2 Determinan……….……… 11

2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus………….……….…………13

2.5.1 Komplikasi Akut……….…….……….. 13

2.5.2 Komplikasi Kronik……….……… 14

2.6 Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus.……….……… 16

2.6.1 Pencegahan Primordial……….……….. 16

2.6.2 Pencegahan Primer………….……….……....17

2.6.3 Pencegahan Sekunder………..………... 19

2.6.4 Pencegahan Tersier……..………... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep……….….. 23

3.2 Defenisi Operasional………..………. 23

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian……….….……….. 27

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..……….……… 27


(9)

4.2.2 Waktu Penelitian………..……….. 27

4.3 Populasi dan Sampel………..………. 27

4.3.1 Populasi………..……… 27

4.3.2 Sampel………..……….. 28

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel……….……….……….... 28

4.4 Metode Pengumpulan Data……….………... 29

4.5 Teknik Analisa Data…….………. 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan………. 31

5.1.1 Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan……….. 31

5.1.2 Visi……… 31

5.1.3 Misi……… 31

5.1.4 Pelayanan Medis……… 31

5.2 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Demografi………… 32

5.3 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Tipe DM…………. 34

5.4 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Pemeriksaan HbA1C.. 34

5.5 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Kadar HbA1C…….. 35

5.6 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Komplikasi………… 35

5.7 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Jenis Komplikasi……. 36

5.8 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Jenis Pengobatan……. 36

5.9 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Lama Rawatan……… 37

5.10 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Keadaan Pulang…….. 37

5.11 Analisa Statistik……… 38

5.11.1 Umur Berdasarkan Tipe DM ……… 38

5.11.2 Umur Berdasarkan Komplikasi………. 38

5.11.3 Tipe DM Berdasarkan Komplikasi……… 39

5.11.4 Jenis Komplikasi Berdasarkan Tipe DM………. 40

5.11.5 Pemeriksaan HbA1C Berdasarkan Komplikasi……… 40

5.11.6 Kadar HbA1C Berdasarkan Komplikasi……….. 41

5.11.7 Komplikasi Berdasarkan Jenis Pengobatan………. 42

5.11.8 Lama Rawatan Berdasarkan Komplikasi……… 42

5.11.9 Lama Rawatan Berdasarkan Jenis Komplikasi………. 43

5.11.10 Keadaan Pulang Berdasarkan Komplikasi………. 44

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Sosiodemografi……… 45

6.1.1 Umur……….. 45

6.1.2 Jenis Kelamin………. 46

6.1.3 Suku……… 47

6.1.4 Agama……… 48

6.1.5 Pekerjaan……… 49

6.1.6 Daerah Asal……… 50

6.2 Tipe DM……….. 51


(10)

6.4 Kadar HbA1C………. 53

6.5 Komplikasi……… 54

6.6 Jenis Komplikasi……….. 55

6.7 Jenis Pengobatan………. 56

6.8 Lama Rawatan……… 57

6.9 Keadaan Sewaktu Pulang……… 58

6.10 Analisa Statistik……… 59

6.10.1 Umur Berdasarkan Tipe DM………. 59

6.10.2 Umur Berdasarkan Komplikasi……….. 60

6.10.3 Tipe DM Berdasarkan Komplikasi………. 61

6.10.4 Tipe DM Berdasarkan Jenis Komplikasi……… 63

6.10.5 Pemeriksaan HbA1C Berdasarkan Komplikasi………. 64

6.10.6 Kadar HbA1C Berdasarkan Jenis Komplikasi………. 65

6.10.7 Jenis Pengobatan Berdasarkan Komplikasi………. 66

6.10.8 Lama Rawatan Berdasarkan Komplikasi……… 67

6.10.9 Lama Rawatan Berdasarkan Jenis Komplikasi……… 68

6.10.10 Keadaan Pulang Berdasarkan Komplikasi………. 69

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan……… 71

7.2 Saran……….. 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Master Data 2. Output Hasil

3. Surat Ijin Penelitian 4. Surat Selesai Penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………... 32

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe DM di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010………...

34 Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan

Ada Tidaknya Pemeriksaan HBA1C di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………... 34

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar HBA1C di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010……….

35 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan

Ada Tidaknya Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010……… 35

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010………..

36 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan

Jenis Pengobatan di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………... 36

Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Pengobatan di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………... 37

Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………... 37

Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe DM di RS. Santa Elisabeth Tahun


(12)

Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………... 38

Tabel 5.12 Distribusi Proporsi Komplikasi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe DM di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………... 39

Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe DM di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………... 40

Tabel 5.14 Distribusi Proporsi Pemeriksaan HbA1C Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth

Tahun 2010………..……….. 40

Tabel 5.15 Distribusi Proporsi HBA1C Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010………...……… 41

Tabel 5.16 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun

2010……….……….. 42

Tabel 5.17 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Medan Tahun

2010……….………….. 42

Tabel 5.18 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Medan

Tahun 2010……… 43

Tabel 5.19 Distribusi Proporsi Keadaan Pulang Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Medan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Umur………. 45

Gambar 6.2 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin……… .

46 Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Suku……….. 47

Gambar 6.4 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Agama………... 48

Gambar 6.5 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Pekerjaan………... 49

Gambar 6.6 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Daerah Asal………... 50

Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Tipe DM……… 51

Gambar 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Pemeriksaan HbA1C………. 52

Gambar 6.9 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Kadar HbA1C………... 53

Gambar 6.10 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan


(14)

Gambar 6.11 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Jenis Komplikasi………... 55

Gambar 6.12 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Jenis Pengobatan………... 56

Gambar 6.13 Diagram Pie Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang………. 58

Gambar 6.14 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita DM yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Tipe DM……….. 59 Gambar 6.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita DM yang

Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Komplikasi……….. 60 Gambar 6.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tipe DM Penderita DM yang

Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Komplikasi……….. 61 Gambar 6.17 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tipe DM Penderita DM yang

Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Komplikasi………. 63 Gambar 6.18 Diagram Bar Distribusi Proporsi Pemeriksaan HbA1C

Penderita DM yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Komplikasi………... 64 Gambar 6.19 Diagram Bar Distribusi Proporsi Kadar HbA1C Penderita DM

yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Komplikasi………... 65 Gambar 6.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita

DM yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Komplikasi………... 66 Gambar 6.21 Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan


(15)

Gambar 6.22 Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan

Jenis Komplikasi………... 68

Gambar 6.23 Diagram Bar Distribusi Proporsi Keadaan Pulang Penderita DM yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 Berdasarkan Komplikasi………... 69


(16)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dimana menurut WHO (2000) Indonesia berada di urutan ke-4 setelah India,Cina dan Amerika Serikat. Menurut Depkes RI tahun 2003 prevalensi DM mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2% di pedesaan Pada tahun 2008 DM menempati urutan ketujuh penyakit tidak menular di Sumatera Utara dengan prevalensi 1,21% setelah penyakit persendian,

Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2010. Jenis penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh penderita DM yang dirawat inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 yaitu 260 orang dengan sampel 158 orang (systematic random sampling).

Hasil penelitian adalah umur ≥40 tahun 97,5%, perempuan 50,6%, suku Batak 82,9%, agama Kristen Protestan 66,5%, pekerjaan Ibu Rumah tangga 30,4%, asal kota Medan 60,1%, DM Tipe II 98,1%, tanpa pemeriksaan HBA1C yaitu 51,3% dengan kadar HbA1C tidak stabil yaitu 72,7%, ada komplikasi 69%, komplikasi kronik 78,9%,pengobatan OHO 84,2%, lama rawatan 6,28 hari, PBJ 76,6%.

