Diskontinuitas Perang
Diskontinuitas Perang
Perang dalam Alkitab bukan hanya memberikan keberlangsungan tema dari Perjanjian Baru menuju Perjanjian Lama, namun juga menunjukkan beberapa aspek yang tidak berlanjut. Aspek yang pertama adalah Aspek perebutan wilayah dan mempertahankan wilayah. Tema perebutan wilayah dalam perang hanya muncul dalam situasi dimana Israel mau masuk menuju tanah Kanaan, sedangkan setelah masuk ke tanah Kanaan aspek perebutan wilayah tidak nampak lagi. Lebih banyak tema mempertahankan wilayah muncul setelah Israel masuk ke tanah Kanaan, terutama dalam kitab Hakim-hakim. Hal ini berhubungan dengan kondisi sosial dan politik Israel, dimana terjadi perubahan status dari bangsa yang baru bebas menuju bangsa yang menetap. Perubahan status ini mempengaruhi perubahan aspek perang dari tema perebutan wilayah menuju tema mempertahankan wilayah.
Aspek kedua yang tidak berlanjut adalah aspek politik. Dalam peperangan Israel, aspek politik lebih banyak muncul dalam masa kerajaan dimana relasi Israel dan bangsa- bangsa lain memungkinkan muncul perang-perang dengan alasan politik, seperti yang dilakukan oleh Ahab dalam 1Raja-Raja 22. Sekalipun demikian, kehancuran kerajaan Israel pada masa pembuangan dan munculnya perubahan dari umat Allah secara nasional menuju umat Allah secara spiritual, menjadikan tema politik berhentim dari relasi dengan perang. Sekalipun pengharapan Mesianik orang-orang masa intertestamental bahkan hingga Perjanjian Baru memberikan gambaran tentang pengharapan Mesianik secara politik, namun Alkitab dengan pasti menunjukkan bagaimana Mesias hadir untuk menyelesaikan konflik spiritual dan menghadirkan kerajaan Allah secara spiritual, bukan Aspek kedua yang tidak berlanjut adalah aspek politik. Dalam peperangan Israel, aspek politik lebih banyak muncul dalam masa kerajaan dimana relasi Israel dan bangsa- bangsa lain memungkinkan muncul perang-perang dengan alasan politik, seperti yang dilakukan oleh Ahab dalam 1Raja-Raja 22. Sekalipun demikian, kehancuran kerajaan Israel pada masa pembuangan dan munculnya perubahan dari umat Allah secara nasional menuju umat Allah secara spiritual, menjadikan tema politik berhentim dari relasi dengan perang. Sekalipun pengharapan Mesianik orang-orang masa intertestamental bahkan hingga Perjanjian Baru memberikan gambaran tentang pengharapan Mesianik secara politik, namun Alkitab dengan pasti menunjukkan bagaimana Mesias hadir untuk menyelesaikan konflik spiritual dan menghadirkan kerajaan Allah secara spiritual, bukan
Aspek ketiga adalah aspek fisik. Dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam masa Musa hingga masa kerajaan, peperangan terjadi secara fisik. Peperangan Israel melawan Moab, Filistin, Amalek, dan bangsa-bangsa Kanaan terjadi dengan pertumpahan darah. Meskipun dalam peperangan fisik beberapa bangsa memahami adanya unsur spiritual, yaitu peperangan antara Allah Israel melawan ilah bangsa lain, namun unsur spiritual ini tidak menjadi bagian yang dominan. Akan tetapi, peperangan Israel secara fisik mulai berganti di masa pembuangan, dimana Israel tidak lagi memiliki raja dan pasukan. Kehancuran kerajaan Israel dan munculnya kembali pemahaman mengenai kerajaan Allah yang universal dan spiritual membuat pemahaman perang juga berganti dari perang antara Israel dan bangsa-bangsa lain secara fisik, menuju perang Allah yang sifatnya spiritual. Hal ini nampak dalam nubuatan nabi-nabi masa pasca pembuangan, seperti Yesaya dan Zakharia yang melihat bahwa dalam peperangan eskatologis, Allah tidak berperang sekedar melawan bangsa-bangsa yang berdosa, namun melawan kekuatan jahat. Oleh karena itu, peperangan ini tidak bisa dikatakan sebagai perang fisik, namun lebih mengarah pada perang spiritual dan eskatologikal.
Selain itu, pemahaman mengenai umat Allah juga mengalami perubahan di masa pembuangan. Kehancuran kerajaan Israel mengakibatkan konsep umat Allah lebih bersifat spiritual. Dimana umat Allah atau kaum remnant tidak lagi sekedar dilihat berdasarkan asal usul bangsa, namun lebih dilihat berdasar kesetiaan pada Allah. Hal ini makin jelas dengan dalam Perjanjian Baru, terutama melalui pelayanan Paulus. Dimana umat Allah, keturunan Abraham bukan lagi berbicara masalah genetik, namun lebih pada Selain itu, pemahaman mengenai umat Allah juga mengalami perubahan di masa pembuangan. Kehancuran kerajaan Israel mengakibatkan konsep umat Allah lebih bersifat spiritual. Dimana umat Allah atau kaum remnant tidak lagi sekedar dilihat berdasarkan asal usul bangsa, namun lebih dilihat berdasar kesetiaan pada Allah. Hal ini makin jelas dengan dalam Perjanjian Baru, terutama melalui pelayanan Paulus. Dimana umat Allah, keturunan Abraham bukan lagi berbicara masalah genetik, namun lebih pada