Buku Kompilasi Esai Kelompok Studi se UG

Sambutan Sekretaris Jenderal SCCF UGM 2016

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarokatuh Salam Sejahtera untuk kita semua

Alhamdulillahirobilalamin. Marilah senantiasa kita panjatkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan nikmatNya Kompilasi Esai Kelompok Studi se-UGM tahun 2016 ini dapat dihadirkan kepada para pembaca.

SCCF UGM merupakan komunitas kelompok studi se-Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berada di bawah naungan Sub Dit Kreativitas, Direktorat Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada (UGM). Komunitas yang resmi berdiri tanggal 18 Januari 2009 ini bertujuan untuk mewudukan wahana aktualisasi diri secara kolektif untuk mewadahi mahasiswa dalam pengembangan keilmuan dalam tataran teori dan praktik. Salah satu bentuk pegembangan keilmuan yang diwujudkan pada tahun 2016 adalah mendorong budaya menulis seluruh Kelompok Studi se-UGM.

Pramoedya Ananta Toer menuturkan bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Oleh karena itu, program-program menulis merupakan kegiatan yang harus ditumbuhkan kelompok studi kepada setiap anggotanya. Melalui Kompilasi Esai ini SCCF UGM hadir sebagai wahana bagi setiap kelompok studi di UGM untuk menyalurkan gagasannya secar a tertulis dengan tema “Menggapai Indonesia Berdaulat dari Berbagai Perspektif Bidang Ilmu”. Tema tersebut digagas pada forum pertemuan Departemen Pengkajian dan Penelitian Kelompok Studi se-UGM. Gagasan tersebut muncul sebagai bentuk kepedulian kelompok studi se-UGM pada konsep Indonesia yang berdaulat dari berbagai aspek yang bisa ditinjau dari berbagai perspektif keilmuan. Setelah dialakukan proses seleksi, terpilihlah 17 esai yang mewakili Kelompok Studi se-UGM dalam memparkan konsep Indonesia Berdaulat dari berbagai sudut pandang keilmuan.

SCCF UGM menyadari bahwa tidak ada karya manusia yang sempurna. Oleh karenanya kami sangat menantikan hadirnya kritik dan saran, sehingga SCCF UGM menyadari bahwa tidak ada karya manusia yang sempurna. Oleh karenanya kami sangat menantikan hadirnya kritik dan saran, sehingga

Salam KPK (Kompeten, Profesional, Kontributif) Wassalamu‘alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 13 Desember 2016

Salim Fauzanul Ihsani

Halaman ini sengaja dikosongkan

FORCOW FERTGROW : Suplemen Pakan Ternak Instan Peningkat Fertilitas Sapi Berbahan Kompleks Simplisia Tanaman Obat

Berfortifikasi Demi Terwujudnya

Swasembada Sapi Nasional

Rifqi Dhiemas Aji, Peternakan 2013 Forum Studi Mahasiswa Peternakan (Fosmapet) Fapet UGM

MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean telah resmi berlaku pada tahun 2016. MEA bisa menjadi tantangan dan ancaman bagi Indonesia bila tak ada kesiapan produk lokal nasional untuk bersaing di dalam dinamikanya, termasuk produk pertanian dan peternakan yang berupa daging sapi. Salah satu program yang dilakukan adalah perbaikan varietas, fertilitas, dan produktivitas ternak melalui inseminasi buatan (IB) menggunakan sapi pedaging unggul.

Pemanfaatan tanaman obat untuk tujuan peningkatan fertilitas pada manusia telah lama dikenal, tetapi belum banyak dilakukan pada ternak. Di China, tanaman obat sudah lama digunakan oleh peternak sebagai feed additive yang secara nyata dapat menurunkan pengaruh infeksi dan meningkatkan immunitas ternak, tetapi potensi tanaman obat untuk meningkatkan fertilitas pada ternak belum banyak diketahui. Dengan kompleksitas konsepnya, gagasan ini diharapkan dapat berintegrasi dengan konsep pendukung lainnya sehingga diperoleh manfaat menyeluruh yaitu meningkatnya daya saing produk lokal pertanian dan peternakan, terutama komoditas tanaman obat asli Indonesia dan daging sapi berkualitas, tercapainya perbaikan varietas, fertilitas, dan produktivitas sapi Indonesia, terciptanya produk inovatif yang terjamin keberlanjutan suplainya dan mudah didiseminasikan di tingkat masyarakat pengguna teknologi dan swasembada daging sapi nasional untuk mendukung daya saing Indonesia di pasar global MEA 2016.

Tingkat fertilitas sapi berpengaruh terhadap reproduksi dan populasi sapi. Tanaman obat purwoceng, pasakbumi, cabe jawa, lengkuas, dan temulawak yang telah digunakan sebagai aphrosidiaka untuk manusia, berpotensi digunakan sebagai jamu hewan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas semen pada sapi jantan. Selain perbaikan fertilitas pada sapi jantan, juga Tingkat fertilitas sapi berpengaruh terhadap reproduksi dan populasi sapi. Tanaman obat purwoceng, pasakbumi, cabe jawa, lengkuas, dan temulawak yang telah digunakan sebagai aphrosidiaka untuk manusia, berpotensi digunakan sebagai jamu hewan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas semen pada sapi jantan. Selain perbaikan fertilitas pada sapi jantan, juga

Serangkaian studi dari tanaman obat membuktikan bahwa Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan hayati tumbuhan obat yang besar dan warisan budaya dalam pemanfaatan tanaman obat sebagai jamu, termasuk jamu ternak untuk sapi. Ramuan tanaman obat ini memiliki peluang yang sangat besar untuk mendukung program swasembada daging sapi, diantaranya melalui jamu ternak yang dapat meningkatkan kesehatan, produktivitas daging dan memperbaiki fertilitas sapi untuk mendukung program inseminasi buatan (IB).