Berdasarkan hasil uji statistik tidak ada perbedaan umur berdasarkan komplikasi (p=0,588), pemeriksaan HbA1C berdasarkan komplikasi (p=0,896), kadar HbA1C berdasarkan komplikasi (p=0,322), tipe DM berdasarkan komplikasi (p=1,000), tipe DM berdasarkan jenis komplikasi (p=1,000), lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi (p=0,655), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi (p=0,762). Ada perbedaan antara proporsi umur berdasarkan tipe DM (p=0,000).

Kepada pihak Rumah Sakit diharapkan untuk meningkatkan penatalaksanaan DM untuk menurunkan angka kematian (CFR) dan lebih melengkapi pencatatan data pada kartu status.


(17)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is still one of health problem in Indonesia. According to World Heath Organization (WHO) Indonesia is the fourth after India, Cina and United State (US) in DM cases. According to Health Ministry of Republic of Indonesia in 2003, DM prevalence was 14,7 % in urban area and 7,2% in village. In 2008, DM was in the seventh level of non-communicable diseases in North Sumatera with 1,21% prevalence after osteoarthritis.

The type of research used a descriptif approach with case-series design that aimed to know the characteristics of people with DM who were hospitalized in Santa Elisabeth Hospital Medan in 2010. The population were all people with DM who were hospitalized in Santa Elisabeth Hospital Medan in 2010 as 260 and the samples were 158 (systematic random sampling).

The results of research showed the characteristics of people with DM such as : age ≥40 (97,5%), Bataks (82,9%), Christian Protestan (66,5%), Housewives (30,4%), Medan civilization (60,1%), DM Type II (98,1%), without HBA1C test (51,3%), with non stabil HbA1C concentration(72,7%) , cronic complication (78,9%), OHO treatment (84,2%), length of stay (6,28 days), and discharge and becoming outpatient (76,6%).

According to statistic test results, there is not difference of age based on complication (p=0,588), HbA1C test based on complication (p=0,896), HbA1C based on complication (p=0,322), type of DM based on complication (p=1,000), type of DM based on type of complication (p=0,1000), average of length of stay based on complication (p=0,655), average of length of stay based on type of complication (p=0,762). There is a difference of age proportion based on the type of DM (p=0,000).

It is expected to Santa Elisabeth Hospital Medan to improve DM management as an effort to decrease Case Fatality Rate (CFR) and to complete the data recording in the patients’ card status.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat.1 Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial

ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk.2

Salah satu ciri kependudukan abad 21 adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) yang sangat cepat.3 Menurut Sensus Penduduk

Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, proporsi lansia (usia ≥45 tahun) adalah 8,48% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 23,04% dari total penduduk.4 Usia harapan hidup di Indonesia juga mengalami

peningkatan yaitu dari 68,5 pada tahun 2006 menjadi 69,0 pada tahun 2008.

Gangguan kesehatan pada lansia seringkali disebabkan oleh proses degeneratif yang dialami oleh lanjut usia.

5

6

Salah satu penyakit degeneratif dengan sifat kronis adalah Diabetes Mellitus (DM) dimana prevalensinya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Keadaan penyakit ini juga semakin parah mulai tingkat awal atau yang berisiko DM sampai pada tingkat lanjut atau terjadi komplikasi.7 DM dapat menimbulkan berbagai keluhan atau komplikasi, seperti


(19)

komplikasi kronik pada mata, ginjal, pembuluh darah dan lain-lain. Masalah kesehatan akibat DM merupakan masalah kesehatan nasional dan dunia.

Menurut WHO (2002) terdapat 150 juta penduduk dunia menderita DM dan meningkat menjadi 220 juta pada tahun 2005 dengan jumlah kematian 1,1 juta penduduk. Dari seluruh kematian akibat DM di dunia, 80% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang, 59% kematian terjadi pada kelompok umur 40-70 tahun dan 55% kematian terjadi pada wanita.

8

9

Pada tahun 2003, menurut International Diabetes Federation (IDF) penderita DM di seluruh negara anggota IDF adalah 194 juta orang. Jumlah ini meningkat pada tahun 2007 menjadi 246 juta orang.

Menurut American Diabetes Association (ADA, 2002) terdapat sebanyak 20,8 juta (7%) penduduk Amerika Serikat yang menderita DM. Lebih kurangnya 6,2 juta (35%) dari jumlah tersebut tidak menyadari bahwa mereka menderita DM.

10

WHO (2000), menyatakan jumlah penderita DM terbanyak di dunia adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), Amerika Serikat (17,7 juta) dan Indonesia (8,4 juta) dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 21,3 juta penduduk pada tahun 2030.

11

Depkes RI tahun 2003 menyatakan bahwa prevalensi DM mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2% di pedesaan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) prevalensi DM tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4 %) dan NAD (8,5%). Prevalensi DM terendah di Papua (1,7%), diikuti NTT (1,8%).

13

Tahun 2003 jumlah kasus baru DM kunjungan rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia adalah 326.263 kasus dengan jumlah kematian 2.353 kematian


(20)

(PMR sebesar 2,1%). Sedangkan ada tahun 2007 jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan adalah 28.095 kasus. Keseluruhan DM menyebabkan 4.162 kematian atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 7,02%.

Berdasarkan hasil penelitian di RSU Pematang Siantar tahun 2003-2004 terdapat 143 orang (80,79%) pasien DM berusia ≥45 tahun dan 34 orang (19,21) yang berusia < 45 tahun.

1

16

Penelitian di RS St. Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 (96%) pasien DM yang berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun.17 Sedangkan pada penelitian di RSUD. Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2006-2007 terdapat 159 orang (88,3%) pasien DM yang berusia >40 tahun dan 21 orang (11,7%) yang berusia ≤40 tahun.

Pada tahun 2000 prevalensi pasien rawat jalan yang menderita DM di seluruh rumah sakit di Sumatera Utara menempati urutan kelima dengan proporsi 8,09%. Di kota Medan tahun 2002 prevalensi DM 2,62% dan naik menjadi 2,96% pada tahun 2005. Pada tahun 2008 DM menempati urutan ketujuh penyakit tidak menular di Sumatera Utara dengan prevalensi 1,21% setelah penyakit persendian, PJK, gangguan mental, hipertensi, cedera, dan asma.

18

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RS. Santa Elisabeth Medan, diketahui bahwa jumlah penderita DM yang dirawat inap pada tahun 2010 adalah sebanyak 260 orang.

19

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RS. Santa Elisabeth tahun 2010.


(21)

1.2Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita Diabetes Mellitus yang dirawat inap di RS. Santa Eliasabeth Medan Tahun 2010.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita Diabetes Mellitus yang dirawat inap di RS. Santa Eliasabeth Medan Tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan dan daerah asal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan tipe DM. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan ada tidaknya

pemeriksaan HbA1C.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan kadar HbA1C.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan ada tidaknya komplikasi.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jenis komplikasi.


(22)

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jenis pengobatan.

h. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata pada penderita DM.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita DM berdasarkan tipe DM.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita berdasarkan komplikasi.

l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tipe DM penderita berdasarkan berdasarkan komplikasi.

