perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian
profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. 4. Stabilitas usaha, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang- hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan
untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
2.3.1. Analisis Trend
Menurut Munawir 2007, Analisis trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase trend
percentage analysis adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan
tensensi tetap, naik atau bahkan menurun. Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam prosentase trend
percentages diperlukan dasar pengukurnya atau tahun dasarnya. Biasanya data atau laporan keuangan dari tahun yang paling awal dalam deretan laporan
keuangan yang dianalisis tersebut dianggap sebagai tahun dasar. Menurut Munawir 2007, tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan
keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka index 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode-periode yang dianalisis
dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang
dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara
masing-masing pos suatu tahun dengan tahun dasarnya.
2.3.2. Analisis Rasio
Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi
keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Menurut Munawir 2007, rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan mathematical relationship antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Sedangkan menurut Riyanto 2008, pengertian rasio itu
sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam ”arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data
keuangan. Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas Riyanto,2008, yaitu: 1. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas yaitu
rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, serta membantu manajemen untuk
mengecek modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat
apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar tepat pada waktunya, memelihara modal kerja yang cukup untuk
operasi normal, membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan dan memelihari tingkat kredit yang menguntungkan. Analisis likuiditas
pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio berikut: a.
Current Ratio Perbandingan antara junlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan atau tagihan dari para kreditur segera dapat berubah
menjadi tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang atau tagihan tersebut.
b. Quick Ratio
Rasio yang dihitung degan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dibagi dengan hutang lancar.
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur tersebut seringkali merupakan kerugian jika
terjadi likuiditas. Oleh karena itu, rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemamapuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan.
c. Cash Ratio
Rasio yang dihitung dari penjumlahan atas kas dan efek yang dibagi dengan hutang lanacar. Rasio menunjukan kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera
diuangkan. d.
Working Capital to Total Assets Ratio Rasio yang dihitung atas pegurangan aktiva lancar dengan hutang
lancar yang nantinya dibagi dengan jumlah aktiva. Rasio ini untukmenghitung likuiditas dari total aktiva dan posisi moda
kerja. 2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu
perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Kondisi
keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Rasio-rasio
yang umum digunakan dalam rasio solvabilitas antara: a.
Total Debt to Capital Assets Mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk
mendanai pembelian, investasi atau aktiva perusahaan. Semakin besar nilai rasio berarti semakin besar resiko yang ditanggung
perusahaan. Semakin kecil nilainya berarti semakin baik karena jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin kecil.
b. Total Debt to Equity Ratio
Perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri
perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin
rendah demikian pula sebaliknya c.
Long Term Debt to Equity Ratio Perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Semakin besar nila rasio ini, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang jangka panjang semakin rendah
demikian juga sebaliknya. d.
Tangible Assets Debt Coverage Untuk mengukur sejauh mana besarnya aktiva tetap tangible
yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang. Jika nilai nya semakin kecil kurang mendekati angka nol, maka
semakin kecil aktiva tangible yang dapat menjamin hutang jangka panjang.
e. Time Interest Earned Ratio
Untuk mengukur besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Semakin besar nilainya, maka
semakin besar yang dijaminnya. 3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan
sumber-sumber dananya. Rasio aktivitas terdiri dari: a. Total Assets Turnover Ratio
Memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Dengan kata lain adalah
kecepatan berputarnya total aktiva dalam satu periode tertentu. Semakin cepat perputarannya yang ditunjukkan dengan angka
rasio yang lebih besar adalah semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan total aktivanya dengan efisiensi untuk
menghasilkan penjualan. b. Receivable Turnover Ratio
Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Perusahaan yang
mempunyai kesulitan dalam penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang rendah.
Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah
dan rasionya tinggi c. Average Collection Peroid
Memberikan gambaran tentang berapa periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang.
d. Inventory Turnover Memberikan gambaran tentang kemampuan dana yang tertanam
dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. e. Average Day’s Inventory
Memberikan gambaran tentang berapa periode rata-rata persediaan barang berada di gudang.
f. Working Capital Turnover Memberikan gambaran tentang kemampuan modal kerja berputar
dalam suatu oeriode siklus kas dari perusahaan. 4. Rasio Profitabilitas
Rasio profabilitas menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan-keputusannya. Rasio profitabilitas terdiri dari:
a. Gross Profit Margin Rasio ini mengukur ukuran persentase dari hasil sisa penjualan
sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relative semakin
rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi.
b. Net Profit Margin Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi usaha, beban lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan.
Rasio ini merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran.
c. Rate of Return On Investment Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan. Rasio ini juga membandingkan laba operasional dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
kondisi perusahaan yang semakin baik. d. Operating Profit Margin
Menggambarkan tentang laba operasi sebelum bunga dan pajak neto operating income yang dihasilkan oleh setiap rupiah
perusahaan. e. Operating Ratio
Menggambarkan tentang seberapa banyak biaya operasi dalam setiap rupiah penjualan.
f. Rate of Return an Total Assets Menggambarkan tentang kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor pemegang obligasi + saham.
g. Rate of Retur on Net Worth ROE Menggambarkan tentang kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferan dan saham biasa.
2.3.3. Analisis Dupont