Menurut hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (2011), temulawak, temu ireng, lengkuas, sambiloto, cabe jawa dan purwoceng dapat dibuat empat formula jamu ternak yang terbukti dapat meningkatkan kualitas semen sapi jantan (konsentrasi semen, motilitas semen, jumlah semen hidup) dan tidak berpengaruh negatif terhadap bobot badan sapi. Formula jamu mempengaruri motilitas (aktivitas semen) setelah pemberian selama 3 minggu dari status kurang aktif meningkat menjadi aktif yaitu motilitas bernilai 70%. Persentase semen hidup dan konsentrasi semen juga meningkat, sehingga ada perbaikan kualitas semen, dan secara nyata pada pengamatan minggu kelima.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Januwati et al. (2010) formula jamu yang diberikan dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas semen. Namun dari perbaikan kualitas dan kuantitas yang diperoleh, formula fermentasi tidak berbeda nyata dengan formula fermentasi sehingga untuk lebih efisien, tidak perlu mengeluarkan biaya produksi untuk melakukan kegiatan fermentasi.

Demikian juga pengaruhnya cukup konsisten terhadap peningkatan kualitas semen.

Untuk produksi suplemen tersebut secara massal, bahan tanaman obat dibuat simplisia kering, diekstrak, dibuat serbuk instan. Keunggulan dibuat instan adalah dari segi kepraktisannya, mempermudah dalam transportasi dan distribusi, awet (daya simpan hingga 6 bulan) sehingga terjamin keberlanjutan suplainya sepanjang tahun. Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan di pakan ternak. Indikator keberhasilan aplikasi ditandai dengan indikator berikut:

a. Sapi Jantan : pertumbuhan sapi (bobot badan), tampilan fisik (visual), kualitas dan kuantitas semen.

b. Sapi Betina : pertumbuhan sapi (bobot badan), tampilan fisik (visual), kecepatan birahi, tingkat kebuntingan.

Kesimpulan

1) Suplemen pakan ternak instan berbahan simplisia tanaman obat berfortifikasi

dapat diaplikasikan untuk perbaikan varietas, fertilitas, dan produktivitas sapi sehingga dapat meningkatkan daya saing produk lokal pertanian dan peternakan, terutama komoditas tanaman obat asli Indonesia dan daging sapi berkualitas;

2) Produk ini dapat menginisiasi pengembangan produk inovatif yang terjamin

keberlanjutan suplainya dan mudah didiseminasikan di tingkat masyarakat pengguna teknologi untuk mendukung program swasembada daging sapi nasional guna kesiapan daya saing Indonesia di pasar global MEA 2016.

Saran

3) Perlu integrasi stakeholder terkait dalam proses manajemen ketersediaan

bahan baku yang berkualitas, produksi suplemen, dan jaringan distribusinya.

4) Pencapaian swasembada daging sapi dan kesiapan daya saing di pasar global

MEA tidak hanya berakar dari proses inovasi ini, melainkan integrasi bidang lain yang terkait sehingga perlu integrasi dan komunikasi antarbidang tersebut agar capaian terwujud

Referensi:

Januwati, M, Much. Yusron, B.S. Sembiring, Lukman A. dan Dian Ratnawati. 2010.Formula jamu ternak (formula jamu ternak (xanthorrizol, mycene, limonen) untuk meningkatkan fertilitas sapi (>30%). Laporan Akhir Penelitian APBN. Tidak Dipublikasi.

Januwati M., B. Sofianna, M. Yusron, Mariyono, L. Affandhy, D. Ratnawati, dan B. Suryanto. 2011. Formula Jamu Ternak Peningkat Fertilitas Sapi Jantan. Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2011 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. BALITTRO, Bogor.

Lampiran:

Dokumentasi Bahan Baku Suplemen

Identifikasi Material Organik di Perairan Estuari Berbasis Penginderaan Jauh untuk Penentuan Lokasi Potensial Pengembangan Benthic Microbial Fuel Cell (Bmfc) sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Energi Listrik Baru Terbarukan di

Indonesia

Wahyu Nurbandi, Kartografi dan Penginderaan Jauh 2014 Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner (UPII) UGM

Ketersediaan energi merupakan suatu permasalahan penting, dimana permintaan energi semakin meningkat seiring dengan jumlah populasi manusia yang semakin naik. Sumber cadangan minyak dunia yang semakin berkurang serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan mendorong setiap negara untuk mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Di Indonesia, kebutuhan energi semakin meningkat, dimana pada tahun 2025 diperkirakan total kebutuhan energi akan naik menjadi 2,41 miliar SBM (setara barel minyak) atau meningkat 84 persen dari total kebutuhan energi nasional pada tahun 2013 yang mencapai 1,31 SBM (Kusuma, 2015). Energi listrik menjadi salah satu bentuk energi yang jumlah permintaannya semakin meningkat sehingga perlu adanya usaha agar ketersediaan energi listrik tetap terjaga, salah satunya dengan mengembangkan energi listrik terbarukan di Indonesia.

Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan teknologi yang dapat menghasilkan energi listrik melalui proses degradasi bahan organik oleh mikroorganisme dengan reaksi katalitik atau melalui mekanisme sistem bioelektrokimia dari mikroorganisme. Berbagai mikroorganisme berperan dalam MFC, dimulai dari yang bersifat aerob, anaerob fakultatif, maupun anaerob obligat (Kim et al., 2006). Kelebihan MFC diantaranya memilki tingkat efisiensi yang tinggi, kondisi operasi yang lunak, tidak dibutuhkannya energi input dan dapat diaplikasikan pada berbagai tempat.

Benthic Microbial Fuel Cell (BMFC) merupakan pengembangan dari MFC dimana memiliki prinsip dasar yang sama, namun yang berfungsi sebagai media yaitu sedimen organik yang mengendap di dasar permukaan air. Sedimen di bawah perairan merupakan akumulasi dari jasad berbagai mikroorganisme, Benthic Microbial Fuel Cell (BMFC) merupakan pengembangan dari MFC dimana memiliki prinsip dasar yang sama, namun yang berfungsi sebagai media yaitu sedimen organik yang mengendap di dasar permukaan air. Sedimen di bawah perairan merupakan akumulasi dari jasad berbagai mikroorganisme,

Estuari merupakan suatu komponen ekosisten peisisir yang dikenal sangat produktif dimana bentukan masa air yang semi tertutup, berhubungan langsung dengan laut lepas, dipengaruhi oleh efek pasang-surut, serta masa airnya merupakan campuran dari air laut dan air tawar. Esturai merupakan bentukan badan air yang sanagt khas baik dari sisi morfologi, fisis maupun sebagai suatu sistrem secara keseluruhan. Lingkungan estuari termasuk dalam kategori ekosistem produktif alamiah (Naturally Productive Ecosystem) yang setara dengan tingkat produktivitas hutan hujan primer dan terumbu karang. Ciri tingginya produktifitas tersebut diantaranya sebagai penangkap nutrien, peneydiaan produsen sepanjang tahun, dan amplitudo pasang suurt yang besar. Tingginya organisme pada estuari, menyebabkan keterdapatan sedimen oraganik yang tinggi pula dimana dalam Rositasari dan Rahayu (1994) menyebutkan bahwa komponen organisme metroplanktonik mendominasi perairan estuari, adanya formasi dalam sedimen yang terdiri atas bahan organik detritus, cepatnya siklus nutrien oleh biota bentik, serta tingginya pengembalian nutiren dari sedimen perairan dalam melalui aktivitas mikroba.