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tipe DM penderita berdasarkan berdasarkan jenis komplikasi.

n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi ada tidaknya pemeriksaan HbA1C berdasarkan komplikasi.

o. Untuk mengetahui perbedaan proporsi kadar HbA1C berdasarkan komplikasi. p. Untuk mengetahui perbedaan proporsi pengobatan pada penderita DM

berdasarkan komplikasi.

q. Untuk mengetahui perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata penderita DM berdasarkan komplikasi.

r. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan komplikasi.


(23)

1.4Manfaat

1.4.1 Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak RS. Santa Elisabeth Medan dalam penatalaksanaan DM.

1.4.2 Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis tentang DM.

1.4.3 Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang DM.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah gannguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.

Menurut WHO, DM adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tisak menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia, atau gula darah yang meningkat, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah. Menurut

American Diabetes Association, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

3

14

Sedangkan menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, DM merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin.7

Menurut WHO (2006), kriteria seseorang dinyatakan menderita Diabetes Mellitus adalah kadar gula darah pada saat puasa ≥126 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl.


(25)

2.2 Tipe Diabetes Mellitus

2.2.1 Diabetes Mellitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.21 DM ini berhubungan

dengan antibodi berupa Islet Cell Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA). Pada DM tipe I terjadi dekstruksi sel beta yang ditandai dengan defesiensi insulin absolut.

Secara global DM tipe I tidak begitu umum, hanya 10-20% dari semua penderita DM. DM tipe I biasanya bermula pada saat anak-anak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya penderita DM tipe I mengalami penurunan berat badan.

3

2.2.2 Diabetes Mellitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

22

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.21 Pankreas masih bisa

menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik untuk memasukkan glukosa dalam darah. Akibatnya glukosa dalam darah meningkat.

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 40 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, makaDM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Salah satu akibat tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama bertahun-tahun adalah komplikasi diabetes jangka panjang.

23


(26)

2.3 Gejala Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliura), sering merasa lapar (polifagia) dan berat badan menurun.

Selain gejala khas di atas, gejala lain yang muncul adalah gatal-gatal, mata kabur, impotensi, kesemutan, nafsu makan meningkat, lemas, luka sulit sembuh dan keputihan.

24

3,21

2.4 Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.4.1 Distribusi dan Frekuensi a. Menurut Orang

Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-65 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh penduduk usia di atas 64 tahun.25 Penderita DM tipe I biasanya penduduk berusia <40 tahun dan

penderita DM tipe II adalah penduduk berusia ≥40 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Dwiana (2006-2007) di RSUD. Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi terdapat 159 orang (88,3%) pasien DM yang berusia >40 tahun dan 21 orang (11,7%) yang berusia ≤40 tahun.

22

18

Menurut penelitian Masursyah (2010) di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang terdapat 18


(27)

orang (10,29%) penduduk dengan DM yang berusia 40-59 tahun dan 10 orang (13,7%) penduduk dengan DM yang berusia ≥60 tahun.26

b. Menurut Tempat

Menurut WHO (2005) penyakit DM menempati urutan ketujuh dari kematian akibat penyakit tidak menular. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosa setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2025, Asia mempunyai populasi diabetes terbesar di dunia yaitu 82 juta orang.

Berdasarkan survei yang dilakukan di Singapura prevalensi DM menunjukkan peningkatan yang besar dimana pada tahun 1975 prevalensi DM sebesar 1,9% dan meningkat pada tahun 1984 menjadi 4,7% dan kemudian menjadi 8,6% pada tahun 1992.

25

Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi DM lebih tinggi di perkotaan, seperti: Jakarta (12,8%), Surabaya (1,8%), Makassar (12,5%) dan Manado (6,7%). Sedangkan di daerah pedesaan relatif rendah seperti di Tasikmalaya (1,8%) dan Tanah Toraja (0,9%).

22

7

Sedangkan berdasarkan suvei lokal, prevalensi DM di Bali pada tahun 2004 sebesar 7,2%. Pada tahun 2005 di DKI Jakarta diperoleh prevalensi DM sebesar 12,8%.

c. Menurut Waktu

7

Menurut WHO (2001) menyebutkan jumlah prevalensi DM di mencapai 8,6%. International Diabetic Federation (IDF) mengestimasikan bahwa jumlah pe pada tahun 2001 dan akan meningkat menjadi 8,2 juta pada 2020, sedangkan hasil


(28)

Survei Depkes 2001, terdapat 7,5% penduduk Jawa dan Bali menderita DM. Terjadi peningkatan jumlah DM di Jakarta dari 1,7% pada tahun 1981 menjadi 5,7 persen pada tahun 1993.

Peningkatan prevalensi DM dari waktu ke waktu lebih banyak disebabkan oleh faktor genetik, life style dan faktor lingkungan. WHO menyatakan penderita DM Tipe II pada tahun 2000 sebanyak 171 juta dan akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030.

27

2.4.2 Determinan

a. Genetik

DM cenderung diturunkan atau diwariskan. Faktor genetik memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita DM, maka seseorang tersebut memiliki risiko 40% untuk menderita DM.

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. Pada DM Tipe I yang berkulit putih memperlihatkan HLA yang spesifik (DR3 atau DR4). Risiko terjadinya DM tipe I meningkat 3-5 kali pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA tersebut.

28,29

b. Usia

21

DM tipe I terjadi akibat gangguan autoimun yang ditandai dengan kerusakan sel-sel beta Langerhans. Karenanya DM tipe I banyak ditemukan pada anak atau usia


(29)

muda. Sebaliknya DM tipe II banyak ditemukan pada lansia karena berhubungan dengan degenerasi atau penurunan organ yang berakibat menurunnya fungi endokrin. Sehingga semakin bertambahnya umur maka prevalensi DM juga akan semakin meningkat.

c. Gaya Hidup

3

Perkembangan gaya hidup seperti pola makan yang salah mempercepat peningkatan kasus DM di Indonesia. Makanan yang kaya kolesterol, lemak dan natrium muncul sebagai tren menu makanan dan didukung dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya akan gula.

d. Obesitas

29

Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh akan menyebabkan sebagian kalori disimpan dalam bentuk lemak. Pada keadaan gemuk, respon sel beta pankreas terhadap peningkatan glukosa dalam darah menjadi berkurang. Selain itu reseptor insulin pada target sel di seluruh tubuh berkurang jumlah dan keaktifannya sehingga insulin di dalam darah kurang atau tidak dapat dimanfaatkan.30 Dalam

sebuah penelitian dengan desain cross sectional ditemukan bahwa proporsi DM tertinggi adalah orang dengan status gizi obesitas yaitu 21% sedangkan pada orang dengan status gizi normal adalah 8,5%.

e. Kurang Aktifitas Fisik

26

Olahraga sangat berperan pada kontrol gula darah.5 Pada saat tubuh

melakukan aktifitas fisik maka sejumlah glukosa akan diubah menjadi energi sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang dan kebutuhan insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam


(30)

tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM. f. Faktor Lingkungan

31

Hasil penelitian menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. Sampai saat ini masih dilakukan penelitian terhadap kemungkinan faktor eksternal yang memicu terjadinya destruksi sel beta.

g. Faktor Kehamilan

21

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat mancapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin maka dapat menyebabkan hiperglikema. Resistensi insulin juga dapat terjadi akibat adanya hormon esterogen, progesterone, prolaktin dimana hormon – hormon tersebut dapat mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga menekan kerja insulin.32

2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus 2.5.1 Komplikasi Akut

Komplikasi akut pada diabetes merupakan keadaan darurat yang harus mendapat perawatan dan pengobatan yang cepat dan adekuat. Prognosisnya sangat ditentukan oleh beberapa keadaan diantaranya jenis faktor penyebab, lamanya waktu yang dialami sebelum mendapat perawatan dan usia penderita.33


(31)

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah terlalu rendah sampai di bawah 60 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita DM yang diobati dengan suntikan insulin (DM tipe I) ataupun minum tablet anti-diabetes (DM tipe II), tetapi tidak makan dan olahraganya berlebihan.

