5 Kerangka Berfikir

Gambar II.5 Kerangka Berfikir

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 Kota Surakarta Tentang Penyelenggaraan

Administrasi Kependudukan

Proses Implementasi

Kebijakan

Administrasi Kependudukan sesuai Perda No 10 tahun 2010 Di Surakarta:

a. Proses Tahapan

Pendaftaran

Kependudukan. b. Proses pencatatan Sipil. c. Proses Pengolahan Informasi Administrasi Kependudukan.

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam implementasi kebijakan

administrasi

kependudukan di Kota

Surakarta, Indikator :

a. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan (Van Meter & Van Horn)

b. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran (Grindle)

c. Sumberdaya (Van Meter & Van Horn) d. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

(Van Meter & Van Horn)

e. Karakteristik agen pelaksana (Van Meter & Van Horn)

Permasalahan yang terjadi: 1. Pertumbuhan

penduduk

yang pesat

dan

tidak

merata. 2. Ketidakakuratan data yang

valid

tentang

kependudukan.

penduduk yang tinggal di perkotaan yang mengakibatkan berbagai permasalahan baru serta pertumbuhan penduduk yang tidak merata yang mengakibatkan munculnya kemiskinan, pengangguran dan sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut maka perlu pertama perlu melakukan penataan Admnistrasi Kependudukan sebab selain merupakan salah satu bagian dari penyelenggaraan administrasi negara, administrasi kependudukan juga memiliki peranan penting yang digunakan untuk mendukung program-kebijakan dari pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut diatas selain merupakan kewajiban dari pemerintah untuk mencatat administrasi kependudukan masyarakatnya. Melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan telah diatur tentang kewajiban dan hak dari masyarakat juga aparat pemerintahan dalam melaksanakan admnistrasi kependudukan, di Kota Surakarta sendiri telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 sebagai turunan dari Undang-undang tersebut yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan Kebijakan admnistrasi kependudukan di Kota Surakarta.

Untuk melihat pelaksanaan Kebijakan Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta ada tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kebijakan Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta

Implementasi Kebijakan Admnistrasi Kependudukan di Kota Surakarta dapat dilihatr melalui :

a. Proses tahapan Pendaftaran Kependudukan sesuai Perda Kota

Surakarta Nomor 10 Tahun 2010.

b. Proses Tahapan Pencatatan Sipil sesuai Perda Kota Surakarta Nomor

10 Tahun 2010.

c. Proses Pengolahan informasi Administrasi Kependudukan sesuai

Perda Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2010. Alasan penulis untuk mengambil Model Kebijakan Donals S. Van Meter dan Carl E. Van Horn dan Model Merilee S. Grindle karena kebijakan administrasi kependudukan di Kota Surakarta merupakan tipe kebijakan top- down. Kebijakan top-down merupakan proses implementasi dari sisi vertikal dan terpusat; mengikuti struktur hierarki. Pola yang dikerjakan oleh pemerintah untuk rakyat, dimana partisipasi lebih berbentuk mobilisasi. Walaupun dalam proses implementasi kebijakan ini dikerjakan oleh Pemerintah, namun partisipasi masyarakat juga diperlukan dalam proses implementasi kebijakan ini. Karena bila kebijakan hanya dilaksanakan oleh Pemerintah dan Lembaga Pemerintah saja tanpa adanya peran serta dari masyarakat, maka kebijakan atau program tidak akan berhasil.

Dalam pelaksanaan Model Kebijakan Donals S. Van Meter dan Carl E. Van Horn dan Model Merilee S. Grindle dipengaruhi oleh enam variabel dalam

Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran (Grindle), Sumberdaya (Van Meter & Van Horn), Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas (Van Meter & Van Horn), Karakteristik agen pelaksana (Van Meter & Van Horn), dan Disposisi implementor (Van Meter & Van Horn).

Keenam variabel tersebut tidak akan dapat berdiri sendiri, karena pada dasarnya variabel-variabel tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan berinteraksi. Sehingga dapat dilihat hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses pelaksanaan kebijakan administrasi kependudukan di Kota Surakarta untuk dapat mewujudkan tertibnya administrasi kependudukan dan data kependudukan yang valid.