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suau objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenimena yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1999). Teknologi penginderaan jauh menggunakan gelombang ekeltromagnetik, seperti gelombang radio, cahaya, dan panas sebagai sarana untuk mendeteksi dan mengukur karakteristik objek atau target. Citra merupakan data spasial hasil rekaman satelit, sehingga analisis suatu Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suau objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenimena yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1999). Teknologi penginderaan jauh menggunakan gelombang ekeltromagnetik, seperti gelombang radio, cahaya, dan panas sebagai sarana untuk mendeteksi dan mengukur karakteristik objek atau target. Citra merupakan data spasial hasil rekaman satelit, sehingga analisis suatu

Hyperion merupakan salah satu sensor hyperspektral pada wahana satelit EO-1. Sensor tersebut menggunakan gelombang infrared dekat VNIR dengan 70 band dan infrared pendek SWIR dengan 172 band, sehingga keseluruhan menggunakan 242 band. Citra Hyperion dapat digunakan sebagai sarana untuk mengestimasi total material tersuspensi/ total suspended matter (TSM) khususnya material organik di perairan, baik dari sisi konsentarsi maupun variasi penyusunnya (Brando et al., 2013). Material organik teruspensi tersebut diantaranya berupa klorofil (CHL), sedimen organik (CDOM), dan tripton (TR). Identifikasi material organik menjadi penting ketika dikaitkan dengan pengembangan sistem BFMC. Adanya material sedimen menjadi bahan utama dalam pembangunan BMFC, dimana material organik tersebut menjadi sarana atau medium bagi aktivitas mikroorganisme yang mampu menghasilkan energi listrik. Keberadaan sedimen organik sangat berkiatan dengan kondisi lingkungan ekosistem perairan, dimana sedimen organik yang tinggi sebanding dengan jumlah vegetasi perairan serta tripton yang tinggu pula. Sedimen organik tersebut tak lain berasal dari sisa-sisa pembusukan organisme perairan tersebut. Teknologi BMFC menjadikan sedimen organik sebagai media utama dalam menghasilkan energi listrik.

Citra Hyperion sebelum diekstraksi informasi material organiknya, terlehih dahulu dilakukan koreksi citra, yaitu koreksi atmosfer. Koreksi ini penting karena terkait dengan warna (radiometrik) yang dihasilkan dari penginderaan jauh di wilayah perairan. Asumsi dari nilai keabuan piksel dimana nilai radiansi air jernih pada infrared dekat diabaikan, sehingga material aeorosl pada band yang digunakan menjadi faktor dalam koreksi atmosfer dimana material aerosol dianggap sebagai faktor pengganggu dalam ketidaksesuaian terhadap pancaran gelombang (Gordon, 1994). Algoritma untuk melakukan koreksi atmosfer pada citra Hyperion berdasarkan penelitian Liu (2010) adalah sebagai berikut.

La (λs) = 1.4668 x La (λ1); Lw (λs) = 1.8997 x Lw (λ1) Dimana La = radiansi aerosol, Ls = radiansi ketertinggalan air, λs = 784 nm, dan λ1 = 869 nm. Hasil dari koreksi tersebut berupa citra Hyperion yang telah La (λs) = 1.4668 x La (λ1); Lw (λs) = 1.8997 x Lw (λ1) Dimana La = radiansi aerosol, Ls = radiansi ketertinggalan air, λs = 784 nm, dan λ1 = 869 nm. Hasil dari koreksi tersebut berupa citra Hyperion yang telah

Citra yang telah terkoreksi selanjutnya diidentifikasi informasi yang dibutuhkan, yaitu informasi CDOM sebagai informasi utama, CHL, dan TR. CDOM yang merupakan informasi jumlah estimasi sedimen organik menjadi informasi utama, sebab dalam teknologi BMFC CDOM memilki pernan paling penting yaitu sebagai media untuk menghasilkan energi listrik. Informasi CHL dan TR menjadi informasi tambahan dimana korelasi CHR dan TR biasanya sebanding dengan CDOM. Informasi besarnya sedimentasi material organik di perairan dapat diperoleh dengan menggunakan algoritma dimana citra yang digunakan merupakan hasil dari rekaman sensor VNIR saja. Algoritma yang digunakan yaitu :

α CDOM (λ)= CDOM . α* CDOM (λ 0 )exp(- S (λ- λ 0 ))

yang merupakan hasil estimasi dari regresi linear terhadap jumlah gelombang yang diserap dimana λ 0 = 440 nm; CDOM = α CDOM pada 440 nm, α* CDOM = 1, dan S = -0.0156 berdasarkan hasil penelitian (Roesler et al. , 1989). Informasi TR

diperoleh dengan melakukan perhitungan menggunakan algoritma sebagai berikut.

αTR (λ)= TR . α*TR (λ0)exp(-S (λ- λ0)) dimana λ0 = 550 nm; α*TR (550) = 0.0187; dan S = -0.0046. Identifikasi nilai CHL diestimasikan menggunakan metode EHMP. Informasi CHL sebanding dengan keberadaan alga dan pitoplankton yang terdapat pada perairan, dimana berdasrakan penelitian Liu (2010) komponen alga di perairan estuari pada analisis citra memilki nilai konsentrasi yang sangat rendah, sehingga komponen CHL diestimasikan bahwa 1 µg.L -1 = 0.07 mg.L -1 TSS.