Gejala dan tanda hipoglikemia adalah gejala otonom yang diperantarai neurotransmitter susunan saraf otonom seperti cemas, gemetaran, berkeringat, jantung berdebar-debar dan lapar. Sedangkan gejala lain adalah gejala neuroglikopeni berupa gangguan berpikir, lemas, kesadaran menurun, mata kabur dan sulit berkonsentrasi.

34

b. Ketoasidosis Diabetik

35

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah gawat darurat akibat hiperglikemia dimana banyak terbentuk asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton

Ketoasidosis diabetik dan hiperglikemia akan menimbulkan poliura dan polidipsia. Disamping itu, pasien dapat mengalami penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala. Pasien dengan penurunan intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita hipotensi yang nyata dan disertai denyut nadi lemah dan cepat.

.36

21


(32)

Hiperosmolar nonketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi sangat kental. Kadar glukosa darah bisa sampai 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui urin.

Gejala hiperosmolar nonketotik mirip dengan KDA. Perbedaannya adalah tidak terdapat ketosis dan asidosis pada hiperosmolar nonketotik. Gejala hiperosmolar nonketotik terdiri atas hipotensi, dehidrasi berat, kejang dan koma.

36

2.5.2 Komplikasi Kronik

21

a. Kerusakan Mata (Retinopati Diabetika)

Retinopati diabetika disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina mata. 21 Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh

darah retina bahkan dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar dari pembuluh darah menutup sinar yang menuju retina sehingga penglihatan menjadi kabur.37 Selain menyebabkan retinopati, DM juga dapat

menyebabkan lensa mata menjadi keruh (katarak) serta dapat menyebabkan glaucoma

(tekanan pada bola mata).

b. Kerusakan Saraf (Neuropathy)

38

Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Hal ini terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik dan berlangsung lama. Oleh karena itu, saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan rangsangan impuls saraf dengan baik dan seharusnya.

Keluhan dan gejala neuropati tergantung berat dan ringannya kerusakan saraf. Kerusakan saraf otonom dapat mempercepat denyut jantung dan membuat banyak


(33)

keringat. Kerusakan saraf sensori menyebabkan penderita tidak bisa merasakan panas, dingin atau tidak terasa pada saat meraba. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena tidak ada rasa nyeri maka sering penderita tidak tahu ada luka/ infeksi.

c. Kerusakan Ginjal (Nephropathy)

21,23

Nefropati diabetika merupakan penyebab utama kematian pada penderita DM. hampir 20-30% penderita DM akan mengalami kelainan ginjal dalam perjalanan penyakitnya.24 Pada saat terdiagnosis DM, khususnya bila kadar glukosa darah tinggi

maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami peningkatan yang dapat menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat.21 Hal ini berakibat tidak langsung

memperbesar ukuran ginjal, dan akhirnya menjadi gagal ginjal dengan ciri-ciri lemas, mual, pucat, dan sesak nafas akibat penimbunan cairan.

d. Penyakit Jantung

39

DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat suplai darah yang kurang. Selain itu juga menyebabkan peningkatan tekanan darah yang dapat mengakibatkan kematian mendadak.38


(34)

Prevalensi DM terus meningkat dari tahun ke tahun dan keadaan penyakit ini juga akan semakin parah dari hari ke hari. Jika telah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat. Adapun usaha pencegahan tersebut adalah pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.7

2.6.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dilakukan untuk mencegah munculnya faktor predisposisi terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki risiko tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat penting dalam pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani secara teratur, makan gizi seimbang, membatasi diri pada makanan tertentu.3

2.6.2 Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer DM adalah untuk menurunkan angka kejadian dari penyakit. Pencegahan primer dilakukan secara menyeluruh pada masyarakat tetapi diutamakan kepada orang yang sudah mempunyai risiko terkena DM. Pada pengelolaan DM, penyuluhan dan penambahan ilmu kepada masyarakat berupa informasi tentang DM, faktor risiko, pencegahan dan pengobatan DM . Selain itu,


(35)

aktifitas fisik yang cukup dan perencanaan pola makan yang baik juga menjadi pencegahan yang tepat bagi orang yang mempunyai risiko terkena DM.

a. Penyuluhan

3

Tujuan pendidikan kesehatan kesehatan bagi penyandang DM adalah meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Materi penyuluhan yang disampaikan kepada penderita DM adalah defenisi DM, faktor resiko DM, pengenalan komplikasi DM, upaya menekan DM, pengelolaan DM dan pencegahan DM

7

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan penyuluhan kesehatan adalah:

a.1 Agar penyandang DM dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan

a.2 Untuk membantu penyandang DM agar mereka dapat merawat dirinya sendiri, sehingga komplikasi yang mungkin timbul dapat dikurangi.

a.3 Agar penyandang DM dapat berfungsi dan berperan sebaik-baiknya di dalam masyarakat.

a.4 Agar penyandang DM dapat lebih produktif dan bermanfaat.

a.5 Menekan biaya perawatan baik yang dikeluarkan secara pribadi, keluarga ataupun secara nasional.

b. Latihan Jasmani

Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang peranan penting dalam pencegahan primer. Orang yang tidak berolahraga memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan dengan orang yang berolahraga. Manfaat


(36)

latihan jasmani bagi penderita DM adalah membantu penurunan kadar glukosa darah.

c. Perencanaan Pola Makan

Perencanaan makan merupakan kunci utama pengelolaan DM disamping edukasi dan latihan jasmani. Perencanaan makan bagi penderita DM bila tidak berpuasa pada umumnya adalah tiga kali makan utama dan dua kali makan selingan sedangkan bagi penderita yang berpuasa pada umumnya adalah dua kali makan utama dan dua kali makan selingan. Tujuan perencanaan makan pada penderita DM adalah untuk mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal, mengendalikan dan mencapai berat badan normal, mencegah timbulnya komplikasi dan menjadikan keadaan sehat dan nyaman.

7

2.6.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera. Tujuan utama kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang berisiko tinggi untuk memperparah penyakitnya.

a. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus

34,40

Diagnosis DM dipastikan apabila terdapat keluhan khas diabetes (poliura, polifagia, polidipsia) dan penurunan berat badan. Selain itu biasanya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah. Pemeriksaan kadar gula dalam darah pasien yang dilakukan adalah:


(37)

1. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu

Jika KGD berkisar 110-119 mg/dl, maka harus dilakukan tes lanjut. Pasien terdiagnosis DM apabila kadar glukosa darah melebihi 200 mg/dl.

2. Pemeriksaan kadar glukosa setelah puasa

29

Kadar glukosa darah normal setelelah puasa berkisar 70-110 mg/dl. Seseorang terdiagnosa DM jika kadar glukosa darah melebihi 126 mg/dl.

3. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

3

Tes ini merupakan tes yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya: 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam <200 mg/dl dan 2 jam < 140 mg/dl.

