GAMBARAN UMUM

A. GAMBARAN UMUM

1. Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam

a. Kondisi Geografis Kota Surakarta

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Tengah dan merupakan dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut. Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15 – 110 45` 35

– 70` 56 Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, sedang batas wilayah sebelah selatan adalah Kabupaten Sukoharjo.

b. Sumber Daya Alam

Pemerintah kota Surakarta merupakan urban area sehingga potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya relatif terbatas sebagaimana karakteristik daerah perkotaan lainnya, sektor pertanian di Kota Surakarta memiliki peranan dan kontribusi yang semakin lama semakin menurun dalam pembentukan produksi daerah bahkan untuk kepentingan penyediaan hasil bumi. Pemerintah Kota Surakarta mengandalkan dari daerah sekitar, baik produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, maupun peternakan.

c. Luas Penggunaan Lahan

Kota Surakarta mempunyai luas area sebesar 4.404,06 Ha dan terbagi dalam lima wilayah kecamatan dengan luasan setiap kecamatan sebagai berikut:

1. Kecamatan Laweyan terdiri dari 11 kelurahan dengan luas 863,83 Ha (19,62%)

2. Kecamatan Serengan terdiri dari 7 kelurahan dengan luas 319,5 Ha (7,25%)

3. Kecamatan Pasar Kliwon terdiri dari 9 kelurahan dengan luas 481,52 Ha (28,57%)

4. Kecamatan Jebres terdiri dari 11 kelurahan dengan luas 1.258,18

5. Kecamatan Banjarsari terdiri dari 13 kelurahan dengan luas 1.481,1 Ha (33,63%)

Pada tahun 2009 dari total luas area Kota Surakarta terbagi menjadi lahan sawah teririgasi 18,94 Ha (0,43%), sawah tadah hujan seluas 126,52 Ha (2,87%) dan luas ladang (tegalan) seluas 84,73 Ha (1,92%). Kota Surakarta sebagian besar berupa tanah kering dengan penggunaan sebagian besar adalah lahan pemukiman seluas 2.715,61 Ha (61,66%), lahan untuk usaha lain sebesar 399,44 Ha (9,07%) dan untuk lahan industri sebesar 101,42 Ha (2,3%). Meskipun demikian secara periodik telah terjadi alih fungsi dari lahan sawah menjadi lahan bukan sawah yang ditunjukkan dengan luas sawah irigasi pada tahun 2005 seluas 29,97 ha dan tanah sawah nonirigasi seluas 136,27 Ha berubah fungsi sehingga pada tahun 2009 tinggal 18,94 Ha untuk lahan sawah irigasi dan 126,52 Ha sawah nonirigasi. Hal ini diduga disebabkan karena desakan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga kebutuhan akan tempat tinggal, fasilitas umum maupun sarana kerja yang terkait dengan penggunaan lahan di luar sektor pertanian.

Luas lahan kelima kecamatan, sebagian besar bahkan lebih dari separuh lahannya digunakan untuk lahan perumahan. Untuk Kecamatan Jebres lahan untuk Jasa 14% digunakan untuk Perguruan Tinggi UNS, STSI, Solo Techno Park dan Terminal Peti Kemas. Pada kecamatan ini juga masih terdapat tanah tegalan 6,5% di Kelurahan Mojosongo, berupa perkebunan rakyat yang banyak diusahakan untuk kayu jati.

2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia

Kondisi sosial politik selama tahun 2004 lalu dapat relatif tenang dan stabil. Modal dasar ini nampaknya tidak di sia-siakan oleh para pelaku ekonomi. Pulihnya pasar Gede juga memberikan hasil bergeraknya pembangunan di Kota Surakarta. Keadaan di atas merupakan tahun dengan situasi sosial politik yang paling kondusif sejak terjadinya kasus multidimensi beberapa waktu yang lalu. Keadaan ini mendorong para pelaku ekonomi tumbuh kembali secara sehat.

