Listrik 35000 Watt

Listrik 35000 Watt

Dani Natanael, Teknik Elektro 2015 Cendekia Teknika FT UGM

Hingga tahun 2016 saat ini, masih banyak daerah-daerah pelosok Indonesia yang belum dapat menikmati pasokan listrik terutama untuk manfaat penerangan maupun kebutuhan listrik lainnya. Sekalipun sudah mendapat pasokan fasilitas penerangan, dapat dikatakan listrik penerangan masih belum stabil dan tidak semua orang mendapat pasokan daya listrik rata-rata. Umumnya, paling minimum sekarang masyarakat Indonesia sudah memiliki konsumsi daya listrik rumahan sebesar 450-900 VA (Volt-Ampere) untuk kebutuhan daya rumah tangga minimum, karena ukuran tersebut merupakan standar dari PLN Indonesia, seperti pada grafik berikut;

Gambar 1. Konsumsi Listrik Indonesia Berdasarkan Statistik PLN

Untuk kebutuhan penerangan jalan sebagai saran fasilitasi lalu lintas dan lingkungan sekitar mendapat 10% dari kebutuhan listrik rumah tangga.

Pemadaman yang bergilir dan beberapa daerah dalam jangka waktu yang relatif tidak singkat, terutama daerah pelosok yang lebih sering mendapat durasi waktu pemadaman yang lama, dapat menjadi penyebab roda penggerakan aktivitas masyarakat dalam hal ekonomi, sosial, dan lain-lainnya akan terhambat. Berikut pemetaan keadaan pasokan di listrik di Indonesia :

Gambar 2. Pemetaan kondisi listrik Nasional dari data PLN 27 Agustus 2015

Di mana dari pemetaan gambar tersebut warna hijau berarti cadangan listrik yang masih cukup, warna kuning berarti cadangan listrik dalam keadaan siaga, dikarenakan besar pasokan daya yang dapat didistribusikan lebih kecil dari standar pembangkit terbesar, dan warna merah artinya pasokannya sangat defisit sehingga akan mengalami pemadaman listrik dalam waktu yang sering. Bila diamati pada ilustrasi tersebut, daerah yang tanda warna merah masih cukup banyak pada pemetaan pasokan listrik. Hal tersebut menandakan pasokan listrik kurang merata di seluruh penjuru daerah dan kesenjangannya cukup parah. Berikut dijabarkan penyebab kebutuhan listrik di daerah tertentu masih relatif kurang;

1. Untuk daerah terpencil seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi cenderung belum memiliki infrastruktur yang memadai dalam pengadaan 1. Untuk daerah terpencil seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi cenderung belum memiliki infrastruktur yang memadai dalam pengadaan

2. Keterbatasan pembangkit tenaga listrik, atau daerah yang terpelosok relatif jauh dalam jarak distribusi listriknya dari pusat pembangkit.

3. Kurangnya sumber daya manusia untuk mengontrol dan mengurusi kinerja transmisi listrik ke daerah, serta sumber daya alam yang cenderung bergantung pada fosil yang terbatas dan dalam transportasinya ke pembangkit cenderung jauh karena harus melalui laut.

Maka dari itu, munculnya ide dari Presiden Negara kita untuk mewacanakan Proyek Pembangkitan dan Pasokan Daya Listrik 35000 MegaWatt ke seluruh daerah Indonesia.

Proyek 35000 MegaWatt

Gambar 3. Persebaran Pembangkit dan Transmisi dalam Proyek 35000 MW

Pemerintah telah berkomitmen untuk merealisasikan penyediaan listrik sebesar 35 ribu Megawatt (MW) dalam jangka waktu 5 tahun (2014-2019). Sepanjang 5 tahun ke depan, pemerintah bersama PLN dan swasta akan membangun 109 pembangkit; masing-masing terdiri 35 proyek oleh PLN dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 proyek oleh swasta/Independent Power Producer (IPP) dengan total kapasitas 25.904 MW. Dan pada tahun 2015 PLN akan menandatangani kontrak pembangkit sebesar 10 ribu MW sebagai tahap I dari total keseluruhan 35 ribu MW.

Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 6-7 persen setahun, penambahan kapasitas listrik di dalam negeri membutuhkan sedikitnya 7.000 megawatt (MW) Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 6-7 persen setahun, penambahan kapasitas listrik di dalam negeri membutuhkan sedikitnya 7.000 megawatt (MW)

Gambar 4. Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2050 menjadi pertimbangan Proyek 35 GWatt

Yang menjadi ganjalan adalah kecenderungan proses pembangkitan listrik di Indonesia yang cukup menggantungkan diri pada sumber tenaga fosil seperti diesel dan uap dari batu bara, dan pembangkit menggunakan energi terbarukan belum cukup banyak. Padahal bisa dikatakan, seperti tenaga penggerak air ataupun panas bumi mampu memberikan konversi energi cukup besar bila dengan teknologi yang memadai mampu mengolahnya. Mengingat Kebijakan Energi Nasional ke depannya Indonesia harus sudah mengalokasikan 23% energi terbarukan sebagai sumber daya yang diharapkan menekan dan perlahan menggantikan konsumsi energi fosil yang semakin kesini semakin menipis cadangannya.

Diharapkan dengan proyek tersebut mampu memberikan kemudahan dan memajukan perekonomian secara merata di setiap ujung daerah Indonesia, dan minimal Indonesia bisa terhindar dari krisis pasokan listrik secara nasional.

Namun, apakah rencana tersebut dapat dijadikan solusi tanpa kendala dan kekurangan dari akibat yang ditimbulkan dari pembangunannya?