4. Pemeriksaan HbA1C

41

Pemeriksaan HbA1C merupakan pemeriksaan tunggal yang akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik yang ketat seperti pasien diabetes gestasional. Pada pasien DM, glikolisis hemoglobin meningkat secara proporsional sekitar 2-3 kali bila dibandingkan dengan orang normal. Bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal, maka hasil tes HbA1C akan menunjukkan nilai normal. Tetapi jika kadar glukosa darah meningkat maka hasil test HbA1C juga akan menunjukkan peningkatan sehingga kadar HbA1C dapat digunakan untuk menunjukkan kadar glukosa darah..7 Kadar HbA1C di

dalam darah menggambarkan kadar gula darah rata-rata selama 3 bulan. Kadar normal HbA1C < 7%.2


(38)

b. Pengobatan Segera

Dilakukan upaya pengobatan segera dan tepat agar penderita tidak mengalami komplikasi yang berat.3 Dalam pengobatan ada dua macam obat yang diberikan

yaitu:

1. Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)

32

1.1Golongan Sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin. Oleh karenanya, golongan ini hanya bekerja bila sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon.

1.2Golongan biguanid

Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan ini dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.

1.3Alfa Glukosidase Inhibitor

Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan tidak berpengaruh pada kadar insulin.


(39)

1.4Insulin Sensitizing Agent

Obat ini mempunyai efek farmakologi yaitu meningkatkan sensitifitas berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

2. Insulin

Berdasarkan cara kerjanya, insulin dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1.1Cara kerja cepat : RI (Regular Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam. 1.2Cara kerja sedang : NPN, dengan masa kerja 6-12 jam.

1.3Cara kerja lambat : PZI (Protamme Zinc Insulin) dengan masa kerja 18-24 jam.

Untuk pasien yang pertama kali akan mendapat insulin, sebaiknya selalu dimulai dengan dosis rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urine dan glukosa darah.

2.6.4 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Pencegahan tersier dilakukan untuk memperlambat munculnya komplikasi akut maupun kronik dari DM.42 Untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti kecacatan

organ tubuh lainnya maka harus dilakukan deteksi dini penyulit DM agar kemudian penyulit tersebut dapat dikelola dengan baik disamping pengelolaan dalam usaha pengendalian kadar glukosa darah.

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara penderita dengan petugas kesehatan. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi


(40)

pasien mengendalikan penyakit DM. Hal yang penting disampaikan adalah maksud, tujuan dan cara pengobatan komplikasi DM.39 Rehabilitasi juga dilakukan baik secara

medis maupun sosial untuk memperbaiki keadaan yang terjadi akibat komplikasi DM.3

Bentuk pelayanan kedokteran dengan pendekatan keluarga yang dapat dilakukan secara mandiri maupun berkelompok akan memberikan pelayanan bermanfaat bagi penyembuhan dan penyelesaian masalah DM. penatalaksanaan pelayanan yang berpusat pada keluarga tidak akan menambah beban namun akan meningkatkan kualitas hidup penderita DM. Kegiatan pelayanan dengan pendekatan keluarga antara lain membangun komunikasi dengan penderita DM, melakukan rehabilitasi terhadap komplikasi, dan membantu dalam tindak lanjut upaya rehabilitasi tersebut.7


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Karakteristik Penderita DM

1. Sosiodemografi

− Umur

− Jenis kelamin

− Suku

− Agama

− Pekerjaan

− Daerah asal 2. Tipe DM

3. Pemeriksaan HbA1C 4. Komplikasi

5. Jenis Pengobatan 6. Lama rawatan rata-rata 7. Keadaan sewaktu pulang

3.2 Defenisi Operasional

3.2.1 Penderita DM adalah semua pasien yang dinyatakan menderita DM yang dirawat inap berdasarkan diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.2 Umur adalah usia penderita DM pada saat dirawat inap sesuai yang tercatat pada kartu status pasien yang dikategorikan:

1. < 40 tahun 2. ≥ 40 tahun


(42)

3.2.3 Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4 Suku adalah etnik atau kebiasaan yang melekat pada diri penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Melayu 2. Jawa 3. Batak 4. Lain-lain

3.2.5 Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Islam 2. Kristen 3. Katolik 4. Budha 5. Hindu

3.2.7 Pekerjaan adalah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan penderita sesuai dengan yang tercatat padda kartu status, dikategorikan atas:

1. PNS/TNI/POLRI/Pensiunan 2. Wiraswasta/ Pedagang 3. Pegawai Swasta 4. Ibu Rumah Tangga 5. Lain-lain

3.2.8 Daerah asal adalah wilayah tempat tinggal dimana penderita DM berasal/ tinggal sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas: 1. Kota Medan


(43)

3.2.9 Tipe DM adalah klasifikasi DM berdasarkan hasil diagnose dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. DM tipe I 2. DM tipe II

3.2.10 Pemeriksaan HbA1C adalah pemeriksaan tunggal yang akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang, yang dikategorikan atas:7

2. Tidak Ada 1. Ada

3.2.11 Kadar HbA1C dikategorikan menjadi: 1. HbA1C < 7% (normal)

2. HbA1C ≥ 7% (DM)

3.2.12 Komplikasi adalah penyakit lain yang timbul akibat penyakit DM pada penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Ada 2. Tidak ada

3.2.13 Ada tidaknya komplikasi dikategorikan atas: 1. Komplikasi akut

2. Komplikasi kronis

3.2.14 Pengobatan adalah jenis obat yang diberikan kepada penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 2. Insulin


(44)

3.2.15 Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita DM menjalani rawat inap di rumah sakit yang dihitung sejak hari pertama dirawat sampai keluar seperti yang tercatat pada kartu status.

3.2.16 Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita pada waktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal


(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif menggunakan desain case series.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di RS. Santa Elisabeth Medan. Pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan ketersediaan data mengenai kasus penyakit Dibaetes Mellitus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Desember 2011.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita DM yang dirawat inap di RS. Santa Elisabeth Medan tahun 2010 yaitu sebanyak 260 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari penderita DM yang dirawat inap di RS. Santa Elisabeth Medan tahun 2010. Besar sampel yang dibutuhkan diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:43


(46)

n = �

1+� (�)2

Keterangan:

N = jumlah populasi

n = besar sampel yang dibutuhkan

d = tingkat kepercayaan/ ketetapan yang diinginkan

n = 260

1+260 (0,05)2

n = 157,58 n = 158

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel dalam penelitian ini 158 orang.

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan Systematic Random Sampling. Cara ini dilakukan dengan menyusun populasi dalam suatu kerangka sampel. Kemudian ditentukan range pengambilan sampel dengan cara membagikan jumlah populasi dengan jumlah sampel yang ditentukan, yaitu 260/158 = 1,65 ≈ 2. Setelah itu dilakukan pengundian untuk menentukan sampel pertama. Sampel berikutnya diambil dengan bergerak sesuai dengan range yang sudah ditentukan. Jika ada sampel yang kemudian terpilih kembali, maka akan diabaikan dan dilanjutkan pada sampel berikutnya.


(47)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diambil dari data sekunder yang diperoleh dari buku rekam medik dan kartu status penderita DM yang dirawat inap di RS. Santa Elisabeth Medan tahun 2010 kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variebel yang diperlukan.

4.5 Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisa dengan komputer dengan menggunakan software Statistic Product and Service Solution (SPSS). Lalu data dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan uji Chi-Square dan T-test, kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, diagram bar dan diagram pie.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 5.1.1. Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Rumah Sakit Santa Elisabeth merupakan rumah sakit milik Kongregasi Suster Fransisikanes Santa Elisabeth. Rumah sakit yang terletak di jalan H. Misbah No. 7 Medan ini, mulai dibangun pada tanggal 11 Februari 1929 dan diresmikan pada tanggal 19 November 1930.