Jumlah penduduk yang besar di suatu wilayah merupakan unsur penting bagi pembangunan. Penduduk yang besar jika dibina dan dikembangkan dengan baik dan terpadu akan menjadi potensi dan sumber daya manusia yang tangguh dalam mendukung pembangunan. Jumlah penduduk Surakarta dari tahun ke tahun semakin bertambah.

Tabel 4.1

Jumlah penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2000-2008

Rasio Jenis Kelamin

Sumber : BPS Kota Surakarta (diolah dari hasil Susenas 2007)

Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522,935 jiwa, terdiri dari 247,245 laki-laki dan 275,690 perempuan. Jumlah Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522,935 jiwa, terdiri dari 247,245 laki-laki dan 275,690 perempuan. Jumlah

Kondisi pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta sudah relatif rendah yaitu hingga tahun 2007 mencapai rata-rata sebesar 0,48% pertahun (BPS Kota Surakarta). Kepadatan penduduk di Kota

Surakarta pada tahun 2004 sebesar 11,599 penduduk per km 2 .

Tabel 4.2

Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2007

Tahun

Jumlah Penduduk

Pertambahan Jiwa Dari Tahun

Sebelumnya

Pertumbuhan Penduduk

Sumber: BPS (Surakarta Dalam Angka 2008)

Apabila jumlah penduduk tersebut dibandingkan dengan luas wilayah yang sebesar 4.403 km 2 , kepadatan adalah sebesar 12.716 jiwa/km2 yang tersebar di lima kecamatan, 51 kelurahan yang mencakup 529 RW dan 2.645 RT. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor perdagangan juga sektor industri dan jasa.

Tabel 4.3

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta

Tahun 2008

Kecamatan

Luas Wilayah

Km 2

Jumlah Penduduk

Rasio Jenis

Kelamin

Tingkat Kepadatan

Pasar Kliwon

Sumber: BPS (Surakarta Dalam Angka)

Berdasarkan data di atas dapat diketahui tingkat kepadatan kecamata di Kota Surakarta, wilayah yang terpadat adalah Kecamatan Serengan yaitu dengan tingkat kepadatan 19.899/km2 dengan luas wilayah sebesar 3,19 km2 dan jumlah penduduk sebesar 63.558 jiwa, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan terkecil yaitu kecamatan Banjarsari yaitu dengan luas wilayah sebesar 14,81 km2 dan jumlah penduduk sebesar 162.093 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 10.945/km2.

3. Aspek Sosial Ekonomi

Komposisi berdasarkan tingklat pendidikan adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang ditempuh. Dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4

Penduduk berumur 5 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008

Belum Pernah Sekolah

Tidak Tamat SD

SD/MI

SMP/Tsanawiyah

SMP/Kejuruan

SMU/MA

Diploma I/II

Akademi/D.III

D.IV/S1/S2/S3

Sumber: BPS (Surakarta Dalam Angka 2008)

Berdasarkan pada Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa pendidikan tenaga kerja yang bekerja di sektor formal dan informal di Kota Surakarta sebagian besar merupakan lulusan SMP/Tsanawiyah dengan jumlah sebesar 55.576 jiwa dan lulusan SMA/SMK dengan jumlah sebesar 97.717 jiwa.

4. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB dilakukan dengan harga konstan, berarti dalam perhitungan telah dihidangkan pengaruh-pengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang. Perhitungan PDRB Kota Surakarta tahun 2006-2008 berdasarkan harga konstan 2000 dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini:

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT SEKTOR ATAS HARGA KONSTAN 2000 KOTA SURAKARTA

TAHUN 2004-2008 (JUTAAN Rupiah)

No

Lapangan Usaha

2 PERTAMBANG AN DAN PENGGALIAN

SEKTOR PRIMER

4 LISTRIK, GAS, AIR BERSIH

6 PERDAGANGA N, HOTEL & RESTORAN

7 PENGANGKUT AN & KOMUNIKASI

8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN

SEKTOR TERSIER

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Sumber: BPS (Surakarta Dalam Angka 2008) Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2006- 2008 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar pada PDRB Kota Surakarta, dan yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor penggalian.