Kestabilan Titik Tetap Sistem Dinamik

Maka syarat batas menjadi , 0, [ , ] 0. t x t T p T R H T R M x T T = = + = = 2.21

b. Masalah Unit Waktu Tak Terbatas

Pada kasus dimana x T tak negatif [ 0] i x T ≥ dengan i dan T besar dalam hal ini T → ∞ , syarat batas yang harus dipenuhi adalah: , i i x T p T ≥ dan i i p T x T = dengan fungsi scrap didefinisikan dengan: 1 min , 0 n i i S x c x ≡ ∑ di mana { , 0, i i i S c x x x ∂ = ≥ ∂ sehingga syarat batas i x p T S = disederhanakan menjadi: 0, i i p T x T ≥ ≥ dan i i p T x T = Syarat batas tersebut dikenal dengan istilah syarat Arrow-Kurz. Walaupun syarat batas ini sering digunakan untuk menyelesaikan masalah- masalah ekonomi, terdapat juga beberapa kesulitan dalam penggunaannya. Syarat Arrow-Kurz untuk waktu takhingga [ 0] p x ∞ ∞ = ini dapat digunakan untuk kasus tertentu dengan syarat batas p x ∂ ≥ . Untuk t yang berukuran besar akan berlaku: [ ] p t x t p t x t x t ∂ ≡ − ≥ [ ] [ ] p t x t p t x t ≡ − ≥ lim lim x t p t x t p t x t →∞ →∞ − ≥ Sehingga syarat batas yang dapat digunakan: lim t p t x t →∞ = lim t p t x t →∞ [Tu, 1993]