Pengolahan citra dapat dilakukan menggunakan software Digital Image Processing seperti ENVI, Idrisi Selva, dan sebagainya. Hasil pengolahan citra Hyperion berupa ekstraksi tiga macam data spasial yaitu sedimentasi material organik, tripton, dan klorofil. Penentuan lokasi potensial untuk pengembangan BMFC merupakan hasil tumpang susun/overlay dari ketiga peta yang dihasilkan pada proses sebelumnya. Proses overlay dapat dilakukan dengan memanfaatkan Pengolahan citra dapat dilakukan menggunakan software Digital Image Processing seperti ENVI, Idrisi Selva, dan sebagainya. Hasil pengolahan citra Hyperion berupa ekstraksi tiga macam data spasial yaitu sedimentasi material organik, tripton, dan klorofil. Penentuan lokasi potensial untuk pengembangan BMFC merupakan hasil tumpang susun/overlay dari ketiga peta yang dihasilkan pada proses sebelumnya. Proses overlay dapat dilakukan dengan memanfaatkan

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh merupakan metode yang efisien dalam mendelineasi wilayah potensial untuk pengembangan sistem energi litrik BMFC di perairan estuari. Jumlah sedimentasi material organik menjadi informasi utama yang diperkuat dengan informasi tambahan berupa konsentrasi tropin dan klorofil. Adanya peta yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi langkah baru dalam mengembangkan BMFC di Indonesia, sehingga setiap wilayah di Indonesia dapat terpenuhi kebutuhan energi listriknya, terutama dengan pemanfaatan sumberdaya estuari di suatu wilayah.

Referensi:

Gordon, H. R., Wang,M. H. 1994. Retrieval Of Water-Leaving Radiance and Aerosol Optical Thickness Over The Oceans with SeaWIFS: a preliminary algorithm. Applied Optics. 33(3): 443.

Guzman, Juan J., Cooke, Keegan G., Gay, Marcus O. 2010. Benthic Microbial Fuel Cells : Long-Term Power Sources for Wireless Marine Sensor Networks. Published in Proceedings : SPIE Defense, Security, and Sensing.

Kim, I.S., Kim, K.Y., Choi, M.J., Chae, K.J. 2009. Effect of Different Substrates on The Performance, Bacterial Diversity, and Bacterial Viability in Microbial Fuel Cells. Bioresource Technology 100 : 3518.

Kusuma, Hendra. 2015. Waspadai Krisis, Kebutuhan Energi Nasional 2025 Capai 2,41 Bbod. [Online] Okezone.com diakses pada tanggal 30 Desember 2015 pukul 15.00 WIB.

Lillesand, Thomas M. & Kiefer, Ralph W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Diterjemahkan oleh Dulbahri, Suharsono, Hartono, dan Suharyadi). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Liu, D Z. 2010. Atmospheric Correction of Hyperion Data over Case Water in the Pearl River Estuary Supporting by MODIS. Ph.D. Dissertation, South China Sea Institute of Oceanology, Chinese Academy of Sciences.

Roesler, C. S., Perry, M. J., Carder, K. L. 1989. Modeling in situ phytoplankton absorption from total absorption spectra in productive inland marine waters. Limnol. Oceanogr. 34 : 1510.

Rositasari, Ricky dan Rahayi, Sri Kusdi. 1994. Sifat-sifat Estuari dan Pengelolaannya. Jurnal Oseana. 19(3) : 21.

Institusionalisasi Kelompok Tani (Usaha Pelembagaan Kelompok Tani Berbasis Kearifan Lokal

Untuk Mendukung Kontinuitas dan Kemandirian Pertanian di

Kabupaten Sleman, DIY)

Anggalih Bayu Muh. Kamim, Politik dan Pemerintahan 2015 Intelektual Muda Fisipol (IMF) Fisipol UGM

Kabupaten Sleman yang terletak di lereng Gunung Merapi merupakan lumbung padi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi tanah yang subur serta diikuti dengan tata air yang cukup mendukung produktifitas pertanian di Kabupaten Sleman. Pertanian telah menjadi sumber utama mata pencaharian penduduk. Pertanian telah membentuk konstruksi sosial yang kuat dalam masyarakat Kabupaten Sleman. Masalah pertanian telah menimbulkan adanya ikatan antara penduduk Kabupaten Sleman dengan Tanah. Kepemilikan tanah dan proses produksi pertanian menjadi faktor bagi peningkatan taraf hidup masyarakat. Sebagai masyarakat agraris, penduduk Kabupaten Sleman terbiasa menjalankan proses produksi pertanian secara gotong royong dengan sistem bagi

hasil. 1 Sistem bagi hasil adalah suatu bentuk ikatan ekonomi-sosial di mana si pemilik tanah menyerahkan tanahnya untuk digarap orang lain ( penyakap ) dengan persyaratan-persyaratan yang disetujui bersama. Persyaratan itu umumnya mengenai beban dan risiko yang ditanggung bersama serta mengenai besarnya bagian yang diterima masing-masing pihak. Sistem bagi hasil seperti ini boleh dikatakan bersifat mendunia, tidak hanya di daerah-daerah tradisional,

bahkan dilaksanakan di negara maju. 2

Sistem bagi hasil dalam pertanian dapat dikatakan sebagai simbiosis mutualisme antara pemilik tanah dan petani penggarap. Di satu sisi pemilik tanah dapat menjadikan tanahnya menjadi produktif, di sisi lain memberikan lapangan pekerjaan kepada petani penggarap. Hubungan antara pemilik tanah dan petani penggarap tersebut juga dapat dikatakan sebagai kearifan lokal yang perlu

1 Ina E. Slamet. “ Soal Tanah.” Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. Ed. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013 ), hlm 150-157.

2 Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2014), hlm 144-145.

