Kerangka Konseptual Penelitian Terdahulu Sejarah Singkat Perusahaan Umum Perum Pegadaian

yang dapat dikategorikan sebagai lembaga pembiayaan. Target sasaran pelayanan Perum Pegadaian sesuai dengan ketetapan Pemerintah sebagai pemegang sahamnya adalah masyarakat golongan menengah ke bawah. Dengan pelayanan tersebut, diharapakan masyarakat golongan tersebut di atas dapat melepaskan diri dari jasa gadai gelap, riba, dan jasa-jasa keuangan informal lainnya, yang mengenakan beban biaya yang tidak wajar. Oleh karena kesederhanaan prosedur dan persyaratan dalam permohonan kredit pada Perum Pegadaian membuat masyarakat lebih tertarik berhubungan dengan Perum Pegadaian. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul yaitu “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Dalam Memutuskan Pengambilan Kredit Pada Perum Pegadaian Cabang Binjai .” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah faktor suku bunga, prosedur penyaluran kredit, dan fasilitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah mengambil kredit pada Perum Pegadaian Cabang Binjai?”

C. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelititan yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan diteliti. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu suku bunga, prosedur penyaluran kredit, dan fasilitas pelayanan sebagai variabel bebas dan keputusan nasabah sebagai variabel terikat. Universitas Sumatera Utara Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang digambarkan dalam gambar berikut: Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Sumber: Setiadi 2005:11, diolah

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah: Faktor suku bunga, prosedur penyaluran kredit, dan fasilitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah mengambil kredit pada Perum Pegadaian Cabang Binjai. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor suku bunga, prosedur penyaluran kredit, dan fasilitas pelayanan terhadap keputusan nasabah mengambil kredit pada Perum Pegadaian Cabang Binjai.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat : a. Bagi Perusahaan Menjadi sumber informasi dan masukan bagi Perum Pegadaian Binjai untuk mengetahui pengaruh faktor suku bunga, prosedur penyaluran Suku Bunga X 1 Prosedur Penyaluran Kredit X 2 Fasilitas Pelayanan X 3 Keputusan Nasabah Y Universitas Sumatera Utara kredit, dan fasilitas pelayanan terhadap keputusan nasabah mengambil kredit. b. Bagi Penulis Untuk memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan berpikir ilmiah di bidang pemasaran khususnya yang berkaitan dengan keputusan nasabah dalam mengambil kredit. c. Bagi Peneliti lain Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional Variabel

Penelitian yang baik adalah penelitian yang dilakukan secara terfokus dan mendalam. Agar penelitian data dilakukan secara terfokus maka tidak semua masalah diteliti. Untuk itu diperlukan batasan variabel yang akan diteliti serta hubungan antara satu variabel yang lain. Penelitian ini hanya dibatasi pada nasabah yang memakai produk Kreasi Kredit Angsuran Fidusia Perum Pegadaian Cabang Binjai. 2. Definisi Operasional Variabel Defenisi operasional variabel diperlukan untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasi sebagai upaya pemahaman dalam penelitian. Defenisi variabel yang diteliti adalah: a. Variable bebas yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadai varibel bebas dari penelitian ini adalah: X 1 = Suku Bunga merupakan balas jasa yang diterima bank berdasarkan prinsip gadai kepada nasabah. Universitas Sumatera Utara X 2 = Prosedur Penyaluran Kredit merupakan proses penyaluran kredit dan segala persyaratan yang harus dipenuhi nasabah dalam setiap permohonan kredit. X 3 = Fasilitas Pelayanan merupakan aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan yang diberikan lembaga keuangan kepada nasabah untuk mencapai kepuasan. b. Variabel Terikat Y yaitu variabel yang nilainya tergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadi varibel terikat adalah keputusan nasabah nasabah untuk melakukan pengambilan kredit. Berdasarkan defenisi operasional yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan mekanisme penganalisaan variabel seperti pada tabel 1.2 Tabel 1.2. Defenisi Operasional Variabel Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Suku Bunga X 1 balas jasa yang diterima bank berdasarkan prinsip gadai kepada nasabah. 1. tingkat suku bunga stabil 2. kesesuaian suku bunga dengan kemampuan nasabah 3. tingkat suku bunga yang ditawarkan relatif lebih rendah 4. kesesuaian tingkat suku bunga dengan kualitas dan nilai jaminan 5. kesesuaian tingkat suku bunga dengan jumlah jaminan Likert Prosedur Penyaluran Kredit X 2 proses penyaluran kredit dan segala persyaratan yang harus dipenuhi nasabah dalam setiap permohonan kredit. 1. kecepatan prosedur 2. kemudahan persyaratan 3.realisasi permohonan kredit 4. proses pengurusan kredit yang tidak berbelit-belit Likert Fasilitas Pelayanan X 3 aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan yang diberikan lembaga keuangan kepada nasabah untuk mencapai kepuasan. 1. kepuasan pelayanan 2. kebutuhan pelayanan 3. keramahan karyawan 4. kelengkapan fasilitas 5. tingkat pelayanan Likert Keputusan Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan 1. suku bunga Likert Universitas Sumatera Utara nasabah untuk melakukan pengambilan kredit. Y rencana atau alasan nasabah untuk melakukan pengambilan kredit 2. prosedur penyaluran kredit 3. fasilitas pelayanan Sumber : Setiadi 2005:11, diolah

