Kode, Jenis dan Jumlah Dokumen

Tabel 2 Kode, Jenis dan Jumlah Dokumen

No Kode

Jumlah Jumlah dokumen

Jenis

dokumen

dokumen halaman

A MAKALAH PESERTA

B MAKALAH PEM BICARA

C BAHAN AJAR

D KONSINYERING

E LAPORAN PENELITIAN F NOTULENSI

8 Total

G SURAT KEPUTUSAN-JUKLAK

Perspektif atau dimensionalitas yang diterapkan dalam analisis isi merupakan prasyarat pokok bagi pembacaan dan pengodean suatu sampel representatif dari isi yang hendak diteliti menurut kaidah yang disesuaikan dengan sasaran.

1. CODING SHEET I: PRINSIP-PRINSIP PENEGAK HUKUM Secara teoritik, dimensionalitas pada coding sheet ini diilhami sebuah paper

tulisan Alexander P. Springer berjudul "Political Justice? Assessing the Role of Colombian Courts" 18 dan buku pedoman yang dikeluarkan oleh Administrative Review Council

Information Officer Commonwealth of Australia 2001 19 Relevansi paper Springer dapat diargumentasikan dari fakta bahwa Kolombia dan

Indonesia adalah sama-sama sebagai negara Dunia Ketiga dengan persoalan konsolodasi demokrasi yang dapat berimbas pada persoalan hukum. Jika Indonesia sedang menapaki

proses Otonomi Daerah berikut prosedur demokrasi yang ditempuh, 20 Kolombia sedang mengalami konsolidasi demokrasi dalam konteks Amerika Latin. Hal ini seturut dengan

yang sudah disinggung pada latar permasalahan penelitian, di mana persoalan utama yang disorot dalam paper Springer ialah pembentukan kelembagaan ( institution building) yang konsonan dengan tuntutan masyarakat era demokratik, utamanya berkenaan dengan interaksi antara rezim partai, lembaga judiciary, dan aktor politik lain.

Yang dicoba-adaptasikan dari paper ini ke dalam konteks Kejaksaan RI ialah indikator-indikator komposit yang penulis tengarai menjadi landasan bagi efektivitas judicial reform. Hal ini cukup beralasan, sebab persoalan hubungan kekuasaan, misalnya, Struktur Kejaksaaan yang berada di bawah kekuasaan eksekutif, berakibat pada kesulitan untuk merealisasikan tuntutan masyarakat akan jaksa yang independen. Hal yang sama secara ekuivalen terjadi di Kolombia, utamanya perihal corak hubungan kekuasaan antara Constitutional Court, General Attorney’s Office (Fiscalía General), dan Supreme Council of the Judiciary (Consejo Superior de la Judicatura). Manakala pertanyaan dikerucutkan ke soal siapa yang memfungsikan dan memerankan diri sebagai pengawal garda depan hukum dan demokrasi saat harus berhadapan dengan sikap apatis masyarakat, yang terjadi ialah fenomena kebingungan bertanggungjawab ( diffussion of responsibility) antar

18 Alexander P. Springer, “Political Justice? Assessing the Role of Colombian Courts” (Paper for

presentation at LASA's 98 Meeting, Palmer House Hilton, Chicago, I L, Sept. 26-28, 1998). Online Documents: http: / / darkwing.uoregon.edu/ ~ caguirre/ springerpr.html.

19 Administrative Review Council A Guide To Standards Of Conduct For Tribunal Members, September 2001, Diakses 18/ 07/ 2005 pada Online Documents: http: / / law.gov.au/ arc.

20 Lihat Undang-undang No 33 dan 34 Tahun 2004.

independence, efficiency, dan access to justice diangkat sebagai penakar. Adapun buku pedoman dengan judul Administrative Review Council A Guide To

Standards Of Conduct For Tribunal Members memberikan inspirasi dari gagasan bahwa ada beberapa nilai prinsipal seperti: penghormatan terhadap hukum ( lawfulness, fairness), keterbukaan (openness) dan kecepatan layanan (efficiency) sebagai tiga nilai yang memainkan peran penting dalam sistem peninjauan administratif peradilan oleh jaksa, utamanya dalam posisi mereka sebagai para fungsionalis-profesional; sehingga kinerja mereka dapat diukur, sementara kepercayaan publik dan respek terhadap korp jaksa dapat ditingkatkan dan dipelihara. Oleh sebab itu, ketiga nilai -- penghormatan pada hukum ( lawfulness, fairness), keterbukaan (openness) dan kecepatan layanan ( efficiency)—dapat dielaborasikan atau dijabarkan ke dalam tujuh prinsip sebagai kriteria kinerja jaksa, yakni: respect for the law, fairness, independence, respect for persons, diligence and efficiency, integrity, accountability and openness/ transparency.

Ketujuh prinsip tersebut diperlakukan sebagai kriteria dimensionalitas guna membobot muatan atau isi dokumen yang tersedia sehingga prosedur analisis penelitian ini mampu menjejak, sejauh mana standar perilaku dasar yang dapat diinternalissikan ke dalam kerangka tindakan para calon jaksa yang mengikuti pendidikan. Dengan demikian konflik kepentingan yang potensial dialami di lapangan dapat disadari, dihindarkan dan diimplementasikan secara dini.

Secara operasional, ketujuh kriteria prinsipal untuk membobot berbagai dokumen yang dimaksudkan untuk diakses oleh para peserta dirik dapat diurakan melalui tabel 3 berikut: