HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkanpenelitian yang telah dilakukan pada kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok, maka diperoleh data hasil belajar IPA peserta didik. Peserta didik diberi tes awal (pretest) pada pokok pembahasan pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia serta cara memelihara dan melestarikan lingkungan di kelas III.
Sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match diberikan kepada peserta didik terelebih dahulu diinformasikan kepada peserta didik mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari. Jumlah soal pretest yang diberikan sebanyak 15 (lima belas) butir soal objektif. Setelah hasil pretest di peroleh selanjtnya dilakukan perhitungan rata-rata kelas pada nilai pretest. Dari perolehan nilai pretest peserta didik tersebut dapat dilihat kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang dipelajari. Adapun nilai pretest peserta didik kelas III disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil Nilai Pretest Peserta Didik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok
No.
Nama
Skor pretest
Berdasarkan tabel hasil pretest di atas dapat dilihat bahwa masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) artinya hasil belajar peserta didik belum memuaskan pada mata pelajaran IPA. Dengan demikian perlu diadakan tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran IPA.
Setelah model pembelajaran Make A Match ini diberlakukan dalam pembelajaran IPA di kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok ini diharapkan hasil belajar peserta didik akan meningkat dari hasil pretest. Pada Setelah model pembelajaran Make A Match ini diberlakukan dalam pembelajaran IPA di kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok ini diharapkan hasil belajar peserta didik akan meningkat dari hasil pretest. Pada
Tabel 4.2. Hasil Nilai Posttest Peserta Didik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok
No. Nama Skor posttest
B. Analis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menghitung nilai rata-rata yang berguna untuk menggambarkan hasil belajar IPA peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran IPA peserta didik kelas III SDN 35 Cupak
Kabupaten Solok. Analisis data hasil belajar IPA peserta didik dapat dilakukan dengan menentukan nilai rata-rata pretest dan posttest.
1. Menentukan nilai rata-rata prestest dan posttest Untuk Menentukan nilai rata-rata pretest dan posttest di
gunakan rumus sebagai berikut: = Keterangan :
= Nilai rata-rata = jumlah seluruh skor
= jumlah peserta didik 80 Tabel 4.3. Nilai rata-rata pretest Peserta Didik Kelas III
SDN 35 Cupak Kabupaten Solok
No Nama
80 Anas Sudijono, Op. Cit,
h. 82
= 64.69 Tabel 4.4. Nilai rata-rata posttest Peserta Didik Kelas III
SDN 35 Cupak Kabupaten Solok
No. Nama Skor posttest
Dari hasil perhitungan rata-rata pretest dengan posttest di atas dapat dilihat perbedaan hasil belajar yang sangat jauh. Untuk mengetahui selisih atau perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Selisih Nilai rata-rata Pretest dan Posttest Peserta Didik
III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok
Selisih
Nilai
Nilai terendah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata antara Pretest dan Posttest dengan selisih nilai 19.44. Dengan demikian dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA peserta didik kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok setelah menerapkan model pembelajaran Make A Match.
2. Menghitung efektifitas treatment Menghitung efektifitas treatment dari penelitian dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut:
t 81 0 =
Tabel 4.6. Skor Hasil Belajar Peserta didik setelah Pretest dan Posttest Peserta Didik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok
Subjek Nilai
Nilai
Gain/beda (d)
Gain/beda ( ) Pretest Posttest (posttest dan pretest) (posttest dan pretest)
81 Ibid , h. 311
Untuk menganalisis, hasil pra-eksperimen yaitu dengan menggunakan pretest dan posttest one group design dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
t 0 = = 8.13
Df = N-1, 15dengan Df sebesar 15 diperoleh harga kritik t pada tabel sebagai berikut :Pada taraf signifikasi 5 % :
= 1,74 Dengan demikian (yaitu sebesar 8.13) adalah jauh lebih besar dari pada
pada taraf signifikasi 5 %. Dengan demikian maka Hipotesis Nihil di tolak. Berarti antara Variabel 1 (variable X) dan Variabel II (variable Y) terdapat pebedaan mean signifikan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran VI.
Jadi dapat dipahami bahwa antara skor hasil tes sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) dilaksanakan pada tes, terdapat peningkatan yang signifikasi. Ini mengandung makna, bahwa pelaksanaan Jadi dapat dipahami bahwa antara skor hasil tes sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) dilaksanakan pada tes, terdapat peningkatan yang signifikasi. Ini mengandung makna, bahwa pelaksanaan
C. Pembahasan
Setiap pendidik Sekolah Dasar mempunyai tugas yang kompleks. Pendidik dituntut harus mampu menciptakan suasana interaksi yang baik agar peserta didik termotivasi dan suasana interaksi yang baik. Salah satunya memahami dengan baik materi IPA yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar IPA untuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memahami cara mengajar IPA yang efektif, menggunakan cara-cara IPA, serta memahami dan menerapkan cara memanfaatkan suatu model.
Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sangat diperlukan suatu model untuk membantu proses belajar. Setiap pendidik Sekolah Dasar mempunyai tugas yang kompleks. Salah satunya memahami dengan baik materi IPA yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar IPA untuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memahami cara mengajar IPA yang efektif, menggunakan cara-cara pembelajaran IPA, serta menerapkan cara memanfaatkan suatu model dalam Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sangat diperlukan suatu model untuk membantu proses belajar. Setiap pendidik Sekolah Dasar mempunyai tugas yang kompleks. Salah satunya memahami dengan baik materi IPA yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar IPA untuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memahami cara mengajar IPA yang efektif, menggunakan cara-cara pembelajaran IPA, serta menerapkan cara memanfaatkan suatu model dalam
Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian, tampak bahwa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan pada kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok, sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran Make A Match lebih bersemangat dan tertarik untuk belajar dari pada sebelumnya. Hal ini dikarenakan teknik pembelajaran yang digunakan berbeda dengan biasanya, dalam pembelajaran peserta didik bekerja dalam kelompok kecil, dengan teknik pelaksanaan sebagai berikut:
10) Pendidik menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi tinjauan (review), satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
11) Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.
12) Tiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
13) Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
14) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.
15) Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.
16) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
17) Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lainnya yang memegang kartu yang cocok.
18) pendidik bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 82
Berdasarkan teknik pelaksaan tersebut, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, tidak kaku, sehingga peserta didik tidak jenuh dalam melakukan proses pembelajaran.
Model pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran yang menyuruh peserta didik untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin. 83 Model pembelajaran Make A Match baik digunakan manakala peserta
didik menginginkan kreativitas berfikir peserta didik, sebab melalui pembelajaran seperti ini peserta didik diharapkan mampu untuk mencocokkan
pertanyaan dengan jawaban yang ada di dalam kartu. 84 Pada saat pendidik memberikan Posttest peserta didik lebih
termotivasi, semangat, tertarik untuk belajar dan nilainya lebih meningkat dari pada ketika pendidik memberikan pretest. Hal ini disebabkan pada awal pembelajaran peserta didik diberi soal pretest supaya pendidik dapat melihat sampai dimana kemampuan peserta didik. Selain itu pada saat pembelajaran
82 Ameliasari Tauresia Kesuma, Op.Cit, h. 16 83 Taufina Taufik, Op. Cit, h. 148
84 Istarani, Op.Cit, h. 65 84 Istarani, Op.Cit, h. 65
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama terdapat beberapa peserta didik yang masih kebingungan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan peserta didik tersebut belum mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika telah dilkaukan pembagian kelompok dan dibagikan kartu pertanyaan dan jawaban. Penerapan model pembelajaran Make A Match ini merupakan pengalaman baru bagi peserta didik karena sebelumnya dalam pembelajaran pendidik tidak pernah menerapkan model pembelajaran Make
A Match . Ketika dikatakan menggunakan model pembelajaran Make A Match sebagai model dalam pembelajaran, peserta didik bingung dan ingin tahu tentang model tersebut. Tetapi setelah diberikan pelajaran dan simulasi tentang cara pelaksanaan model pembelajaran Make A Macth maka peserta didik dapat memahaminya. Pada pertemuan kedua dan selanjutnya peserta didik merasa senang dan gembaira dalam belajar karena adanya model pembelajaran Make A Match secara berkelompok.
Penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match pada materi pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia serta cara memelihara dan melestarikan lingkungan membuktikan bahwa pada hakikatnya peserta didik mampu meningkatkan kreativitas belajar peserta didik, peserta didik bisa terlibatkan langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu, mampu menciptakan Penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match pada materi pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia serta cara memelihara dan melestarikan lingkungan membuktikan bahwa pada hakikatnya peserta didik mampu meningkatkan kreativitas belajar peserta didik, peserta didik bisa terlibatkan langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu, mampu menciptakan
Untuk menentukan meningkat atau tidaknya hasil belajar peserta didik tentu tidak bisa hanya dilihat dari proses pembelajaran, tentu dibutuhkan tindak lanjut dari proses belajar tersebut. Adapun tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengadakan tes akhir pada peserta didik tentang materi yang telah dipelajari.
Tes ini dilakukan untuk membuktikan apakah dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan itu diberikan posttest pada akhir pertemuan pembelajaran. Fungsi tes secara umum adalah sebagai alat ukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah tercapai oleh peserta didik setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. 85
Berdasarkan pengolahan data posttest yang dilakukan bahwa Persentase ketuntasan yang dicapai pada posttest adalah 87.5 %. Hal ini terbukti ketuntasan secara klasikal disekolah tersebut sudah tercapai. Dilihat dari persentase ketuntasan hasil peserta didik mengalami kemajuan dari hasil pretest . Pada pretest ketuntasan 18.75% atau 3 orang dari 16 orang peserta didik yang mengikuti pretest.
85 Anas, Sudijono, Op. Cit, h. 67
Jadi dapat dipahami bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match ini dapat menambah kemampuan berfikir, kreatifitas dan keberanian peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan minat peserta didik dalam belajar. Jika peserta didik sudah berminat untuk belajar maka akan berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik untuk lebih baik. Terbukti dari persentase ketuntasan yang dicapai pada posttest adalah
D. Keterbatasan Penelitian
Selama melakukan penelitian ini ditemukan beberapa hambatan diantaranya. Kurang kondisifnya keadaan ketika melaksanakan model. Akibatnya peserta didik yang tampil merasa terganggu konsentrasinya dan suasana kelas menjadi tidak kondusif dan mengganggu ketenangan peserta didik kelas lain. Dari segi sendiri ditemukan hambatan karena masih kurang berpengalaman dalam mendalami sikap atau prilaku peserta didik sehingga dalam proses pembelajaran pendidik merasa kesulitan dalam mengontrol peserta didik. Serta waktu yang disediakan dalam mengajarkan materi dirasa terlalu singkat.