3. Skala Pengukuran

Penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sifat, pendapat dan persepsi seeorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial Sugiyono, 2005:104. Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian memberikan lima alternatif jawaban kepada responden untuk masing-masing variabel dengan menggunakan skala 1 sampai 5. Adapun skor yang diberikan adalah: NO Pertanyaan Skor 1 Sangat Setuju SS 5 2 Setuju S 4 3 Kurang Setuju KS 3 4 Tidak Setuju TS 2 5 Sangat Tidak Setuju STS 1

4. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono 2005:73 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini diambil dari jumlah nasabah yang memakai produk Kreasi Kredit Angsuran Fidusia pada Perum Pegadaian Cabang Binjai pada dari Januari 2010 hingga Oktober 2010 yang Universitas Sumatera Utara berjumlah 212 orang. Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin sehingga didapat 68 orang. 5 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perum Pegadaian Cabang Binjai Jalan Ahmad Yani No.32 Binjai. Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2010 sampai bulan Januari 2011.

6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner pertanyaan tentang variabel yang diteliti dan wawancara langsung dengan responden. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku pedoman dari perusahaan sejarah perusahaan, struktur organisasi, jumlah nasabah, dan lain-lain, buku- buku ilmiah, jurnal-jurnal, internet dan literatur lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dengan bertanya langsung baik kepada langsung baik kepada atasan maupun responden yaitu nasabah Perum Pegadaian Cabang Binjai. b. Kuesioner Universitas Sumatera Utara Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh responden yaitu nasabah Perum Pegadaian Cabang Binjai.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Valid artinya data-data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian ini, sedangkan reliabel artinya konsisten atau stabil bila digunakan untuk penelitian yang lain. Pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows. a. Uji validitas Uji validitas dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk menyatakan data itu valid Sugiyono, 2005:109. Untuk menguji validitas digunakan pendekatan korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Bila nilai korelasinya positif maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Dalam uji validitas kriteria pengambilan keputusan adalah: 1. jika r hitung r tabel , maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid 2. jika r hitung r tabel , maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid b. Uji reliabilitas Uji reliabilitas merupakan tingkat kehandalan suatu instrumen penelitian. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama Universitas Sumatera Utara Sugiyono, 2005:110. Bila koefisien korelasi r positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Butir pertanyaan yang sudsh dinyatakan validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut: 1. jika r alpha positif atau r tabel , maka pertanyaan reliabel 2. jika r alpha negatif atau r tabel , maka pertanyaan tidak reliabel