Kontroversi dari Pembangunan Proyek 35000 MW

Tidak sedikit yang beranggapan bahwa proyek pembangkitan daya 35000 MW akan cenderung hanya merugikan dan memakan biaya yang relatif besar dalam upaya membangkitkan dayanya. Lalu, mengapa harus dibangkitkan daya sebesar jutaan Watt tersebut?

Gambar 5. Alur Distribusi daya ke konsumen

Dalam bidang elektro, secara singkat energi listrik tersebut didistribusikan dari pembangkit hingga dapat dinikmati oleh konsumen, baik dari instansi, industri maupun rumah tangga. Dari listrik dibangkitkan dari pembangkit, didistribusikan ke gardu kemudian diturunkan tegangannya sesuai dengan kebutuhan daya konsumen. Yang menjadi masalah, mengapa harus besar pembangkitannya? Karena tentu jika kita ingin memperluas distribusi energi hingga ke pelosok daerah, tentu akan semakin panjang dan jauh jarak jaringan transmisinya, makan akan semakin besar rugi-rugi daya dan energi yang akan dilepaskan di sepanjang jalur transmisi. Daya yang besar tersebut belum termasuk harus dibagi-bagikan secara merata pada tiap konsumen dan kondisi Dalam bidang elektro, secara singkat energi listrik tersebut didistribusikan dari pembangkit hingga dapat dinikmati oleh konsumen, baik dari instansi, industri maupun rumah tangga. Dari listrik dibangkitkan dari pembangkit, didistribusikan ke gardu kemudian diturunkan tegangannya sesuai dengan kebutuhan daya konsumen. Yang menjadi masalah, mengapa harus besar pembangkitannya? Karena tentu jika kita ingin memperluas distribusi energi hingga ke pelosok daerah, tentu akan semakin panjang dan jauh jarak jaringan transmisinya, makan akan semakin besar rugi-rugi daya dan energi yang akan dilepaskan di sepanjang jalur transmisi. Daya yang besar tersebut belum termasuk harus dibagi-bagikan secara merata pada tiap konsumen dan kondisi

Di samping itu, karena Indonesia masih cenderung belum begitu sering menggunakan energi terbarukan dan masih sering menggunakan batu bara yang merupakan fosil, dengan kebutuhan daya yang dibangkitkan memperbesar konsumsi energi fosil, sehingga cenderung boros dan limbahnya akan bertambah serta mempersulit pengolahannya. Itu pun nanti akan kembali ke biaya operasional yang cukup besar bila penyokong dana dan sumber lainnya tidak membantu, apalagi dengan teknologinya.

Alam dan ekosistem pun berdampak demikian. Daya pembangkitan yang besar tidak dapat dipungkiri akan membutuhkan generator pembangkit yang lebih banyak dan stasiun pembangkit yang lebih banyak. Tidak jarang pembangunan tersebut akan merupakan ekosistem di daerah tersebut, bisa hutan atau alam lainnya. Dampak negatif terhadap lingkungan dari pembangunan stasiun pembangkit akan menjadi point penting yang patut dipertimbangkan pemerintah.

Gambar 6. Stasiun Pembangkit Listrik dalam Proyek 35 GWatt

Kesimpulannya, memang tidak dapat dipungkiri bahwa Proyek Pembangkitan 35000 MegaWatt hanya akan sebatas mimpi wacana belaka jika kendala-kendala pembangunannya yang ada di Indonesia. Tampaknya pemerintah cukup yakin untuk merealisasikannya demi kesejahteraan bangsa kita, sekalipun banyak ahli mengatakan itu mustahil. Maka dari itu, saran pemerintah, hendaknya proyek ini sungguh-sungguh dilaksanakan bila memang pemerintah ingin sekali agar setiap pelosok daerah dapat menikmati listrik. Jika Kesimpulannya, memang tidak dapat dipungkiri bahwa Proyek Pembangkitan 35000 MegaWatt hanya akan sebatas mimpi wacana belaka jika kendala-kendala pembangunannya yang ada di Indonesia. Tampaknya pemerintah cukup yakin untuk merealisasikannya demi kesejahteraan bangsa kita, sekalipun banyak ahli mengatakan itu mustahil. Maka dari itu, saran pemerintah, hendaknya proyek ini sungguh-sungguh dilaksanakan bila memang pemerintah ingin sekali agar setiap pelosok daerah dapat menikmati listrik. Jika

Referensi :

- https://www.scribd.com/doc/302608979/Standar-Penyediaan-Kebutuhan- Daya-Listrik - www.pln.co.id/2015/04/35-000-mw/ - http://www.kompasiana.com/rahayusetiawatidamanik/krisis-listrik- mengancam-indonesia-tanggung-jawab-siapa_57175d03a6afbd6c07f615a6 - https://rideralam.com/2012/03/09/ - http://www.alpensteel.com/article/131-225-pemadaman-listrik/2192-- pemadaman-listrik-bergilir-di-indonesia - http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/05/140515_indones ia_mati_listrik - http://www.antaranews.com/berita/468316/pln-petakan-lokasi- pembangkit-35000-mw - http://finance.detik.com/energi/d-3139659/proyek-35000-mw-minim- energi-terbarukan-ini-sebabnya - http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/kontroversi-proyek-35000- megawatt/blog/54278/ - http://tipsta.blogspot.com/2015/07/proyek-listrik-35000-mw-tidak-murah- tidak-menguntungkan.html

Pendidikan Karakter Ilmiah Berbasis Konsep Hasta Brata pada Perguruan Tinggi untuk Menciptakan Generasi Muda

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121