dilestarikan. Sebagai sebuah kearifan lokal, hubungan antara pemilik tanah dan petani penggarap tersebut menjadi cultural identity serta local genius bagi

masyarakat Kabupaten Sleman. 3 Hubungan tersebut terus berusaha dipertahankan demi kelangsungan hidup masyarakat setempat. Hubungan petani penggarap dan pemilik tanah sebagai local genius memiliki potensi untuk menjadi unsur budaya potensial. Local Genius sebagai unsur budaya potensial memiliki kemungkinan untuk bertahan dalam perkembangan zaman, hal ini karena didukung oleh beberapa kemampuan yaitu ; kemampuan bertahan terhadap budaya asing, kemampuan mengakomodasi budaya asing, kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, dan kemampuan

memberikan arah pada perkembangan budaya. 4

Namun kini hubungan menguntungkan antara petani penggarap dan pemilik tanah tersebut terancam. Pesatnya pembangunan dan meningkatnya kebutuhan pemukiman di Kabupaten Sleman menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Berdasarkan data dari Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman angka alih fungsi lahan pertanian telah mencapai 80 hektar per tahun. Kondisi ini tentunya sangat berpengaruh terhadap mata pencaharian masyarakat Kabupaten Sleman dan mengingat posisi Kabupaten Sleman sebagai

penghasil padi sebesar 60 % bagi provinsi DIY. 5 Banyak dari pemilik lahan yang beralih menjadi petani gurem ( petani lahan sempit ) seiring dengan derasnya alih fungsi lahan pertanian. Luas garapan rata-rata adalah 3110,9 m 2 . Hanya 1 orang petani (3,1%) yang menjadi petani penggarap karena tidak memiliki lahan garapan berupa lahan sendiri maupun menyewa lahan garapan. Luas lahan

garapan petani bervariasi dari seluas 600 m 2 sampai dengan 1 hektar lahan garapan; dengan rincian 50% petani dengan lahan sawah seluas kurang dari 2700 m 2 ; 37,5% dengan lahan antara 3198-4700 m 2 ., dan sisanya 12,5% dengan luas

lahan 5000-10000 m 2 .

3 Ayatrohadie, Kepribadian Budaya Bangsa ( Jakarta : Pustaka Jaya, 1986), hlm 18-19. 4 Ibied., hlm 40-41.

5 Kusdiyanto Koestidjo, “ Sleman Kendalikan Alih Fungsi Lahan,” (http://www.rri.co.id/yogyakarta/post/berita/93059/pangan/sleman_kendalikan_alih_fungsi_lahan.html

diakses 28 November 2016).

Padahal dalam skala nasional telah diterbitkan berbagai regulasi untuk mengatasi masalah alih fungsi lahan pertanian beberapa di antaranya adalah ; Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan. Namun dalam tingkat daerah, kontroversi justru muncul di mana regulasi dalam tingkat Kabupaten Sleman justru memungkinkan adanya alih fungsi lahan pertanian yaitu Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah di Kabupaten Sleman. Di mana di dalam perda tersebut terdapat adanya kemungkinan untuk diberikan kemudahan mengubah peruntukan lahan. Tentunya hal tersebut sangat mengancam keberlangsungan pertanian di Kabupaten Sleman. Apalagi mengingat sebagian besar petani di Kabupaten Sleman adalah petani gurem yang notabene-nya memiliki lahan sempit.

Di Provinsi D.I. Yogyakarta terdapat 471.563 RTP (Rumah Tangga Pertanian) dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 1.753.786 jiwa. Jumlah RTP Petani Gurem (berlahan sempit) ada 80,29 % ( 377.905 RTP dengan anggota sebanyak 1.405.807 jiwa). Rata-rata luas lahan yang dikuasai oleh RTP sebesar 792,31 m2 sawah dan 2.010,56 m2 bukan sawah, rata penguasaan lahan oleh RTP di Provinsi D.I.Yogyakarta sangat sempit bila dibandingkan dengan tingkat nasional yang setiap RTP menguasai 2.019,67 m2 sawah dan 4.968,02 m2 bukan sawah. Sempitnya lahan sawah yang dikuasai oleh petani, seringkali menyebabkan produktivitas pertanian menjadi rendah . Dengan demikian berkelompok merupakan alternatif untuk mengatasi inefisiensi dalam usaha

tani. 6 Kelompok tani menjadi pilihan bagi upaya menyelamatkan produktivitas

pertanian dan mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Sleman. Jika selama ini, petani melakukan proses produksi secara mandiri di mana hasilnya kurang maksimal seiring dengan semakin sempitnya lahan pertanian. Maka

6 Sunarru Samsi Hariadi, “ Kelompok Tani sebagai Basis Ketahanan Pangan.” Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 3, Nomor 2, Desember 2007, hlm 82.

dengan adanya kelompok tani diharapkan petani-petani akan terorganisasi dengan baik sehingga bisa bersama-sama meningkatkan produktivitas pertanian. Kelompok tani juga menghidupkan kembali semangat gotong royong dalam diri petani, yang sebelumnya diwujudkan dalam sistem bagi hasil namun tergerus oleh arus pembangunan. Kelompok tani menjadi alat bagi petani-petani untuk mempertahankan identitas bersama masyarakat agraris yang harus dipegang dalam menjaga proses produksi pertanian.

Kelompok tani mempunyai peran yang strategis dalam berbagai kegiatan pertanian baik yang berkaitan dengan usaha tani maupun kegiatan sosial ekonomi petani. Peningkatan pembinaan kelompok tani perlu dilaksanakan dan diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Kelompok tani yang berkembang bergabung dengan kelompok tani lain dalam satu wilayah tertentu yaitu desa. Untuk mengembangkan fungsinya sehingga mempunyai kemandirian yang kuat, lebih mudah menjalin kemitraan dan dapat mengembangkan fungsi kelompok tani. Peningkatan Gabungan Kelompok Tani diharapkan agar Gapoktan berfungsi sebagai unit usahatani, unit usaha pengolahan, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit pemasaran dan keuangan mikro serta usaha penunjang lainnya

sehingga menjadi kuat dan mandiri. 7

Dengan adanya kelompok tani dapat menjaga eksistensi petani-petani yang terancam oleh alih fungsi lahan pertanian. Petani-petani yang telah terorganisasi dengan baik dapat mempertahankan lahan pertaniannya dari “ tekanan “ investor yang ingin melakukan ekspansi usaha. Dengan diwadahi dalam kelompok tani pula, petani menjadi mendapat tempat untuk belajar lebih banyak tentang tata cara berproduksi yang baik serta memberikan tempat bagi petani untuk menyatakan keluh kesahnya berkaitan dengan proses produksi. Kelompok tani secara tidak langsung ikut serta meningkatkan produktivitas pertanian. Sehingga dengan melihat produktivitas pertanian yang meningkat sebagai

7 Cucuk Redono, “ Peran Gabungan Kelompok Tani dalam Mewujudkan Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri.” Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 15, Nomor I Juli 2012, hlm 1.

dampak positif dari adanya kelompok tani, diharapkan menjadi bahan evaluasi pemerintah Kabupaten Sleman untuk melirik kembali investasi dan pembangunan di sektor pertanian serta terus meningkatkan kapasitas kelompok tani. Kelompok tani juga dapat dijadikan alat bagi petani untuk mengadakan gerakan sosial untuk memperjuangkan hak-hak petani. Sebagai wadah perjuangan petani, kelompok tani dapat digunakan pula untuk menolak alih fungsi lahan pertanian di daerah kelompok tani tersebut berada.