9. Metode Analisis Data

Setelah indikator yang menjadi ukuran masing-masing variabel dan teknik pengukuran yang telah digunakan, maka ditentukan teknik analisis data yang disesuaikan dengan data yang tersedia. Tahapan-tahapan analisis data meliputi: a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikan data-data yang diperoleh sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai Perum Pegadaian Cabang Binjai. b. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikut i atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng bell shaped. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut Universitas Sumatera Utara tidak menceng ke kanan dan ke kiri. Uji normalitas pada multivariate sebenarnya sangat kompleks karena harus dilakukan pada sebuah variabel secara bersama-sama. Namun, uji ini bisa juga dilakukan pada sebuah variabel dengan logika bahwa jika secara individual tiaptiap variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara bersama-sama multivariate variabel-variabel tersebut dianggap memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2001:69. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat plots antara nilai prediksi ZPRED dengan residual SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarplots antara SRESID dengan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di- studentized Ghozali, 2001:69. 3. Uji Multikolinieritas Adanya multikolinieritas merupakan pelanggaran dalam asumsi klasik. multikolinieritas maksudnya tidak boleh terjadi hubungan antarvariabel bebas independent. Untuk mendeteksi gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan menggunakan besaran VIF Variance Influence Faktor dan angka toleran. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikol apabila mempunyai nilai VIF lebih kecil daripada 10 dan angka tolerance mendekati 1 Santosa, 2000:206. c. Metode Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Data pada penelitian ini merupakan data ordinal. Universitas Sumatera Utara Penulis menganalisis data dengan menggunakan Metode Analisis Regresi Linier Berganda. Rumus Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 Keterangan : + e Y = keputusan nasabah a = konstanta b 1 = koefisien X 1 X 1 b = suku bunga 2 = koefisien X X 2 2 b = prosedur penyaluran kredit 3 = koefisien X X 3 3 e = standar error = fasilitas pelayanan Dalam penelitian ini data yang diuji dengan beberapa tahapan antara lain: 1. Uji-t Uji-t dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Ho : X 1 = X 2 Tidak ada perbedaan yang berarti antara X 1 dan X 2 Ho : X 1 ≠ X 2 Terdapat perbedaan yang berarti antara X 1 dan X 2 Kriteria pengambilan keputusan: Ho Diterima jika t hitung t tabel pada α = 5 Ha Diterima jika t hitung t tabel pada α = 5 2. Uji-F Universitas Sumatera Utara Uji-F dimaksudkan untuk dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan: Ho Diterima jika F hitung F tabel p ada α = 5 Ha Diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 3. Pengujian Koefisien Determinasi R² Koefisien determinasi R² digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variabel bebas yang diteliti yaitu pemberian kredit X dengan peningkatan kemampulabaan Y sebagai variabel terikat. Semakin besar nilai koefisien determinasi, semakin baik kemampuan variabel X menerangkan variabel Y. Universitas Sumatera Utara BAB II URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Happy N.Y.Banjarmahor 2008 meneliti Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit Pada PT. Bank Sumut Cabang Tarutung. Dengan variabel bebas, tingkat suku bunga X 1 ; jangka waktu X 2 ; jumlah kredit X 3 ; pelayanan nasabah X 4 Winda 2009 meneliti Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Deposito PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk Cabang Medan. Dengan variabel bebas, tingkat suku bunga X , variabel terikat; permintaan kredit Y. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan dengan koefisien determinasi 90,3. 1 ; fasilitas dan pelayanan X 2 ; keamanan dana simpanan X 3 ; promosi X 4

B. Perilaku konsumen

, variabel terikat; keputusan nasabah untuk deposito Y. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai berpengaruh positif terhadap keputusan nasabah dengan koefisien determinasi 52,3.

