Implikasi terhadap Kurikulum Masa Kini

2. Implikasi terhadap Kurikulum Masa Kini

Schubert (1993) mengemukakan bahwa aliran filsafat idelisme dibangun oleh Plato berazaskan ide-ide atau idealism, aliran filsafat ini termasuk yang paling tua (tradisional), tetapi pengaruhnya masih tetap terasa sampai sekarang. Salah seorang filosof German bernama Hegel mengikuti aliran filsafat idealisme. Hegel memandang dunia secara transcendental. Filosof Amerika Serikat Ralph Waldo Emerson dan Henry Thoreau juga mengikuti aliran ini. Mereka memandang realitas berdasarkan pandangan idealisme. Fredrich Froebel pendiri Taman Kanak-Kanak (TK) landasan pedagogiknya didasarkan pada filsafat idealisme. William Harris mempopulerkan TK di sekolah St. Lois Missouri dan menjadi Komisaris pendidikan abad ke-20 konsep administrasi menggunakan filsafat idealisme, dan termasuk J. Donael Butler salah seorang filosof Amerika pada abad kontemporer mengikuti aliran filsafat idealisme.

Filsafat idealisme menjelaskan kepada dunia bahwa moral, spiritual, kebenaran dan nilai adaah absolute, universal dan kebenarannya tidak dibatasi oleh waktu. Dunia idea tau pikiran (mind) adalah tetap, teratur dan tertib. Untuk mengetahui ide yang bersifat laten (ide bawaan) dengan jalan berpikir, tugas guru mengajarkan pengetahuan dengan sadar sebagai langkah proses pengembangan keterampilan berpikir, belajar adalah melatih pikiran (mind). Pendidikan menekankan pada konsep-konsep materi. Kurikulum menekankan pada subject matter untuk mengembangkan kecerdasan berpikir rasional dengan cara menyelaraskan konsep dengan pengetahuan. Kurikulum bersifat khirarki (bertingkat), kurikulum

yang manusiawi, kedisiplinan, dan kurikulum berorientasi pada liberal arts mencakup

mementingkan

kebudayaan

Longstreet dan Shane (1993) dan Schubert (1993) menjelaskan bahwa dalam tingkat-tingkat pelajaran meliputi: filsafat, teologi, dan matematika (matematika penting untuk melatih pikiran), sejarah dan sastra (sumber moral dan kebudayaan). Kurikulum untuk sekolah tingkat bawah ilmu alam, sains dan bahasa (bahasa penting untuk komunikasi dan sebagai fasilitas pengembangan berpikir).

Isi pesan filsafat idealisme menghendaki pengembangan dan implementasi kurikulum mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi tetap menekankan pentingnya pesan nilai-nilai (values), dan moral supaya diabadikan. Nilai dan moral tetap diajarkan kepada setiap siswa di berbagai tingkat sekolah. Nilai dan moral menurut kaum idealis adalah sesuatu yang tak mudah lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas, ia abadi sepanjang zaman. Filsafat ini banyak dianut oleh lembaga pendidikan keagamaan atau pendidikan militer atau setiap lembaga lainnya baik disadari atau tidak tetap mereka menstransferkan nilai-nilai dan moral kepada para siswanya. Tujuan transfer nilai-nilai dan moral agar para siswa taat dan patuh serta disiplin menjalankan nilai-nilai dan moral itu setelah mereka lulus dari lembaga tersebut (Juanda, 2012: 94).

Nilai dan moral yang dimaksud sebagai pengangan hidup yang ditransferkan kepada siswa diambil dari agama, budaya, dan filsafat hidup yang dianut oleh individu atau kelompok tertentu. Ciri utama filsafat ini selain bersifat normatif, juga mementingkan pengembangan keterampilan berpikir melalui belajar matematika. Tokoh utama filsafat idealisme bernama Plato, ia mengingatkan begitu pentingnya matematika sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan berpikir selanjutnya Plato menegaskan jangan masuk perguruan tinggi saya kalau tidak menguasai matematika (Juanda, 2012: 94).

Schubert (1993) mengemukakan bahwa kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru. Guru sebagai pusat pengetahuan bagi siswa, sementara siswa hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru (teacher centered). Sekaligus gurulah yang memilih dan menentukan bobot tingkat kurikulum yang diajarkan kepada siswa; dan

cenderung kuantitatif (pengembangan keterampilan intelektual memperoleh porsi yang tinggi). Sumbangan terbesar filsafat idealisme terhadap kurikulum

evaluasi hasil

belajar siswa

mewajibkan adanya pembelajaran matematika, nilai-nilai, moral, kecerdasan spiritual, dan agama. Tujuan akhir pendidikan menurut Plato agar siswa menjadi orang yang mencintai kebijaksanaan (Plato saw the virtuous life as ultimate goal).

lembaga

pendidikan

Ozman dan Craver (1990) menyatakan bahwa gagasan filsafat realisme dibangun oleh Aristotles sebagai lawan filsafat idealisme Plato. Aristotles belajar pada akademi Plato selama 20 tahun. Dalam menyelesaikan problema kehidupan cara berpikir antara Plato sebagai guru dan Aristotles sebagai murid berbeda. Plato lebih mengutamakan pikiran (developed the view), sementara Aristotles mementingkan materi (proper study of matter).

Aliran filsafat realisme termasuk filsafat tradisional dan masih diajarkan hingga sekarang oleh para pengikutnya. Kaum realis memandang suatu gejala berasal dari alam (nature), tingkah laku manusia diatur atau tunduk kepada hukum alam dan manusia diatur oleh hukum fisika dan hukum sosial (Juanda, 2012: 95).

Selanjutnya Ozman dan Craver mengemukakan segi-segi kesamaan kaum realis dengan kaum idealis, menekankan organisasi kurikulum pada separated subject matter (mata pelajaran terpisah- pisah) sebagai isi kurikulum (content) dan klasifikasi objek pengetahuan. Kurikulum bersifat khirakis (bertingkat-tingkat). Materi pelajaran meliputi pendidikan umum, logika, olah raga, etika, politik, ekonomi, dan Tiga R (reading, writing, arithmetic) untuk siswa pendidikan dasar (Juanda, 2012: 95).

Segi perbedaan kaum realis dengan idealis menurut kaum idealis mata pelajaran (subject matter) bersifat ideal, sebab kurikulum sudah mapan dan tidak akan berubah oleh waktu. Berbeda dengan kaum realis berpandangan bahwa subject matter

yang menentukannya berdasarkan keahlian (expert) sebagai sumber otoritas. Kaum idealis berkeyakinan bahwa pengetahuan (knowledge) berdasarkan dari ide bawaan dan kebenarannya universal, paham ini ditolak oleh kaum realis, menurut mereka bahwa pengetahuan dan kebenaran bersumber dari sains bukan dari ide bawaan (Juanda, 2012: 95).

Implikasi filsafat realisme terhadap pengembangan kurikulum diberbagai jenjang pendidikan mengutamakan penelitian ilmiah untuk mendapatkan sains. Keyakinan kaum realis bahwa sumber pengetahuan diperoleh dari penelitian (research) berdasarkan fakta-fakta yang dapat diamati (observable) oleh panca indera (mata,

Mengenai kegiatan belajar mengajar, pengembangan kurikulum kaum realis banyak kesamaan dengan kaun idealis, yaitu berpusat pada guru sedangakn siswa pasif. Evaluasi hasil belajar siswa selain menekankan pada kemampuan rasio (akademik) juga pada hasil riset. Tujuan akhir pendidikan menurut Aristotle adalah kebahagiaan duniawi (Aristotle s vision was one of happineess) (Schubert, 1993).

Menurut kaum realis religious dengan meneliti alam semesta akan terbuka kekuasaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Alam semesta diciptakan Tuhan dengan tertib atau teratur. Seorang agamawan bernama Tomas Aquinas menyatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta disediakan untuk kepentingan manusia agar manusia sadar mengetahui kekuasaan Tuhan di atas segala-galanya (Juanda, 2012: 96).