Namun karena status kelompok tani yang hanya merupakan kelompok non-asosiasional menyebabkan daya tawar di hadapan pemerintah menjadi rendah. Terbatasnya ruang gerak kelompok tani yang hanya pada kegiatan seperti koperasi petani atau bahkan dalam kelompok tani tertentu hanya berupa arisan menyebabkan kelompok tani kalah dihadapan pengembang yang akan mengadakan alih fungsi lahan pertanian. Meskipun dalam lingkung Kelurahan terdapat perikatan yang biasa disebut Gabungan Kelompok Tani ( GAPOKTAN ), dalam kenyataannya kelompok tani tetap bergerak sendiri tanpa arah yang sama. Seharusnya kelompok tani dilembagakan secara baik sehingga terdapat arah gerak yang pasti. Di mana pada akhirnya hal tersebut akan berpengaruh kepada kesejahteraan petani dan peningkatan produktivitas pertanian.

Kelompok tani sebaiknya dilembagakan dengan tetap mempertahankan budaya gotong royong, untuk menjaga eksistensi kelompok tani itu sendiri. Karena dalam realitas, meskipun telah terdapat kelompok tani alih fungsi lahan pertanian masih saja terus terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena kelompok tani bukanlah organisasi berbadan hukum yang terdaftar di hadapan pemerintah daerah sehingga keberadaannya jelas. Sehingga apabila terdapat pihak-pihak yang mengupayakan alih fungsi lahan pertanian, dapat dicegah karena telah terdapat organisasi berbadan hukum yang mengelola lahan pertanian secara pasti. Pemerintah daerah juga perlu meningkatkan kapasitas dengan meningkatkan penyuluhan pertanian, beasiswa bagi peminat sarjana pertanian. Sehingga kebijakan-kebijakan yang ada dapat mempertahankan keberadaan lahan pertanian di Kabupaten Sleman. Karena dengan terus berkurangnya lahan pertanian akan mengancam ketahanan pangan Kabupaten Sleman sendiri.

Sebaiknya pemerintah daerah Kabupaten Sleman memelopori dengan mewujudkan mekanisme pewajiban proses pembentukan kelompok tani di mana perlu penyusunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga ( AD/ART ) Kelompok Tani, mengurus perizinan ke Dinas Pertanian, membentuk struktur kepengurusan, melakukan proses administrasi dan pembukuan, serta pembentukan koperasi pertanian. Di mana bagi kelompok tani yang memenuhi syarat akan mendapatkan izin pendirian berupa Surat Keputusan Bupati atau Surat Keputusan Dinas Pertanian Kabupaten Sleman. Sehingga dengan instrumen- instrumen tersebut kelompok tani menjadi sebuah organisasi berbadan hukum yang mengelola pertanian setempat atau bahkan jika terus berkembang dan terus dilembagakan akan memungkinkan untuk menjadi Badan Usaha Daerah.

Selain pembentukan instrumen hukum dan struktural, diperlukan pula pemetaan lahan pertanian yang dikelola kelompok tani yang bersangkutan. Tujuan pemetaan ini dilakukan untuk beberapa maksud. Pertama, adalah dalam rangka memudahkan pengelolaan lahan pertanian. Dengan dipetakan secara baik maka akan dapat diperhitungkan seberapa pupuk yang dapat digunakan, bagaimana sistem irigasi yang baik dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pengelolaan lahan. Kedua, dalam rangka menunjukan eksistensi dan batas wilayah lahan pertanian yang dikelola Kelompok tani, sehingga dapat menjadi payung hukum untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian. Pemetaan ini juga semakin mempertegas keberadaan kelompok tani, dengan demikian dapat menjadi alat untuk mengatasi alih fungsi lahan pertanian.

Dengan demikian, proses pelembagaan kelompok tani adalah tindakan yang menguntungkan. Pelembagaan kelompok tani ikut serta dalam menjaga eksistensi kelompok tani, dalam rangka mencegah alih fungsi lahan pertanian. Jikalau kelompok tani tidak dijelaskan status hukum dan eksistensinya, akan membuat alih fungsi lahan pertanian secara serampangan. Di mana pada akhirnya akan mengancam identitas sosial masyarakat berupa kebiasaan gotong royong, mata pencahariaan masyarakat dan ketahanan pangan daerah.

Referensi:

Buku

Ayatrohadie. Kepribadian Budaya Bangsa. Jakarta : Pustaka Jaya, 1986. Rahardjo. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press, 2014. Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. Ed. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013. Jurnal Redono, Cucuk. “ Peran Gabungan Kelompok Tani dalam Mewujudkan Kelompok

Tani yang Kuat dan Mandiri.” Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 15, Nomor

I Juli 2012, hlm 1-9. Hariadi, Sunarru Samsi. “ Kelompok Tani sebagai Basis Ketahanan Pangan.” Jurnal

Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 3, Nomor 2, Desember 2007, hlm 79-86. Skripsi

Indriastuti, Aryuni. Skripsi : “ Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian Setelah Berlakukan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izi n Peruntukan Penggunaan Tanah di Kabupaten Sleman.” Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2014.

Web Koestidjo, Kusdiyanto. “ Sleman Kendalikan Alih Fungsi Lahan,”

(http://www.rri.co.id/yogyakarta/post/berita/93059/pangan/sleman_ken dalikan_alih_fungsi_lahan.html,diakses 28 November 2016 ).

Membangun Indonesia yang Berdaulat melalui Kemandirian

Sektor Maritim

M. Toha Tulus Dharmawan, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 2016 Gama Cendekia (GC) UGM

Selama berabad-abad, Indonesia tidak hanya dikenal sebagai suatu bangasa yang agraris, namun juga dikenal sebagai bangsa maritim. Nenek moyang kita dahulu terkenal sebagai pengarung samudra yang tangguh, bahkan hingga menetap dan membentuk suatu peradaban diberbagai pulau salah satunya di pulau yang sekarang dikenal sebagai Madagaskar. Lalu munculnya suatu dinasti kerajaan yang dikenal dengan Sriwijaya yang luas daerah kekuasaan meliputi hampir seluruh Asia Tenggara, kemudian Kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai kerajaan terbesar yang disegani kekaisaran Cina saat itu, luas wilayahnya pun tak kalah dengan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut dikenal juga memiliki beberapa armada maritim yang sangat kuat dalam menjaga wilayah teritorialnya, terutama laut. Hal ini menggambarkan Indonesia telah memiliki perjalanan yang amat panjang sebagai suatu bangsa maritim. Sebelumnya, apa itu bangsa maritim?.

