2.1.4. Etiologi
Penyebab utama CLM adalah larva cacing tambang dari kucing dan anjing Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum
dan Strongyloides. Penyebab lain yang juga memungkinkan yaitu larva dari serangga seperti Hypoderma dan Gasterophilus Eckert, 2005. Di Asia Timur,
CLM umumnya disebabkan oleh Gnasthostoma sp. pada babi dan kucing. Pada beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Dermatobia maxiales, Lucilia caesar
Aisah, 2010. Di epidermis, larva Ancylostoma brazilense akan bermigrasi dan
menyebabkan CLM selama beberapa minggu sebelum larva tersebut mati. Di sisi lain, larva Ancylostoma caninum dan Ancylostoma ceylanicum dapat melakukan
penetrasi yang lebih dalam dan menimbulkan gejala klinis yang lain seperti enteritis eosinofilik. CDC, 2012
2.1.5. Morfologi
Ancylostoma caninum mempunyai tiga pasang gigi Supali et al, 2009.
Panjang cacing jantan dewasa Ancylostoma caninum berukuran 11-13 mm dengan bursa kopulatriks dan cacing betina dewasa berukuran 14-21 mm. Cacing betina
meletakkan rata-rata 16.000 telur setiap harinya Palgunadi, 2010. Morfologi Ancylostoma braziliense mirip dengan Ancylostoma caninum,
tetapi kapsul bukalnya memanjang dan berisi dua pasang gigi sentral. Gigi sebelah lateral lebih besar, sedangkan gigi sebelah medial sangat kecil. Selain itu, pada
Ancylostoma braziliense juga terdapat sepasang gigi segitiga di dasar bukal
kapsul. Cacing betina berukuran 6-9 mm dan cacing jantan berukuran 5-8 mm. Cacing betina dapat mengeluarkan telur 4.000 butir setiap hari Palgunadi, 2010.
Morfologi Ancylostoma ceylanicum juga hampir sama dengan A. braziliense dan A. caninum
, hanya saja pada rongga mulut A. ceylanicum terdapat terdapat dua pasang gigi yang tidak sama besarnya Supali et al, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : DPDx, 2010
Gambar 2.1. Bagian kepala Ancylostoma caninum
Sumber : DPDx, 2010
Gambar 2.2. Larva filariform larva stadium tiga cacing tambang
2.1.6. Siklus Hidup
Telur keluar bersama tinja pada kondisi yang menguntungkan lembab, hangat, dan tempat yang teduh. Setelah itu, larva menetas dalam 1-2 hari. Larva
rabditiform tumbuh di tinja danatau tanah, dan menjadi larva filariform larva stadium tiga yang infektif setelah 5 sampai 10 hari. Larva infektif ini dapat
bertahan selama 3 sampai 4 minggu di kondisi lingkungan yang sesuai. Pada kontak dengan pejamu hewan anjing dan kucing, larva menembus kulit dan
dibawa melalui pembuluh darah menuju jantung dan paru-paru. Larva kemudian
Universitas Sumatera Utara
menembus alveoli, naik ke bronkiolus menuju ke faring dan tertelan. Larva mencapai usus kecil, kemudian tinggal dan tumbuh menjadi dewasa. Cacing
dewasa hidup dalam lumen usus kecil dan menempel di dinding usus. Beberapa larva ditemukan di jaringan dan menjadi sumber infeksi bagi anak anjing melalui
transmammar y atau transplasenta. Manusia juga dapat terinfeksi dengan cara
larva filariform menembus kulit. Pada sebagian besar spesies, larva tidak dapat berkembang lebih lanjut di tubuh manusia dan bermigrasi tanpa tujuan di
epidermis. Beberapa larva dapat bertahan pada jaringan yang lebih dalam setelah bermigrasi di kulit CDC, 2012.
Sumber : CDC, 2012
Gambar 2.3. Siklus hidup cacing tambang
2.1.7. Patogenesis