5.1.2. Visi

Menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth mampu berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih dan persaudaraan sejati pada era globalisasi.

5.1.3 Misi

Meningkatkan derajat kesehatan melalui sumber daya manusia yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, dengan tetap memperhatikan masyarakat lemah.

5.1.4. Pelayanan Medis

Rumah sakit ini dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari kamar bersalin, kamar operasi, Intensive Care Unit (ICU), Unit Gawat Darurat (UGD), klinik umum, klinik spesialis, klinik gigi, fisioterapi, hemodialisa, laboratorium, radiologi, endoskopi, ERCP, dan klinik thrombosis/apheresis.

Klinik umum dilayani oleh dokter umum untuk pasien rawat jalan non emergensi dan pemeriksaan kesehatan dari perusahaan. Klinik spesialis melayani


(49)

penyakit yang berkaitan dengan penyakit urologi, saraf, THT, jantung, paru, anak, onkologi, mata, gigi, bedah umum/khusus, dan kebidanan/kandungan.

5.2 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Sosiodemografi

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010 No Karakteristik Berdasarkan Faktor

Ekstrinsik

Jumlah

f %

1 Umur

<40 tahun

≥40 tahun 154 4

2,5 97,5

Total 158 100

2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 78 80 49,4 50,6

Total 158 100

3 Suku Melayu Jawa Batak Lain-lain 5 7 131 15 3,2 4,4 82,9 9,5

Total 158 100

4 Agama Islam Protestan Katolik Budha Hindu 22 105 26 2 3 13,9 66,4 16,5 1,3 1,9

Total 158 100

5 Pekerjaan

PNS/TNI/POLRI/Pensiunan Wiraswasta/ Pedagang Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Lain-lain 40 38 12 48 20 25,3 24,1 7,6 30,4 12,6

Total 158 100

6 Daerah Asal Kota Medan Luar Kota Medan

95 63

60,1 39,9


(50)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat karakteristik penderita DM di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan selama tahun 2010 berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan dan daerah asal) adalah sebagai berikut: distribusi menurut kelompok umur yang tebanyak adalah kelompok umur ≥40 tahun yaitu 154 orang (97,5%) dan yang paling sedikit yaitu kelompok umur <40 tahun yaitu 4 orang (2,5%). Distribusi menurut jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu 80 orang (50,6%) sedangkan laki-laki sebanyak 78 orang (49,4%). Distribusi menurut suku terbanyak adalah suku Batak yaitu 131 orang (82,9%) kemudian suku lain yaitu 15 orang (9,5%), suku Jawa 7 orang (4,4%) dan yang paling sedikit adalah suku Melayu yaitu 5 orang (3,2%). Distribusi menurut agama yang terbanyak adalah agama yaitu Kristen Protestan yaitu 105 orang (66,5%), kemudian agama Khatolik yaitu 26 orang (16,5%), agama Islam 22 orang (13,9%), agama Hindu 3 orang (1,9%) dan yang paling sedikit adalah agama Budha yaitu 2 orang (1,3%). Distribusi menurut pekerjaan yang terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 48 orang (30,4%), kemudian PNS/TNI/POLRI/Pensiunan yaitu 40 orang (25,3%), Wiraswasta/Pedagang sebanyak 38 orang (24,1%), lain-lain sebanyak 20 orang (12,6%) dan yang paling sedikit adalah pegawai swasta yaitu 12 orang (7,6%). Distribusi menurut daerah asal yang paling banyak berasal dari kota Medan yaitu 95 orang (60,1%) sedangkan yang berasal dari luar kota Medan yaitu 63 orang (39,9%).


(51)

5.3 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Tipe DM

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe DM di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Tipe DM Jumlah

f %

1 DM Tipe I 3 1,9

2 DM Tipe II 155 98,1

Total 158 100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat dilihat distribusi proporsi penderita DM yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010 berdasarkan tipe DM yang terbanyak adalah DM Tipe II yaitu 155 orang (98,1%) sedangkan DM Tipe I yaitu 3 orang (1,9%).

5.4 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Pemeriksaan HbA1C

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Ada Tidaknya Pemeriksaan HBA1C di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Pemeriksaan HBA1C Jumlah

f %

1 Ada 77 48,7

2 Tidak ada 81 51,3

Total 158 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2010 yang melakukan pemeriksaan kadar HbA1C sebanyak 77 orang (48,7%) sedangkan yang tidak melakukan pemeriksaan HbA1C sebanyak 81 orang (51,3%).


(52)

5.5 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Kadar HbA1C

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar HBA1C di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Pemeriksaan HBA1C Jumlah

f %

1 Normal/Stabil 21 27,3

2 Tidak Stabil 56 72,7

Total 77 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2010 paling banyak memiliki kadar HbA1C yang tidak stabil yaitu 56 orang (72,7%) dan yang memiliki kadar HbA1C yang normal/stabil sebanyak 21 orang (27,3%).

5.6 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Komplikasi

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Ada Tidaknya Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Komplikasi Jumlah

f %

1 2

Ada Tidak Ada

109 49

69,0 31,0

Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dilihat proporsi penderita DM yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 paling banyak mengalami komplikasi yaitu 109 orang (69.0%) dan yang tidak mengalami komplikasi sebanyak 49 orang (31,0%).


(53)

5.7 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Jenis Komplikasi

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Jenis Komplikasi Jumlah

f %

1 2

Komplikasi akut Komplikasi kronis

23 86

21,1 78,9 Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat dilihat proporsi penderita DM yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 berdasarkan jenis komplikasi paling banyak mengalami komplikasi kronis yaitu 86 orang (78,9%) dan yang mengalami komplikasi akut yaitu 23 orang (21,1%).

5.8 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Jenis Pengobatan

Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Pengobatan di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Jenis Pengobatan Jumlah

f %

1 2 3

Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Insulin

OHO+Insulin

133 3 22

84,2 1,9 13,9 Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat proporsi penderita DM yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 berdasarkan jenis pengobatan paling banyak menggunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yaitu 133 orang (84,1%), pengobatan dengan OHO dan insulin 22 orang (12,9%) dan yang paling sedikit pengobatan dengan insulin yaitu 3 orang (1,9%)


(54)

5.9 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Lama Rawatan

Tabel 5.8 Rata-rata Lama Rawatan Penderita DM yang Dirawat Inap di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

Lama Rawatan (hari)

Rata-rata (x)

Standar Deviasi 95% Confidence of Interval Coefisien of Variation Minimum Maximun :

6,28 3,578 5,72-6,85 12, 804% 1 24

Berdasarkan tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita DM yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 adalah 6,28 hari (6 hari) dengan standar deviasi sebesar 3,578 dan Coefisien of Variation sebesar 12,804%. Lama rawatan penderita bervariasi dimana lama rawatan tersingkat adalah 1 hari dan yang terlama adalah 24 hari. Dari Confidence of Interval

(CI) dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa lama rawatan penderita DM adalah 5,72-6,85 hari.