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menurut James F. Engel dalam Mangkunegara 2009:3 didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Universitas Sumatera Utara Menurut Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf dalam Mangkunegara 2009:3, perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya. Menurut David L. Loudon dan Albert J. Della Britta dalam Suryani 2008:7, perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan, dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi 2005:11, faktor-faktor yang mempengarui perilaku konsumen adalah: 1. Faktor Kebudayaan a. Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling besar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila mahkluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat niali, persepsi preferensi Universitas Sumatera Utara dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga-lembaga sosial penting lainnya. b. Sub Budaya Setiap kebudayaan terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. c. Kelas Sosial Kelas-kelas sosial adalah kelompok- kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa. 2. Faktor-Faktor Sosial a. Kelompok Referensi Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa diantarannya adalah kelompok- kelompok primer, yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan, seperti keluarga, teman, tetangga, dan teman sejawat. Kelompok-kelompok sekunder, yang cenderung lebih resmi yang mana interaksinya yang terjadi kurang berkesinambungan. Kelompok yang seseorang ingin menjadi anggotanya disebut kelompok aspirasi. Sebuah kelompok diasosiatif memisahkan diri adalah sebuah kelompok yang nilai atau perilakunya tidak disukai oleh individu. Universitas Sumatera Utara Para pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok- kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka pada tiga cara. Pertama, kelompok referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru. Kedua, mereka juga mempengaruhi sikap dan konsep jati diri seseorang karena orang tersebut umunya ingin “menyesuaikan diri”. Ketiga, mereka menciptakan pilihan produk dan merek seseorang. b. Keluarga Dapat dibedakan antara keluarga dalam kehidupan pembeli, yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup dan anak-anak seseorang. Keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif. c. Peran dan Status Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya keluarga, klub, organsasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. 3. Faktor Pribadi a. Umur dan Tahapan Dalam Siklus hidup Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasikan tahapan-tahapan dalam hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Universitas Sumatera Utara b. Pekerjaan Para pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produkdan jasa tertentu. c. Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya, tabungan dan hartanya termasuk persentase yang mudah dijadikan uang, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabunng. d. Gaya Hidup Pola gaya hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu di balik kelas sosial seseorang. e. Kepribadian dan Konsep Diri Karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. 4. Faktor Psikologis a. Motivasi Beberapa kebutuhan bersifat biogenik. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu seperti lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan Universitas Sumatera Utara yang timbul dri keadaan fisiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. b. Persepsi Sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi, yaitu perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, mengingat kembali yang selektif. Faktor-faktor persepsi ini yaitu pemasar harus bekerja agar pesan yang disampaikan diterima. c. Proses Belajar Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. d. Kepercayaan dan Sikap Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3. Tahap-Tahap Dalam Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Setiadi 2005:16 proses yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku sesudah pembelian, keseluruhan dapat terlihat pada gambar 2.1: A. B. Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan Sumber: setiadi 2005:16, diolah Mengenali kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan membeli Perilaku pasca pembelian Universitas Sumatera Utara Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Pengenalan Masalah Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi yang sesungguhnya yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalm kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga, atau seks meningkat hingga tingkat tertentu dan berubah menjai dorongan. Suatu kebutuhan dapat juga timbul karena disebabkan rangsangan eksternal, seperti seseorang yang melewati warung bakso dan mencium aroma bakso sehingga dapat merangsang rasa lapar. 2 Pencarian Informasi Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Pencarian informasi secara aktif di mana ia mencari bahan-bahan bacaan, menelpon teman-temannya, dan melakukan kegiatan-kegiatan mencari untuk mempelajari yang lain. Umunya jumlah aktivitas pencarian konsumen akan meigkat bersamaan dengan kosumen berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan berpengaruh relatif dari masing-masing sumber terhadap keputusan membeli. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan mmenjadi empat kelompok, yaitu: a sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan Universitas Sumatera Utara b sumber komersial: iklan, tenaga penjualan, peyalur, kemasan, dan pameran c sumber umum: media massa, organisasi konsumen d sumber pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan produk 3. Evaluasi Alternatif Ada beberapa proses evaluasi konsumen yang bersifat kognitif, yaitu permasalahan memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional. Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang dimana setiap merek berbeda pada ciri-ciri masing-masing kepercayaan merek menimbulkan merek. 4. Keputusan Membeli Pada tahap evaluasi kosumen membentuk preferensi terhadap merek- merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai. Walaupun demikian, dua faktor dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang utama adalah sikap oranng lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal: 1. Intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap altrnatif pilihan konsumen dan 2. Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin tinggi intensitas sikap orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya. Universitas Sumatera Utara Tujuan pembelian dipengaruhi oleh faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor- faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli. 5. Perilaku Sesudah Pembelian Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian. 6. Kepuasan Sesudah Pembelian Pembelian suatu produk, mungkin konsumen mendeteksi adanya suat cacat. Beberapa pembeli tidak akan menginginkan produk cacat tersebut, yang lainnya akan bersifat netral dan beberapa bahkan mungkin melihat cacat itu sebagai sesuatu yang meningkatkan nilai dari produk. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari dekatnya antara harapan dari pmbeli tentag produk dan kemampuan dari produk tersebut. 7. Tindakan-Tindakan Sesudah Pembelian Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk Universitas Sumatera Utara itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan mengambil satu atau dua tindakan. Mereka mungkin mengurangi ketidakcocokannya dengan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut, atau mereka mungkin berusaha mengurangi ketidakcocokannya dengan mencari informasi yang mungkin menginformasikan produk tersebut sebagai bernilai tinggi atau menghindari informasi yang mengkonfirmasikan produk tersebut sebagai bernilai rendah. C.Kredit 1. Pengertian kredit Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila sesorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Kasmir, 2004:72. Pengertian kredit Perbankan tahun 1992, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara suatu perusahaan dengan pihak pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah uang, imbalan pembagian hasil keuntungan. Menurut pasal 1 ayat 11 UU No.101998 tentang Perubahan UU No.71992 tentang perbankan; Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kredit adalah pemberian pinjaman oleh bank atau lembaga keuangan lainnya kepada nasabahnya untuk membiayai kegiatan usahanya dalam jumlah tertentu dalam jangka waktu yang disepakati kedua belah pihak dengan ketentuan- ketentuan antara lain kesediaan debitur unuk membayar kembali kreditnya, termasuk beban bunganya.

