Berdasarkan table Coefficients variable ROI memiliki t hitung 2.582 sedangkan t table adalah t
0.025;28
= 2.048. Hasil uji :
• t hitung 2.582 t table 2.048
• tingkat signifikansi NPM adalah 0.017 0.05
• Ho ditolak return on investments berpengaruh terhadap pemberian
kredit modal kerja c.
Untuk mengetahui pengaruh ROE terhadap pemberian kredit maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
H = ROE tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja
Ha = ROE berpengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja Berdasarkan table Coefficients variable ROE memiliki t hitung 1.033
sedangkan t table adalah t
0.025;28
= 2.048. Hasil uji :
• t hitung 1.033 t table 2.048
• tingkat signifikansi NPM adalah 0.312 0.05
• Ho diterima return on equity berpengaruh terhadap pemberian kredit
modal kerja
C. Pembahasan Hasil Statistik
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis di atas, peneliti mencoba menguraikan hah-hal yang dapat dikemukakan mengenai peranan analisis laporan
keuangan dalam pemberian kredit modal kerja.
1. Pengaruh current ratio, debt to equity ratio, asset turn over, net profit margin, return on investment, dan return on equity secara bersama-sama
terhadap pemberian kredit modal kerja.
Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa seluruh variable independen yaitu current ratio, debt to equity ratio, asset turn over, net profit margin, return
on investment, dan return on equity secara menyeluruh berpengaruh terhadap variable dependen yaitu pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut.
Ini bermakna bahwa kreditur harus memperhatikan seluruh aspek kondisi keuangan debitur melalui analisis rasio keuangan debitur karena memiliki
pengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja, atau dengan kata lain turut berperan dalam mencegah resiko timbulnya kredit macet.
2. Pengaruh current ratio, debt to equity ratio, asset turn over, net profit margin, return on investment, dan return on equity secara individu
parsial terhadap pemberian kredit modal kerja.
a. Current ratio secara individu tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit. Ini berarti kondisi likuiditas debitur yang tercermin dalam current ratio
tidak berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit pada PT. Bank Sumut. Rasio lancar yang merupakan angka perbandingan antara nilai aktiva
lancar dengan nilai hutang lancar, sangat lazim digunakan untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Dalam literatur banyak disebut-sebut bahwa dari sudut pandangan
kreditur jangka pendek, rasio lancar setinggi 2,0 yang dipelihara atau dimiliki oleh debitur merupakan angka minimum yang bisa diterima.
Adapun penalarannya ialah bahwa apabila debitur menjumpai kesulitan dalam melunasi kewajibannya yang sudah jatuh tempo dan terpaksa harus
menguangkan beberapa jenis aktiva lancarnya secara tergesa-gesa dengan harga jual yang pada umumnya terpaksa lebih rendah dibandingkan dengan
harga bukunya, maka penurunan harga aktiva lancar yang dicairkan tersebut pada umumnya masih cukup untuk melunasi seluruh kewajiban jangka
pendek perusahaan yang ada, yaitu selama tingginya rasio lancar dalam keadaan semula tidak lebih rendah dari pada dua. Terhadap rasio keuangan
ini hendaknya diingat bahwa pemberian kredit jangka pendek, baik bank yang memberikan kredit jangka pendek, leveransir ataupun pihak lain, akan
langsung menyebabkan menurunnya nilai rasio lancar tersebut. Rasio lancar mempunyai sifat tingginya berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Begitu perusahaan memperoleh kredit dari bank atau dari leveransir, rasio lancar seketika itu juga menurun. Sebaliknya, sesaat perusahaan
membayar angsuran atau pelunasan hutang jangka pendeknya, rasio lancar nilainya meningkat. Sekalipun, di dalam kedua kejadian tersebut, nilai modal
kerja netonya sama sekali tidak mengalami perubahan. Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
dapat dikatakan bahwa pola perubahan kegiatan yang sifatnya musiman berpengaruh terhadap naik-turunnya rasio lancar perusahaan.
Sebagai contoh, ambil saja toko sepatu. Pada beberapa minggu, atau sebulan dua bulan menjelang hari raya ldul Fitri, hari raya Natal dan hari-hari
dimulainya tahun akademik baru, permintaan akan sepatu mulai meningkat kemudian menurun dengan mencapai titik terendah pada hari-hari raya
tersebut. Untuk menghadapi kenaikan permintaan tersebut toko sepatu perlu menaikkan besarnya persediaan. Kalau peningkatan persediaan barang
dagangan tersebut dibiayai dengan cara mengurangi uang tunai perusahaan, maka rasio lancar perusahaan tidak mengalami perubahan, sebab pada
transaksi seperti itu hanya struktur aktiva lancarnya saja yang mengalami perubahan, sedangkan nilai total aktiva lancar dan nilai total hutang lancarnya
sama sekali tidak mengalami perubahan, sehingga rasio lancar pun tidak mengalami perubahan juga.
