yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat menimbulkan kecemasan, sedangkan wanita yang memahami tentang menopause
dapat berfikir secara wajar karena menopause merupakan peristiwa alami yang dialami oleh wanita Yatim, 2001.
Gangguan kecemasan dapat terjadi pada setiap orang di segala umur. Wanita lebih sering mendapat gangguan cemas dan stres dari pada pria. Keadaan ini
disebabkan wanita cenderung lebih merasakan kecemasan dan stres dalam menghadapi permasalahan yang menimpa dirinya. Ini dilihat dari pada pria, misalnya
pada saat menstruasi, saat mengandung, melahirkan, menopause, dan menghadapi masalah-masalah anak dan suami Handayani, 2008.
Dengan munculnya perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita menopause inilah individu harus berusaha untuk tetap berfikir positif. Sudah menjadi
kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia seseorang akan menimbulkan berbagai perubahan mental. Perubahan dalam kehidupan ini dapat mengganggu kestabilan
emosi Purwanto, 2007.
2.3. Peran Petugas Kesehatan
Peran dan tanggung jawab petugas kesehatan dalam kesehatan reproduksi khususnya pada persiapan menghadapi masa menopause sangat berpengaruh terhadap
kesehatan pada masa menopause. Hal-hal penting seperti apa yang dilakukan jika muncul gejala-gejala saat menopause akan memudahkan para wanita dalam
menghadapi masa ini. Peran dan dukungan petugas kesehatan dimaksudkan untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan materi, emosi ataupun informasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan dan kesiapan wanita menghadapi menopause. Peran petugas kesehatan
ini dapat dibagi atas Baziad, 2003: 1. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Motivator
Motivator menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang perangsang yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu;
pendorong; penggerak. Dalam persiapan menghadapi masa menopause, dukungan petugas kesehatan sangat diperlukan. Seperti diketahui, kebanyakan wanita merasa
takut akan datangnya masa menopause. Mereka takut akan gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa ini. Jadi, dalam hal ini petugas
kesehatan mestinya memberikan dukungan dan semangat untuk meyakinkan wanita bahwa menopause bukanlah masa yang harus ditakuti.
2. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Edukator Selain peran penting dalam mendukung wanita bahwa masa menopause
adalah masa yang tidak harus ditakuti, peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi ibu yang memasuki masa menopause. Peran
seperti memberikan penyuluhan atau pembagian brosur-brosur atau selebaran mengenai apa-apa yang dilakukan saat menopause akan sangat berperan bagi wanita
saat menghadapi masa menopause. Besarnya peran petugas kesehatan akan sangat membantu ibu dalam kesiapannya menghadapi masa menopause serta siap
menghadapi apa-apa saja yang mungkin muncul saat masa ini.
Universitas Sumatera Utara
3. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Fasilitator Peran lain petugas kesehatan adalah memfasilitasi sebagai orang yang
menyediakan fasilitas, memberi semua kebutuhan ibu saat menghadapi masalah pada masa menopause. Petugas kesehatan harus membuka layanan konsultasi di fasilitas
kesehatan seperti puskesmas atau menyediakan sarana informasi seperti poster, brosur ataupun selebaran yang berguna bagi wanita dalam memberikan pengetahuan
mengenai menopause. Jika hal ini sudah dipenuhi, maka kesiapan wanita menghadapi menopause juga akan terpenuhi. Akhirnya, masalah-masalah yang dihadapi wanita
saat menopause akan mampu dicegah. Kecemasan yang dialami seseorang pada saat menopause erat hubungannya
dengan proses menopause itu sendiri, dimana kadar estrogen yang mulai menurun dapat menimbulkan kecemasan Nugroho, 2002. Mustopo 2005 juga menyatakan
bahwa kesehatan, pikiran dan ketenangan dipengaruhi oleh hormon estrogen. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause mereka berubah menjadi pencemas.
Kecemasan yang dialami selama menopause tidak hanya disebabkan oleh proses dari menopause saja, tetapi juga karena adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi
yang sebelumnya tidak pernah dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul menyertai berakhirnya masa reproduksinya Kasdu, 2003.
Seseorang yang cemas dalam menjalani menopause, pada umumnya tidak mendapat informasi yang benar tentang menopause sehingga yang dibayangkannya
adalah efek negatif yang akan dialaminya setelah memasuki masa menopause. Salah satunya adalah mereka cemas dengan berakhirnya reproduksi, apalagi mereka
Universitas Sumatera Utara
menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti kecantikannya akan memudar. Seiring dengan itu, vitalitas dan fungsi organnya akan menurun. Hal ini dapat
menghilangkan kebanggaan dirinya sebagai wanita. Keadaan ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi hubungannya dengan suami ataupun keluarga Kasdu, 2002. Rasa
takut akan hilangnya kemudaan dan kecantikan dapat mengakibatkan adanya
penolakan terhadap pasangan, pekerjaan serta lingkungan sosial Gunadarsa, 1991.
2.4. Landasan Teori
Kecemasan yang dialami seseorang wanita selama menopause dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap orang tersebut terhadap menopause, dimana menopause
sering dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan bagi wanita Dacey Travers, 2002. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran seseorang bahwa dirinya akan menjadi tidak
sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi. Padahal, masa menopause merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, dan kecemasan
yang mereka alami dapat menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini. Agar dapat menjalani menopause dengan baik, diperlukan kemauan diri untuk memandang
hidup sebagai sebuah harapan, dan dibutuhkan pikiran yang positif dalam memandang setiap kejadian peristiwa yang dialami. Apabila seseorang dapat berpikir
secara positif, maka mereka dapat melalui masa menopause dengan mudah. Namun sebaliknya, apabila orang tersebut berpikir negatif tentang menopause, maka keluhan-
keluhan yang muncul akan semakin memberatkan hidupnya Kasdu, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Green yang mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor prediposing, enabling, dan reinforcing. Faktor–faktor yang tergolong
sebagai faktor predisposing antara lain pengetahuan, dalam hal ini adalah pengetahuan ibu tentang menopause. Faktor enabling faktor pemungkin, mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana, sedangkan faktor reinforcing faktor penguat mencakup faktor tidak langsung yang mempengaruhi, dalam hal ini adalah peran
serta petugas kesehatan sebagai motivator, edukator dan fasilitator bagi ibu yang memasuki masa pra menopause sehingga mereka siap untuk menghadapi masa
menopause.
2.5. Kerangka Konsep