2. Fungsi Kredit

Menurut Sinungan dalam Abdullah 2005:211, fungsi kredit adalah: 1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang 2. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang 3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 4. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi 5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat 6. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional 7. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

3. Manfaat dan Tujuan Kredit

Menurut Longenecker 2001:387, manfaat kredit yaitu: 1. Pergaulan yang lebih dekat dengan para konsumen karena kepercayaan penuh yang diberikan 2. Penjualan yang lebih mudah melalui ฀ector pesanan melalui telepon dan pos 3. Memberikan penjualan yang tertinggi dan terendah dengan lebih terang, karena kekuatan pembelian yang selalu tersedia Universitas Sumatera Utara 4. Akses yang mudah pada sarana yang dapat membuat perusahaan tetap kompetitif. Menurut Abdullah 2005:84, tujuan kredit yaitu: 1. Dalam pendekatan mikro ekonomi, tujuan pemberian kredit guna mendapatkan suatu nilai tambah baik bagi nasabah debitur maupun bagi bank sebagai kreditur. 2. Bagi nasabah sebagai debitur dengan mendapatkan kredit bertujuan untuk mengatasi kesulitan pembiayaan dan meningkatkan usaha dan pendapatan dimasa depan. 3. Sedangkan bagi pihak bank sendiri juga diharapkan melalui pemberian kredit akan menghasilkan pendapatan bunga sebagai pengganti harga dari pinjaman itu sendiri. 4. Sedangkan dalam pendekatan makro ekonomi pemberian kredit merupakan salah satu faktor untuk menjaga keseimbangan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Menurut Sinungan dalam Abdullah 2005:211, tujuan pemberian kredit adalah: 1. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi 2. Keamanan bank, yaitu keamanan untuk nasabah penyimpan, yang sehingga melalui kumulasi kredit, bank akan menambah dananya sendiri.