Bangsa maritim merupakan maritim merupakan bangsa yang mengelola dan memanfaatkan serta mengembangkan sumber daya kelautan sebagai basis atau dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti yang dicontohkan di atas bahwa nenek moyang kita dahulu mengarungi lautan demi menemukan daerah baru yang layak ditinggali. Hal ini patutnya menjadi pembelajaran Indonesia untuk lebih mengoptimalkan sumber daya yang ada, terutama dibidang kelautan untuk dapat meraih kedaulatan.

Mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, yaitu suatu susunan strategi atau perencanaan yang dirumuskan dan dicita-citakan oleh presiden yang dikenal sebagai Nawacita, untuk mengembangkan sektor kemaritiman dan kelautan Indonesia, hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

1. Dari sektor kedaulatan pangan

2. Dari sektor kedaulatan energi

3. Pengelolaan daerah perbatasan dan tertinggal

4. Pelayanan kesehatan

5. Pelayanan pendidikan

6. Antarkelompok pendapatan

7. Stabillitas keamanan dan ketertiban

8. Konsolidasi demokrasi dan efektivitas diplomasi

9. Percepatan pertumbuhan industri dan kawasan ekonomi

10. Pembangunan pariwisata

11. Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha

12. Peningkatan ekspor non-migas

Dari beberapa poin tersebut banyak permasalahan yang sesungghunya dapat dicaari solusinya. Diantaranya seperti dari sektor kedaulatan pangan, menurut data BPS mengenai konsumsi rata-rata perkapita selama seminggu pada tahun 2014, penduduk Indonesia mengkosumsi rata-rata 0,274 kg daging ikan dan udang segar (ikan laut maupun ikan air tawar), hal ini sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi Indonesia dengan luas wilayah perairan meliputi 2/3 dari luas wilayah keseluruhan, dan Indonesia merupakan negara dengan produksi produk kelautan terbesar 2 di dunia setelah Jepang. Seharusnya dengan potensi seperti itu, Indonesia setidaknya mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Hal tersebut terjadi dikarenakan konsolidasi demokrasi dan efektivitas diplomasi belum terlaksana, dimana Indonesia hanya memiliki sedikit sekali armada pengamanan laut, dengan 8 unit kapal perang dan sekitar 200 lebih kapal patroli perairan yang mengawasi wilayah perairan Indonesia, selain itu kurangnya diplomasi dengan negara tetangga dalam upaya pengamanan batas laut masing-masing negara. Inilah salah satu kendala yang menghambat ditegakkannya batas kedaulatan NKRI.

Hal tersebut memicu kasus-kasus seperti illegal fishing yang sangat merugikan negara. Indonesia dengan potensi laut sekitar 400 milyar dollar hilang dirampas negara lain pertahunnya, tentu hal ini merupakan masalah yang perlu diperhatikan seperti yang ditujukan pada poin ke 7 mengenai stabilitas keamanan

dan ketertiban, yaitu penanganan IUU fishing (kapal pengawas). Selain itu untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat terhadap wilayah darat, udara, dan laut terutama, Indonesia harus lebih memperhatikan pembangunan daerah tertinggal dan terluar. Sebagai negara maritim terbesar di dunia, dengan lebih dari ±13.700- an pulau lebih yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, Indonesia harus mulai mendata setiap titik pulau yang berada dalam wilayah kedaulatan negara, karena hal itu menjadi sangat krusial apabila berbatasan dengan negara lain. Seperti yang terjadi dengan Pulau Sipadan-Ligitan dan Blok Ambalat, sekarang telah berpindah tangan menjadi milik Malaysia karena tidak diperhatikan dan dikelola dengan baik, pulau dibiarkan kosong tanpa penghuni, sekalipun terdapat penghuni, masyarakat disana lebih memilih berpindah ke negara lain karena akses terhadap kesehatan, pendidikan, kebutuhan pangan dan bahan bakar dapat dipenuhi negara asing dibanding negara sendiri, ini merupakan bukti belum terwujudnya poin 2, 3, dan 5 yaitu mengenai kedaulatan energi, pengelolaan daerah tertinggal dan terluar serta pelayanan kesehatan.

Salah satu solusi yang bisa dimulai dari sekarang adalah Dengan diterapkannya kurikulum berbasis pendidikan kemaritiman, bukan hanya untuk sekolah kemaritiman atau sekolah pariwisata kalautan saja, namun juga mulai dari pendidikan sekolah dasar (SD) atau yang sederajat, sekolah menengah pertama (SMP) atau yang sederajat, dan sekolah menengah atas (SMA) atau yang sederajat. Bukan pendidikan mengenai keunggulan fisik dan kompetensi tentang kelautan saja, tapi juga mindset bahwa bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa maritim yang menjunjung Pancasila sebagai dasar ideologi untuk menegakkan kedaulatan tersebut. Selain itu mungkin perlu didirikan sekolah kejuruan perikanan, yang tidak hanya belajar mengenai budidaya, namun juga mengenai teknik penyuluhan dan industrialisasi perikanan dan kelautan agar nantinya bersama pemerintah dapat menyukseskan program kemaritiman yang sudah direncanakan seperti pada poin 5 dan 6 yaitu mengenai pelayanan pendidikan (pendidikan karakter dan kejuruan) dan antarkelompok pendapatan (sosialisasi mengenai pengelolaan kenelayanan dan industri perikanan).