Akan tetapi penumpukan persediaan yang dilaksanakan dengan hanya dibiayai dari uang tunai yang ada pada umumnya sangat terbatas dan jauh di
bawah jumlah yang dibutuhkan untuk menghadapi meningkatnya permintaan yang bersifat musiman tersebut. Untuk mengatasinya, pada umumnya
perusahaan memanfaatkan sumber pembiayaan dari leveransir dan atau dari bank berupa kredit jangka pendek. Kalau demikian halnya, maka pada bulan-
bulan atau minggu-minggu menjelang melangitnya volume penjualan, rasio lancar perusahaan pada umumnya rendah karena bertambah besarnya hutang
Universitas Sumatera Utara
jangka pendek baik dari leveransir maupun dari bank, yang dibarengi oleh meningkatnya nilai aktiva lancar dengan jumlah yang sama, tentu
mengakibatkan menurunnya rasio lancar. Adanya pengaruh perubahan aktiva lancar dan hutang lancar yang
disebabkan oleh perubahan kondisi ekonomi seperti tingkat permintaan ini lah yang mempengaruhi naik turunnya rasio lancar. Menurut pendapat peneliti,
tidak semua perusahaan yang menjadi sampel mampu memenuhi standar 2,0 yang telah menjadi ketetapan umum untuk current ratio tetapi tetap menerima
kredit modal kerja yang diajukan ke Bank Sumut. Pihak bank pastinya telah mempunyai pertimbangan khusus untuk menerima permohonan kredit dari
aspek-aspek lain yang dipertimbangkan. Dari keterangan ini dapat diperoleh penjelasan mengapa current ratio tidak berpengaruh secara individual
terhadap pemberian kredit modal kerja. b. Debt to equity ratio secara individu berpengaruh terhadap pemberian
kredit modal kerja. Ini berarti kondisi aktivitas debitur yang tercermin dalam rasio hutang
terhadap ekuitas berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja. Semain kecil nilai DER berarti semakin besar kemungkinan
permohonan kredit akan disetujui. Sebab, apabila nilai DER semakin kecil berarti perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas semakin kecil,
yang berarti bahwa nilai hutang masih dapat dipenuhi oleh nilai ekuitas dan menunjukkan bahwa tingkat aktivitas perusahaan semakin baik yang juga
Universitas Sumatera Utara
akan meningkatkan nilai laba yang akan dicapai. Kondisi seperti ini akan menguntungkan bagi pihak bank, karena tingkat resiko kredit macet dapat
diminimalisir. c. Asset turn over secara individu berpengaruh terhadap pemberian kredit
modal kerja. Ini berarti kondisi aktivitas debitur yang tercermin dalam perputaran
aktivanya berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja. Semakin tinggi ATO maka tingkat aktivitas perusahaan semakin baik,
karena tingginya ATO sejalan dengan peningkatan penjualan yang nantinya akan berdampak positif dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
Meningkatnya laba yang dihasilkan perusahaan akan meminimalisir resiko kredit macet.
d. Net Profit Margin secara individu tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja.
Ini berarti kondisi aktivitas debitur yang tercermin dalam rentabilitasnya tidak berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja. Net
Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Sama halnya dengan current ratio, net profit margin juga mengalami
perubahan-perubahan musiman yang akan berdampak pada naik turunnya margin laba bersih perusahaan-perusahaan debitur. Seperti contoh pada kasus
rasio lancar, pada saat menjelang Lebaran atau tahun akademik, maka tingkat penjualan akan semakin meningkat. Untuk menghadapi peningkatan
Universitas Sumatera Utara
permintaan tersebut maka perusahaan akan menambah persediaan. Akan tetapi penumpukan persediaan yang dilaksanakan dengan hanya dibiayai dari
uang tunai yang ada pada umumnya sangat terbatas dan jauh di bawah jumlah yang dibutuhkan untuk menghadapi meningkatnya permintaan yang bersifat
musiman tersebut. Kalau demikian halnya, maka pada bulan-bulan atau minggu-minggu menjelang melangitnya volume penjualan, margin laba
bersih perusahaan pada umumnya rendah. Hal mana kiranya mudah dipahami, karena bertambah besarnya hutang jangka pendek baik dari
leveransir maupun dari bank akan memaksa perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya sehingga laba yang diperoleh semakin berkurang
sedangkan penjualan dalam jumlah yang real terjadi. Menurut pendapat peneliti, semakin tinggi nilai net profit margin maka
semakin baik perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai net profit margin perusahaan debitur yang
menjadi sampel adalah sangat rendah dan hanya satu debitur yang memiliki nilai NPM yang tinggi. Meskipun demikian, pihak bank tetap memenuhi
permohonan kredit modal kerja yang diajukan oleh debitur berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lain yang memperbolehkan permohonan kredit
untuk disetujui oleh bank, misalnya analisis 5C dan aspek-aspek lainnya. e. Return on Investment secara individu berpengaruh terhadap pemberian
kredit modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
Ini berarti kondisi aktivitas debitur yang tercermin dalam rentabilitasnya berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja. ROI
menunjukkan sejauh mana laba yang dapat dihasilkan oleh perusahaan atas sejumlah investasi yang dilakukan. Semakin besar laba yang dihasilkan
berarti semakin besar pula dividen yang akan diperoleh oleh investor. Kondisi seperti ini akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap
perusahaan sehingga lebih menjamin keberlangsungan perusahaan going concern. Bagi pihak bank yang menjadi kreditur hal ini akan
menguntungkan karena akan mengurangi resiko kredit macet yang dapat ditanggulangi dengan baiknya kondisi keuangan perusahaan.
f. Return on Equity secara individu tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja.
Ini berarti kondisi aktivitas debitur yang tercermin dalam rentabilitasnya tidak berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja.
Seperti halnya pada penjelasan current ratio dan net profit margin, return on equity juga dipengaruhi oleh factor-faktor ekonomi. Misal pada kasus yang
sama, apabila laba yang diperoleh perusahaan digunakan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya, maka jumlah laba akan semakin berkurang
sedangkan nilai ekuitas tetap, maka nilai ROE akan semakin kecil.
D. Efektivitas Pemberian Kredit