4. Jenis-jenis Kredit

Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank Universitas Sumatera Utara kepada masyarakat. Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memilik berbagai karakteristik tertentu. Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah: Menurut Abdullah 2005:85, klasifikasi kredit terdiri atas: 1. Menurut tujuan pemberian penggunaan a. Kredit komersial, yaitu kredit yang ditujukan untuk membiayai kebutuhan dana usaha, baik dalam bentuk kredit revolving. Jenis kredit komersial misalnya: pinjaman rekening ฀ecto overdraft facility, pembiayaan giro mundur, pinjaman askep demand loan, anjak piutang factoring, pinjaman berjangka term loan, bank garansi bank guarantee. b. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk pembelian barang tertentu bukan keperluan usaha aktivitas yang produktif melainkan untuk pemakaian konsumsi dan merupakan pinjaman yang bersifat non-revolving. Jenis kredit konsumtif misalnya: kredit pemilikan rumah, kredit pemilikan kendaraan, kartu kredit, kredit konsumtif lainnya. 2. Menurut Jangka Waktu Kredit a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu maksimun satu tahun. Dalam kredit jangka pendek ini termasuk juga kredit untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Universitas Sumatera Utara b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu diatas satu tahun sampai dengan tiga tahun, kecuali kredit untuk tanaman musiman tersebut di atas. c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. 3. Menurut Bentuk Jaminan a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan karena adanya jaminan dari debitur, baik berupa harta bergerak maupun harta tidak bergerak b. Kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit dengan tidak berdasarkan barang jaminan. Kredit tanpa jaminan biasanya diberikan kepada nasabah lama yang oleh pihak telah diketahui benar-benar memiliki reputasi baik dalam membayar angsuran pinjaman. 4. Menurut Status Hukum Debitur a. Kredit debitur korporasi, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur berstatus badan hukum corporate loans dan dalam jumlah kredit berskala menengah besar. b. Kredit bagi debitur perorangan, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur berstatus perorangan personal loans dan dalam kredit berskala kecil. 5. Menurut Segmen Usaha a. Whole loans, yaitu kredit yang diberikan kepada individu maupun korporasi untuk menjalankan bidang usaha, misalnya perdagangan, Universitas Sumatera Utara faktor, dan lain-lain sebagai tambahan modal kerja. Kredit semacam ini ada kesamaan dengan kredit komersial. b. Retail loans, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah debitur untuk tujuan konsumsi. Kredit semacam ini ada kesamaan dengan kredit konsumtif. 6. Menurut Sifat Pemakaian Dana a. Kredit revolving, yaitu kredit yang dananya dapat ditarik berulang- ulang, artinya jumlah kredit dapat ditarik sekaligus atau secara bertahap bergantung pada kebutuhan debitur. b. Kredit non-revolving, yaitu kredit yang dananya dilakukan sekaligus dan pelunasannya dilakukan secara bertahap maupun sekaligus. 7. Menurut Sumber Dana Pembiayaan a. Kredit likuiditas, yaitu kredit yang sebagian sumber dana pembiayaannya diperoleh melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI b. Kredit pihak ketiga, yaitu kredit yang sebagian sumber dana pembiayaannya diperoleh dari dana pihak ketiga giro, tabungan, deposito.

5. Unsur-unsur Kredit

Setiap pemberian kredit sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam mengandung beberapa arti. Atau dengan kata lain pengertian kata kredit jika dilihat secara utuh mengandung beberapa makna, sehingga jika kita bicara kredit maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung di Universitas Sumatera Utara dalamnya. Menurut Kasmir 2004:74, adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1 Kepercayaan 2 Kesepakatan 3 Jangka waktu 4 Resiko Sedangkan menurut Abdullah 2005:84, unsur-unsur kredit terdiri dari: 1 Adanya pihak yang memberi pinjaman kreditur 2 Adanya pihak yang meminjam debitur 3 Adanya objek yang dipinjamkan 4 Unsur perjanjian 5 Unsur waktu pinjaman 6 Adanya kesepakatan dalam perjanjian

6. Prinsip-prinsip Kredit

Tahap yang paling menetukan dalam analisis dan pengambilan keputusan pemberian kredit adalah penentuan layak atau tidak permohonan kredit calon debitur. Menurut Abdullah 2005:94, dalam dunia perbankan prinsip analisis kredit dikenal dengan konsep 5C; yaitu: a. Character watak b. Capacity kapasitas c. Capital modal d. Condition kondisi e. Collateral jaminan Universitas Sumatera Utara Selain konsep prinsip 5C tersebut di atas, dalam prakteknya bank juga seringkali menerapkan dasar penilaian yang sering disebut dengan prinsip 4P; yaitu: 1. Personality 2. Purpose 3. Prospect 4. Payment

7. Pengawasan Kredit

Pengawasan kredit Abdullah, 2005:95 merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit. Selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak dini saat penilaian jaminan. Menurut Sinungan dalam Abdullah 2005:95, Pengamanan kredit merupakan suatu mata rantai kegiatan bank. Langkah pengamanan ini dimulai sejak bank merencanakan untuk memberikan kredit. Dalam menyusun rencana dengan sekaligus perhitungan plafond, bank telah memperhitungkan berbagai segi yang dapat dijangkau oleh kemampuan operasional. Mengatur alokasi kredit yang favourable, diberikan ke nasabah-nasabah mana serta dengan jumlah plafond berapa dan sebagainya, merupakan langkah-langkah untuk menjaga keamanan kredit. Dengan demikian pengawasan kredit menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi: Universitas Sumatera Utara 1. Preventif control Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan penggunaan kredit. 2. Represif control Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengatasi setiap penyimpangan yang terjadi. Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan Umum Perum Pegadaian

