Rumusan Masalah Manfaat penelitian Anatomi kolon dan rektum

kolorektal, namun hampir 66-77 karsinoma kolorektal dapat dicegah dengan kombinasi seimbang antara diet dan aktivitas fisik Huxley et al, 2009. Pasien yang didiagnosa dengan karsinoma kolorektal memiliki prognosis yang kurang baik. Sekitar 35 pasien meninggal dalam 5 tahun. Siegel et al, 2010 Deteksi dini skrining dan diagnosis pada pengelolaan kanker kolorektal memiliki peranan penting di dalam memperoleh hasil yang optimal dengan meningkatnya survival dan menurunnya tingkat morbiditas dan mortalitas para penderita kanker kolorektal. Secara umum, deteksi dini dilakukan pada dua kelompok yaitu populasi umum dan kelompok risiko tinggi. Deteksi dini pada populasi umum dilakukan kepada individu yang berusia di atas 40 tahun. Deteksi dini dilakukan pula pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi menderita kanker kolorektal yaitu: 1 penderita yang telah menderita kolitis ulserativa atau Chron‘s 10 tahun; 2 penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal; 3 individu dengan adanya riwayat keluarga penderita kanker kolorektal. Individu dengan riwayat keluarga memiliki risiko menderita kanker kolorektal 5 kali lebih tinggi dari pada individu pada kelompok usia yang sama tanpa riwayat penyakit tersebut Sander, 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah profil penderita karsinoma kolorektal di RSUP H. Adam Malik ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui profil penderita Karsinoma Kolorektal di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2012

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui karakteristik penderita karsinoma kolorektal berdasarkan usia b. Untuk mengetahui karakteristik penderita karsinoma kolorektal berdasarkan jenis kelamin c. Untuk mengetahui karakteristik penderita karsinoma kolorektal berdasarkan riwayat keluarga d. Untuk mengetahui karakteristik penderita karsinoma kolorektal berdasarkan stadium yang paling sering e. Untuk mengetahui karakteristik penderita karsinoma kolorektal berdasarkan terapi yang diberikan f. Untuk mengetahui tingkat mortalitas penderita karsinoma kolorektal di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2012

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa: a. Dapat memberikan informasi mengenai profil penderita karsinoma kolorektal di RSUP H Adam Malik Medan b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor risiko karsinoma kolorektal c. Menambah masukan dan informasi dalam rangka pencegahan karsinoma kolorektal d. Menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan selama menjalani penelitian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi kolon dan rektum

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci sekitar 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens, dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam, yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut- turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid dimulai dari krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Rektum terbentang dari kolon sigmoid sampai dengan anus. Satu inci terakhir dari rektum terdapat kanalis ani yang dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum sampai kanalis ani adalah 5,9 inci Lindseth, 2005 Dinding kolon terdiri dari empat lapisan, tunika serosa, muskularis, tunika submukosa, dan tunika mukosa akan tetapi usus besar mempunyai gambaran- gambaran yang khas berupa lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli yang bersatu pada sigmoid distal. Panjang taenia lebih pendek daripada usus sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut haustra. Pada taenia melekat kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak yang disebut apendices epiploika. Lapisan mukosa usus besar lebih tebal dengan kriptus lieberkuhn terletak lebih dalam serta mempunyai sel goblet lebih banyak daripada usus halus. Taylo, 2005 Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior. Arteri mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan mulai dari sekum sampai dua pertiga proksimal kolon transversum. Arteri mesenterika superior mempunyai tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan arteri mesenterika inferior memvaskularisasi kolon bagian kiri mulai dari sepertiga distal kolon transversum sampai rektum bagian proksimal. Arteri mesenterika inferior mempunyai tiga cabang yaitu arteri kolika sinistra, arteri hemorroidalis superior, dan arteri sigmoidea. Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur oleh arteria sakralis media dan arteria hemorroidalis inferior dan media. Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara vena hemorroidalis superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid. Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada pangkal arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sisterna kili yang bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe leher kelenjar limfe virchow. Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran pembuluh darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi limfatisiiliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti aliran limfe inguinalis superficialis. Taylo, 2005 Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter eksternus yang diatur secara volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal. Serabut simpatis yang berjalan dari pars torasika dan lumbalis medula spinalis melalui rantai simpatis ke ganglia simpatis preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion yang mengikuti aliran arteri utama dan berakhir pada pleksus mienterikus Aurbach dan submukosa Meissner. Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan saraf parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan. Kendali usus yang paling penting adalah aktivitas refleks lokal yang diperantarai oleh pleksus nervosus intramural Meissner dan Aurbach dan interkoneksinya. Jadi pasien dengan kerusakan medula spinalis maka fungsi ususnya tetap normal, sedangkan pasien dengan penyakit hirschsprung akan mempunyai fungsi usus yang abnormal karena pada penyakit ini terjadi keabsenan pleksus aurbach dan meissner Taylo, 2005

2.2. Fisiologi Kolon