5.10 Distribusi Proporsi Penderita DM Berdasarkan Keadaan Pulang

Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah

f %

1 2 3 4

Pulang Berobat Jalan

Pulang Atas Permintaan Sendiri Meninggal Pindah RS 121 17 13 7 76,6 10,8 8,2 4,4

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat proporsi penderita DM yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2010 berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang paling banyak adalah pulang dengan berobat jalan yaitu 121 orang (76,6%),


(55)

pulang atas permintaan sendiri 17 orang (10,8%), meninggal 13 orang (8,2%) dan yang paling sedikit pindah rumah sakit yaitu 7 orang (4,4%).

5.11 Analisa Statistik

5.11.1 Umur Berdasarkan Tipe DM

Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe DM di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Tipe DM Umur Total

< 40 tahun ≥40 tahun

f % f % f %

1 2

DM Tipe I DM Tipe II

3 1 100 0,6 0 154 0 99,4 3 155 100 100 X2

Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM Tipe I semua berumur <40 tahun yaitu 3 orang (100%). Sedangkan penderita DM Tipe II yang berumur <40 tahun yaitu 1 orang (0,6%) dab yang berumur ≥40 tahun154 orang (99,4%).

= 117,735 df=1 p=0,000

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan tipe DM.

5.11.2 Umur Berdasarkan Komplikasi

Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Komplikasi Umur Jumlah

< 40 tahun ≥40 tahun

f % f % f %

1 2 Ada Tidak Ada 2 2 1,8 4,1 107 47 98,2 95,9 109 49 100 100


(56)

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa penderita DM dengan komplikasi yang berumur <40 tahun ada 2 orang (1,8%) sedangkan yang berumur ≥40 tahun 107 orang (98,2%). Sedangkan penderita DM tanpa komplikasi yang berumur <40 tahun yaitu 2 orang (4,1%) sedangkan yang berumur ≥40 tahun yaitu 47 orang (95,9%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p= 0,588 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan komplikasi.

5.11.3 Tipe DM Berdasarkan Komplikasi

Tabel 5.12 Distribusi Proporsi Komplikasi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe DM di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Komplikasi Tipe DM Jumlah

Tipe I Tipe II

f % f % f %

1 2

Ada Tidak ada

2 1

1,8 2,0

107 48

98,2 98,0

109 49

100 100

X2=0,008 df= 1 p=1,000

Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat dilihat bahwa penderita DM yang mengalami komplikasi proporsi terbanyak terdapat pada penderita DM Tipe II yaitu 107 orang (98,2%) sedangkan penderita DM Tipe I yaitu 2 orang (1,8%). Penderita DM yang tidak mengalami komplikasi lebih banyak pada penderita DM Tipe II yaitu 48 orang (98%) sedangkan penderita DM Tipe I yaitu 1 orang (2%)

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Exact Fisher diperoleh nilaii p=1,000 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi komplikasi berdasarkan tipe DM.


(57)

5.11.4 Jenis Komplikasi Berdasarkan Tipe DM

Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe DM di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Komplikasi Tipe DM Jumlah

Tipe I Tipe II

f % f % f %

1 2 Akut Kronik 0 2 0 2,3 23 84 100 97,7 23 86 100 100 X2

Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM yang mengalami komplikasi akut semuanya adalah penderita DM Tipe II yaitu 23 orang (100%). Sedangkan penderita DM yang mengalami komplikasi kronik proporsi terbesar adalah penderita DM Tipe II yaitu 84 orang (97,7%) sedangkan penderita DM Tipe I yaitu 2 orang (2,3%)

=0,545 df=1 p=1,000

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Exact Fisher diperoleh nilai p=1,000 dimana p>0,05 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis komplikasi DM berdasarkan tipe DM.

5.11.5 Pemeriksaan HbA1C Berdasarkan Komplikasi

Tabel 5.14 Distribusi Proporsi Pemeriksaan HbA1C Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Komplikasi Pemeriksaan HbA1C Jumlah

Ada Tidak Ada

f % f % f %

1 2 Ada Tidak Ada 54 23 49,5 46,9 55 26 50,5 53,1 109 49 100 100 X2

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat bahwa penderita DM dengan komplikasi yang melakukan pemeriksaan HbA1C yaitu 54 orang (49,5%) sedangkan yang tidak


(58)

melakukan pemeriksaan HbA1C yaitu 55 orang (50,5%). Penderita DM tanpa komplikasi yang melakukan pemeriksaan HbA1C yaitu 23 orang (46,9%) sedangkan yang tidak melakukan pemeriksaan HbA1C yaitu 26 orang (53,1%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square diperoleh nilai p=0,896 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi pemeriksaan HbA1C berdasarkan komplikasi.

5.11.6 Kadar HbA1C Berdasarkan Komplikasi

Tabel 5.15 Distribusi Proporsi HBA1C Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Komplikasi HBA1C Jumlah

Stabil/Normal Tidak Stabil

f % f % f %

1 2

Ada Tidak Ada

17 4

31,5 17,4

37 19

68,5 82,6

54 23

100 100

X2

Berdasarkan tabel 5.15 dapat dilihat bahwa penderita DM dengan komplikasi yang kadar HbA1C stabil/normal yaitu 17 orang (31,5%) sedangkan yang kadar HbA1C yang tidak stabil yaitu 37 orang (68,5%). Penderita DM tanpa komplikasi yang kadar HbA1C stabil/normal yaitu 4 orang (17,4%) sedangkan yang tidak stabil yaitu 19 orang (82,6%).

=1,614 df=1 p=0,322

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square diperoleh nilai p=0,322 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi kadar HbA1C berdasarkan komplikasi.


(59)

5.11.7 Komplikasi Berdasarkan Jenis Pengobatan

Tabel 5.16 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Tahun 2010

No Komplikasi Pengobatan Jumlah

OHO Insulin OHO+Insulin

f % f % f %

1 2 Ada Tidak Ada 92 41 84,4 83,7 2 1 1,8 2,0 15 7 13,8 14,3 109 49 100 100 X2

Berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat dilihat proporsi penderita DM dengan komplikasi yang menggunakan pengobatan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yaitu 92 orang (84,4%), Insulin yaitu 2 orang (1,8%) dan menggunakan OHO dan insulin yaitu 15 orang (13,8%). Sedangkan penderita DM tanpa komplikasi yang menggunakan pengobatan OHO yaitu 41 orang (83,7%), insulin 1 orang (2,0%) sedangkan OHO dan Insulin yaitu 7 orang (14,3%).

=0,016 df=2 p=0.992

Berdasarkan hasil tabulasi silang, analisa dengan uji statisik Chi-square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel (33,3%) yang Expected count-nya kurang dari 5.

5.11.8 Lama Rawatan Berdasarkan Komplikasi

Tabel 5.17 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Medan Tahun 2010

No Komplikasi Lama Rawatan Rata-Rata

n X SD

1 Ada 109 6,42 3,560

2 Tidak Ada 49 5,98 3,637

t=0,718 df=156 p=0,655

Berdasarkan tabel 5.17 di atas dapat dilihat dari 158 penderita DM terdapat 109 orang yang mengalami komplikasi dengan lama rawatan rata-rata 6,42 hari atau 6


(60)

hari dan 49 penderita DM yang tidak mengalami komplikasi dengan lama rawatan rata-rata 5,98 hari.

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan t-test diperoleh nilai p=0,655 atau p>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi.