Timbulnya badan-badan usaha yang memberikan pinjaman-pinjaman uang dengan tanggungan barang jaminan dimulai pada abad pertengahan di Italia Utara Lombardia, yang kebanyakan ditangani oleh orang Yahudi. Pada abad ke-X dan abad ke-XI, lembaga-lembaga pinjaman uang meyebar ke negara-negara Eropa yaitu Italia, Inggris, termasuk Belanda yang dikenal sebagai “Lembaga Perkreditan Bank Van Leening”. Keuntungan sebesar-besarnyalah yang mereka cari dalam memberikan pinjaman sehingga akhirnya menjurus kearah pemerasan. Pengenalan usaha Pegadaian di Indonesia diawali pada masa masuknya Kolonial Belanda sekitar abad ke-19, yaitu sejak masa VOC Verenigde Oost Indesche Compaqnie. Sampai dewasa ini Pegadaian telah mengalami 5 lima periode pemerintahan. a. Periode VOC 1746-1811 Lahirnya Lembaga Pegadaian di Indonesia ditandai dengan berdirinya sebuah Bank Van Leening pada masa VOC Verenigde Oost Indesche Compaqnie pada tanggal 20 Agustus 1746 di Jakarta, berdasarkan Surat Keptusan Gubernur Van Imhoff. Bank Van Leening nama lembaga gadai pada masa itu, selain memberikan pinjaman gadai, juga bertindak sebagai Wessel Bank. Pada mulanya lembaga ini merupakan perusahaan campuran antara pemerintah VOC dan swasta dengan perbandingan modal 23 modal VOC dan 13 modal swasta. Usaha patungan ini dihapuskan sejak tahun 1974 dan Bank Van Leening menjadi monopoli pemerintah dan diusahakan sepenuhnya oleh pemerintah. Universitas Sumatera Utara b. Periode penjajahan Inggris 1811-1816 Tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaan dari pemerintah Belanda kepada pemerintahan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Raffles. Bank Van Leening dihapuskan pada masa penjajahan Inggris karena menurut Raffles sebagai penguasa pada waktu itu tidak menyetujui adannya Bank Van Leening yang dikelola oleh pemerintah. Raffles mengeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang dapat mendirikan badan perkreditan asal mendapat izin dari penguasa. Peraturan ini dikenal dengan sebutan Licentie Steltel. Licentie Steltel ternyata tidak menguntungkan pemerintah melainkan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar. Tahun 1814 Licentie Steltel dihapuskan dan diganti dengan Pacht Steltel, dimana anggota masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat sanggup membayar sewa kepada pemerintah. c. Periode penjajahan Belanda 1816-1942 Tahun 1816 Belanda kembali menguasai Indonesia. Pacht Steltel semakin berkembang, baik dalam arti perluasan wilayah maupun jumlahnya akan tetapi ternyata para pachters penerima gadai banyak yang sewenang- wenang dalam menetapkan bunga, tidak melelangkan barang-barang jaminan yang sudah kadaluarsa, tidak membayar uang kelebihan kepada yang berhak. Tahun 1870 Pacht Steltel dihapuskan dan diganti dengan Licentie Steltel dengan maksud untuk mengurangi pelanggaran- pelanggaran yang merugikan masyarakat dan pemerinthah. Usaha ini juga Universitas Sumatera Utara tidak berhasil karena ternyata penyelewengan masih terus berjalan tanpa menghiraukan peraturan yang berlaku, sehingga timbullah kehendak pemerintah untuk menyelenggarakan sendiri monopoli badan perkreditan gadai ini, yaitu dengan mengeluarkan tentang monopoli diantaranya Stb. No. 794 tahun 1915 dan Stb. No. 28 tahun 1921. Monopoli yang dilakukan pemerintah bermaksud untuk melarang masyarakat umum memberik uang pinjaman dan melakukan usaha dengan cara menerima gadaian. Pada tanggal 1 Maret 1901 dengan Stb. No. 131 tanggal 12 Maret 1901, didirikanlah pegadaian di Sukabumi. Pegadaian ini kemudian diresmikan sebagai pegadaian pertama di Indonesia. Selanjutnya diikuti dengan didirikannya pegadaian di Cianjur, Purworejo, Bogor, Tasikmalaya, dan Bandung pada tahun 1902. Semua pegadaian di Jawa dan Madura sudah ditangani seluruhnya oleh pemerintah sampai dengan tahun 1917 dan telah berkembang baik. Menjelang akhir periode penjajahan usaha gadai merupakan monopoli pemerintah