Langkah selanjutnya ialah pengembangan sektor perekonomian kemaritiman, salah satu diantaranya yaitu sektor ekonomi kreatif dan pariwisata. Indonesia sudah dikenal diseluruh dunia sebagai negara dengan keindahan panorama alamnya, terutama ekosistem pantai dan bawah lautnya, hal ini yang menjadikan sektor pariwisata perlu gencar dikembangkan didaerah-daerah, terutama daerah yang memiliki potensi wisata alam bahari. Kita sudah mengenal Bali sebagai objek wisata dunia, padahal Indonesia punya daerah lain seperti di Lombok, Banyuwangi, Karimun Jawa, Natuna, Raja Ampat, Bunaken, dan lain-lain. Potensi seperti ini tidak dimiliki oleh negara lain, bayangkan saja pemasukan negara dari sektor pariwisata mencapai 5 milyar petahun, jika hal ini lebih dioptimalkan mungkin akan meningkat sekitar 10% - 20%, dimana sudah tentu akan meningkatkan standar kehidupan masyarakat disekitar wilayah tersebut dan masyarakat tersebut juga wajib menjaga kawasan wisata tersebut dan beberapa wilayah konservasi kelautan lain sebagai bentuk kontribusi terhadap alam yang telah memberikan potensi yang melimpah. Mungkin selain wisata alam perlu dibangun suatu kawasan wisata technopark kelautan sebagai objek wisata sekaligus media pembelajaran masyarakat tentang segala hal mengenai kemaritiman, kelautan dan perikanan. Tentu kita dapat memlihat bagaimana suatu negara hanya ditopang dari sektor pariwisata sebagai pemasukan utama seperti Singapura, Maldives (Maladewa), dan Hongkong, beberapa negara tersebut merupakan negara yang miskin sumberdaya alam, namun mampu mengoptimalkan sektor pariwisata dengan tetap menjaga lingkungan dan menjadi pemasukan negara walaupun jenis-jenis pariwisata masing-masing negara berbeda.

Yang terakhir adalah dengan mendirikan kawasan ekonomi khusus industri perikanan, terutama yang dekat dengan daerah penghasil produk perikanan dan kelautan dan daerah terluar untuk menunjang perekonomian didaerah tersebut sehingga tidak ketergantungan terhadapa bangsa asing, dan kata lain, menjadi bangsa yang lebih berdaulat. Selain industri manufaktur yang perlu dikembangkan, Indonesia memerlukan suatu kawasan industri perikanan yang nantinya akan menarik minat investor, terutama investor asing dan menaikan angka ekspor non-migas, yaitu melalui ekspor produk perikanan dan kelautan Yang terakhir adalah dengan mendirikan kawasan ekonomi khusus industri perikanan, terutama yang dekat dengan daerah penghasil produk perikanan dan kelautan dan daerah terluar untuk menunjang perekonomian didaerah tersebut sehingga tidak ketergantungan terhadapa bangsa asing, dan kata lain, menjadi bangsa yang lebih berdaulat. Selain industri manufaktur yang perlu dikembangkan, Indonesia memerlukan suatu kawasan industri perikanan yang nantinya akan menarik minat investor, terutama investor asing dan menaikan angka ekspor non-migas, yaitu melalui ekspor produk perikanan dan kelautan

Referensi:

Anonim, 2016, Peran KKP dalam Rencana Kerja Pemerintah 2017, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jakarta http://bps.go.id/konsumsi_perkapita_seminggu_beberapa_bahan_pangan_penting _periode_2007_-_2014/, diunduh Hari Senin 31 Oktober 2016, pukul 16.57 WIB

http://www.antaranews.com/berita/509786/menteri-susi-kkp-salah-satu- kementerian-terbaik, diunduh hari Senin 31 Oktober 2916, pukul 15.03 WIB http://www.antaranews.com/berita/503494/menteri-susi-peluncuran- technopark-wujud-pelaksanaan-nawacita, diunduh hari Senin 31 Oktober 2016, ppukul 16.02 WIB

Menggapai Indonesia Berdaulat dalam Perspektif Ilmu

Kesehatan

Aulia Ayub, Kedokteran Gigi 2014

Denta Paramitha (Depa) FKG UGM

Berdaulat. Merupakan suatu kata yang sangat mudah dilafaskan tapi sangat sulit diaplikasikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berdaulat adalah sesuatu yang berbahagia, atau suatu kondisi ketika suatu negara memiliki kendali penuh atau kekuasaan tertinggi atas perbuatannya itu sendiri. Setiap negara, tak terkecuali negara Indonesia pastilah mempunyai visi untuk menciptakan suatu nilai kedaulatan itu sendiri. Bahkan, hal ini sudah jauh diimpikan dan dirumuskan oleh para tokoh negara yang bersama-sama membuka gerbang kemerdekaan dengan pengimplementasikan nilai tersebut dalam suatu teks pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “ Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,berdaulat, adil dan

makmur”. Makna kata bedaulat atau yang berarti memiliki kendali penuh atas setiap

hal penyelenggaraan suatu tata kenegaraan dapat ditinjau dari berbagai macam perspektif bidang ilmu. Salah satu aspek yang sangat vital dan dapat menjadi indikator tercapainya visi kenegaraan tersebut dapat kita dilihat dari perspektif bidang kesehatan. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, lalu apakah suatu negara seadidaya Indonesia dapat dikatakan sudah berdaulat dalam bidang kesehatan?

Tentu tidak saudara-saudara sekalian. Taraf kedaulatan Indonesia dalam bidang kesehatan dapat dibi lang masih “NOL BESAR”. Apa dasar saya bilang kedaulatan Indonesia masih seperti itu? Ada 3 poin dasar dari suatu perspektif sudut pandang yang dapat kita jadikan suatu standar.

Yang pertama, adalah dalam segi ketahanan bahan obat nasional. Berdaulat dalam aspek ketahanan bahan obat nasional memiliki makna dapat mengelola sendiri secara mandiri berbagai macam obat yang dapat dibuat dari Yang pertama, adalah dalam segi ketahanan bahan obat nasional. Berdaulat dalam aspek ketahanan bahan obat nasional memiliki makna dapat mengelola sendiri secara mandiri berbagai macam obat yang dapat dibuat dari

Dari data dan fakta tersebut, dapat terlihat secara jelas dan nyata. Apakah Indonesia dapat dikatakan berdaulat dalam segi ketahanan bahan obat nasional? Tentu saja jawabannya tidak saudara-saudara sekalian. Lalu, apakah alasan bangsa Indonesia belum dapat mandiri dalam segi ketahanan bahan obat nasional? apakah karena bahan dasar obat tersebut tidak tersedia di Indonesia? Atau apakah karena jumlah apoteker dalam dunia farmasi Indonesia masih terbatas? Tentu itu adalah suatu pertanyaan yang tidak masuk akal.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121