5.11.9 Lama Rawatan Berdasarkan Jenis Komplikasi

Tabel 5.18 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS. Santa Elisabeth Medan Tahun 2010

No Jenis Komplikasi Lama Rawatan Rata-Rata

n x SD

1 Akut 23 6,83 3,499

2 Kronik 86 6,31 3,588

t=0,611 df=107 p=0,762

Berdasarkan tabel 5.18 di atas dari 109 penderita DM yang mengalami komplikasi terdapat 23 orang dengan komplikasi akut dengan lama rawatan rata-rata 6,83 hari atau sama dengan 7 hari. Sedangkan penderita dengan komplikasi kronik yaitu 86 orang dengan lama rawatan rata-rata 6,31 hari.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan t-test diperoleh nilai p=0,762 atau p>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis komplikasi.


(1)

Crosstabs

.092b 1 .762

.017 1 .896

.092 1 .762

.864 .448

.091 1 .763

158 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23. 88.

b.

Case Processing Summary

77 100.0% 0 .0% 77 100.0%

Komplikasi * Kadar HbA1C

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Komplikasi * Kadar HbA1C Crosstabulation

17 37 54

14.7 39.3 54.0

31.5% 68.5% 100.0% 81.0% 66.1% 70.1% 22.1% 48.1% 70.1%

4 19 23

6.3 16.7 23.0

17.4% 82.6% 100.0% 19.0% 33.9% 29.9% 5.2% 24.7% 29.9%

21 56 77

21.0 56.0 77.0

27.3% 72.7% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 27.3% 72.7% 100.0% Count

Expected Count % within Komplikas i % within Kadar HbA1C % of Total

Count

Expected Count % within Komplikas i % within Kadar HbA1C % of Total

Count

Expected Count % within Komplikas i % within Kadar HbA1C % of Total

Ada

Tidak ada Komplikas i

Total

Normal/ Stabil Tidak Stabil Kadar HbA1C


(2)

Crosstabs

Chi-Square Tests

1.614b 1 .204

.982 1 .322

1.710 1 .191

.269 .161

1.594 1 .207

77 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6. 27.

b.

Case Processing Summary

158 100.0% 0 .0% 158 100.0%

Tipe DM * Komplikasi

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Tipe DM * Komplikasi Crosstabulation

2 1 3

2.1 .9 3.0

66.7% 33.3% 100.0%

1.8% 2.0% 1.9%

1.3% .6% 1.9%

107 48 155

106.9 48.1 155.0 69.0% 31.0% 100.0% 98.2% 98.0% 98.1% 67.7% 30.4% 98.1%

109 49 158

109.0 49.0 158.0 69.0% 31.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 69.0% 31.0% 100.0% Count

Expected Count % within Tipe DM % within Komplikasi % of Total

Count Expected Count % within Tipe DM % within Komplikasi % of Total

Count Expected Count % within Tipe DM % within Komplikasi % of Total

DM tipe I

DM tipe II Tipe

DM

Total

Ada Tidak ada Komplikasi


(3)

Crosstabs

.008b 1 .930

.000 1 1.000

.008 1 .931

1.000 .674

.008 1 .930

158 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 93.

b.

Case Processing Summary

109 100.0% 0 .0% 109 100.0%

Tipe DM * JnsKomplK

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Tipe DM * JnsKomplK Crosstabulation

0 2 2

.4 1.6 2.0

.0% 100.0% 100.0%

.0% 2.3% 1.8%

.0% 1.8% 1.8%

23 84 107

22.6 84.4 107.0

21.5% 78.5% 100.0%

100.0% 97.7% 98.2%

21.1% 77.1% 98.2%

23 86 109

23.0 86.0 109.0

21.1% 78.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

21.1% 78.9% 100.0%

Count

Expected Count % within Tipe DM % within JnsKomplK % of Total

Count

Expected Count % within Tipe DM % within JnsKomplK % of Total

Count

Expected Count % within Tipe DM % within JnsKomplK % of Total

DM tipe I

DM tipe II Tipe

DM

Total

Akut Kronik

JnsKomplK


(4)

Crosstabs

Chi-Square Tests

.545b 1 .460

.000 1 1.000

.958 1 .328

1.000 .621

.540 1 .462

109 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 42.

b.

Case Processing Summary

158

100.0%

0

.0%

158

100.0%

Komplikasi *

Jenis Pengobatan

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Valid

Missing

Total

Cases

Komplikasi * Jenis Pengobatan Crosstabulation

92 2 15 109

91.8 2.1 15.2 109.0

84.4% 1.8% 13.8% 100.0%

69.2% 66.7% 68.2% 69.0%

58.2% 1.3% 9.5% 69.0%

41 1 7 49

41.2 .9 6.8 49.0

83.7% 2.0% 14.3% 100.0%

30.8% 33.3% 31.8% 31.0%

25.9% .6% 4.4% 31.0%

133 3 22 158

133.0 3.0 22.0 158.0

84.2% 1.9% 13.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

84.2% 1.9% 13.9% 100.0%

Count

Expected Count % within Komplikasi % within Jenis Pengobatan % of Total Count

Expected Count % within Komplikasi % within Jenis Pengobatan % of Total Count

Expected Count % within Komplikasi % within Jenis Pengobatan % of Total Ada

Tidak ada Komplikasi

Total

OHO Ins ulin OHO+Insulin Jenis Pengobatan


(5)

Crosstabs

.016a 2 .992

.016 2 .992

.011 1 .917

158 Pearson Chi-S quare

Lik elihood Ratio Linear-by-Linear As soc iation N of V alid Cases

Value df (2-sided)

2 c ells (33.3%) have ex pec ted c ount les s than 5. The minimum expected count is .93.

a.

Case Processing Summary

158 100.0% 0 .0% 158 100.0%

Komplikas i * Keadaan Pulang

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Komplikasi * Keadaan Pulang Crosstabulation

79 13 11 6 109

83.5 11.7 9.0 4.8 109.0

72.5% 11.9% 10.1% 5.5% 100.0% 65.3% 76.5% 84.6% 85.7% 69.0%

50.0% 8.2% 7.0% 3.8% 69.0%

42 4 2 1 49

37.5 5.3 4.0 2.2 49.0

85.7% 8.2% 4.1% 2.0% 100.0%

34.7% 23.5% 15.4% 14.3% 31.0%

26.6% 2.5% 1.3% .6% 31.0%

121 17 13 7 158

121.0 17.0 13.0 7.0 158.0

76.6% 10.8% 8.2% 4.4% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

76.6% 10.8% 8.2% 4.4% 100.0%

Count Expected Count % within Komplikasi % within Keadaan Pulang % of Total

Count Expected Count % within Komplikasi % within Keadaan Pulang % of Total

Count Expected Count % within Komplikasi % within Keadaan Pulang % of Total

Ada

Tidak ada Komplikasi

Total

PBJ PAPS Meninggal Pindah RS Keadaan Pulang

Total

Chi-Square Te sts

3.618a 3 .306

3.969 3 .265

3.428 1 .064

Pearson Chi-S quare Lik elihood Ratio Linear-by-Linear

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)


(6)

T-Test

T-Test

Group Statistics

109

6.42

3.560

.341

49

5.98

3.637

.520

Komplikasi

Ada

Tidak ada

Lama Rawatan

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

.201 .655 .718 156 .474 .442 .616 -.775 1.660

.712 90.761 .478 .442 .621 -.792 1.677 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Lama Rawatan

F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Group Statistics

23

6.83

3.499

.730

86

6.31

3.588

.387

JnsKomplK

Akut

Kronik

Lama Rawatan

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

.092 .762 .611 107 .542 .512 .838 -1.149 2.174

.620 35.395 .539 .512 .826 -1.164 2.188 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Lama Rawatan

F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means