dengan status jawatan dalam lingkungan kantor besar keuangan. Baru pada tahun 1930 berdasarkan Stb. No. 266 tahun 1930, pegadaian Negara tersebut diubah statusnya menjadi perusahaan Negara dipisahkan dari harta kekayaan Negara pemerintah. d. Periode penjajahan Jepang 1942-1945 Pegadaian masih merupakan instansi pemerintah dengan status jawatan, pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan pada periode penjajahan Jepang. Lelang dihapuskan dan barang berharga seperti emas intan dan berlian di pegadaian diambil oleh pemerintah Jepang. Universitas Sumatera Utara e. Periode Kemerdekaan Perjuangan melawan penjajahan telah selesai. Penataan menyeluruh baik ideologi, sistem kenegaraan maupun ekonomi terus diupayakan. Penataan ekonomi dimasa pembangunan, sampai saat ini pegadaian mengalami tiga perubahan status bentuk perusahaan. 1. Status Perusahaan Negara Perpu No. 19 tahun 1960 menetapkan bahwa semua perusahaan yang modalnya berasal dari pemerintah dijadikan perusahaan-perusahaan Negara yang bentuknya beraneka ragam hanya menjadi satu bentuk saja. Sejalan dengan perpu tersebut, maka dengan Peraturan Pemeritah No. 178 tahun 1961 tanggal 3 Mei 1961 Jawatan Pegadaian diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara. 2. Status Perusahaan Jawatan Inpres No. 17 tahun 1967 diwujudkan dengan dikeluarkannya Perpu No. 1 athun 1960 yang diundangkan dengan UU No. 9 tahun 1969. Undang-undang ini mengatur bentuk usaha negara tiga bentuk yaitu Perjan, Perum, dan Persero. Sejalan dengan ketentuan Undang-undang tersebut maka dikeluarkan Peraturan pemerintah No. 17 tahun 1969 status Perusahaan Negara Pegadaian ditetapkan menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian. 3. Status Perusahaan Umum Sejak April 1990 status hukum dialihkan dari Perjan menjadi Perusahaan Umum melalui Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990. Peraturan Pemerintah ini mengatur perubahan Universitas Sumatera Utara bentuk Perjan. Pegadaian menjadi Perum Pegadaian Lembaran Negara 1990 No. 14. Perubahan status hukum tersebut perusahaan dikelola layaknya seperti Perseroan Terbatas, hanya saja modal tidak terdiri dari saham, tetapi bentuk penyertaan modal Pemerintah. Status Perum ini terus berlangsung hingga sekarang sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 103 tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Perum Pegadaian. Pegadaian adalah suatu lembaga perkreditan tertua bercorak khusus, berdiri sejak jaman penjajahan Belanda dan telah dikenal masyarakat sejak lama, khususnya masyarakat golongan berpenghasilan menengah dan bawah. Pegadaian mempunyai tugas memberikan pelayanan jasa kredit berupa pinjaman uang dengan jaminan barang bergerak. Perusahaan Umum Perum Pegadaian dengan usahanya adalah penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan dan bertujuan untuk: a Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, b Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. Perusahaan menyelenggarakan usaha dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi serta terjaminnya keselamatan kekayaan Negara yaitu sebagai berikut: 1 Penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai Universitas Sumatera Utara 2 Penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia kepercayaan, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi serta usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaan dengan persetujuan Menteri Keuangan. Perusahaan menjalankan usaha jasa simpan syariah ijaroh, sejak tanggal 10 Januari 2003 selain penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai. Perusahaan Umum Perum Pegadaian berkantor pusat di Jalan Kramat Raya No. 162 Jakarta, dengan 13 Kantor Wilayah serta 2.089 Cabang dan Unit Pelayanan Cabang di seluruh Indonesia pada tanggal 31 Desember 2008. Salah satu Kantor Wilayah berada di Medan yang beralamat di Jl. Pegadaian No. 112 Medan.

B. Struktur Organisasi Perusahaan