2.3 Kestabilan Titik Tetap Sistem Dinamik

Sistem Dinamik SD adalah suatu sistem yang berubah sesuai dengan waktu. Sistem Dinamik dinyatakan sebagai berikut : dx x f x dt = = ; 1 2 [ , ,..., ] T n x x x x = dengan f x merupakan fungsi dari x . [Kreyszig, 1993] Sistem Persamaan Diferensial Mandiri Misalkan diberikan suatu sistem persamaan diferensial orde 1 sebagai berikut: , , dx x f x y dt dy y g x y dt = = = = 2.22 f dan g fungsi kontinu bernilai real dari x dan y , dengan laju perubahan x dan y dinyatakan dengan fungsi x dan y sendiri serta tidak berubah terhadap waktu, maka sistem 2.22 merupakan sistem persamaan diferensial mandiri. [Verhulst, 1990] Sistem Persamaan Diferensial Linear SPDL Suatu persamaan diferensial linear orde 1 dinyatakan sebagai x a t x g t + = dengan a t dan g t adalah fungsi dari waktu t . Bila a t adalah suatu matriks berukuran n n × dengan koefisien konstan dan g t dinyatakan sebagai vektor konstan b maka diperoleh bentuk SPDL sebagai berikut , 0 dx x Ax b x x dt = = + = 2.23 [Farlow, 1994] Titik Tetap Diberikan SPD dx x f x dt = = , . n x ∈ ℜ Titik x disebut titik tetap jika f x = . Titik tetap disebut juga titik kritis atau titik kesetimbangan. [Kreyszig, 1993] Titik Tetap Stabil Misalkan x adalah titik tetap sebuah SPD mandiri dan x t adalah kondisi yang memenuhi kondisi awal x x = dengan x x ≠ . Titik x dikatakan titik tetap stabil jika 8 untuk sebarang radius ε , terdapat r sehingga jika posisi awal x memenuhi | | x x r − , maka solusi x t memenuhi | | x t x ε − untuk t . [Verhulst, 1990] Titik Tetap Tidak Stabil Misalkan x adalah titik tetap sebuah SPD mandiri dan x t adalah solusi yang memenuhi kondisi awal x x = dengan x x ≠ . Titik x dikatakan titik tetap tidak stabil jika untuk sebarang radius ε , terdapat r sehingga jika posisi awal x memenuhi | | x x r − , maka solusi x t memenuhi | | x t x ε − untuk paling sedikit satu t . [Verhulst, 1990] Pelinearan Untuk suatu SPD taklinear, analisis kestabilannya dilakukan melalui pelinearan. Misalkan diberikan SPD taklinear sebagai berikut , . n x f x x = ∈ℜ 2.24 Dengan menggunakan ekspansi Taylor untuk suatu titik tetap x , maka persamaan 2.24 dapat ditulis sebagai berikut . x Ax x ϕ = + 2.25 Persamaan tersebut merupakan SPD tak linear dengan A adalah matriks Jacobi, x x A Df x Df x = = = 1 1 1 1 n n n n f f x x f f x x ∂ ∂ ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ∂ ∂ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ ∂ ∂ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ∂ ∂ ⎣ ⎦ L M O M L 11 1 1 n n nn a a a a ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ L M O M L dan x ϕ suku berorde tinggi yang bersifat lim x x ϕ → = . Selanjutnya Ax pada persamaan 2.25 disebut pelinearan dari sistem taklinear persamaan 2.24 yang didapatkan dalam bentuk x Ax = 2.26 [Tu, 1994] Nilai Eigen dan Vektor Eigen Misalkan A adalah matriks n n × , maka suatu vektor taknol x di dalam n ℜ disebut vektor eigen dari A , jika untuk suatu skalar λ , yang disebut nilai eigen dari A berlaku . Ax x λ = 2.27 Vektor x disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen λ . Untuk mencari nilai eigen dari matriks A yang berukuran n n × , maka persamaan 2.27 dapat dituliskan sebagai berikut A I x λ − = 2.28 dengan I matriks identitas. Persamaan 2.27 mempunyai solusi tak nol jika dan hanya jika det A I λ − = 2.29 persamaan 2.29 disebut persamaan karakteristik. [Anton, 1995] Analisis Kestabilan Titik Tetap Misalkan terdapat SPDL x Ax = dengan a b A c d ⎡ ⎤ = ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ memiliki persamaan karakteristik det A I λ − = 2 λ τλ δ − + = dengan tr A a d τ = = + dan det A ad bc δ = = − maka diperoleh nilai eigen dari A adalah 2 1,2 1 4 . 2 λ τ τ δ = ± − 2.30 Analisis kestabilan titik tetap dilakukan untuk setiap nilai eigen yang diperoleh pada persamaan 2.30, sehingga terdapat tiga kasus yang bergantung pada nilai 2 4 τ δ − , yaitu Kasus I 2 4 τ δ − Nilai eigen yang diperoleh real dan berbeda 1 2 λ λ ≠ dengan solusi yang dapat dituliskan kembali sebagai berikut 1 2 1 1 2 2 t t x t c v e c v e λ λ = + 2.31 dengan 1 , λ 2 λ adalah nilai-nilai eigen dari matriks A . Vektor 1 v dan 2 v adalah vektor- vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai- nilai eigen tersebut. Pada kasus ini kestabilan titik tetap mempunyai tiga sifat, yaitu 9 i. Jika nilai eigen negatif 1 λ dan 2 λ dengan τ dan δ , maka dari persamaan 2.31 diperoleh lim t x t →∞ = , sehingga titik tetapnya bersifat simpul stabil. Gambar 1 Simpul stabil. ii. Jika nilai eigen positif 1 λ dan 2 λ dengan τ dan δ , maka dari persamaan 2.31 diperoleh lim t x t →∞ = ∞ , sehingga titik tetapnya bersifat simpul takstabil. Gambar 2 Simpul takstabil. iii. Jika nilai eigen 1 λ dan 2 λ atau sebaliknya, dengan τ dan δ maka persamaan 2.31 diperoleh lim t x t →∞ = untuk 1 λ dan lim t x t →∞ = ∞ untuk 2 λ atau sebaliknya, x t akan menuju nol sepanjang vektor 1 v dan menuju takhingga sepanjang vektor 2 v atau sebaliknya sehingga membentuk asimtot pada bidang 1 v dan 2 v . Titik tetap ini adalah titik sadel. Gambar 3 Titik sadel. Kasus II 2 4 τ δ − = Nilai eigen yang diperoleh adalah nilai eigen real ganda 1 2 λ λ λ = = dengan solusi yang dapat dituliskan kembali sebagai berikut 1 1 2 1 2 t t x t c v e c tv v e λ λ = + + 2.32 Pada kasus ini kestabilan titik tetap mempunyai dua sifat, yaitu i Jika nilai eigen negatif 1 λ dan 2 λ maka dari persamaan 2.32 diperoleh lim t x t →∞ = , sehingga titik tetapnya bersifat stabil. ii Jika nilai eigen positif 1 λ dan 2 λ maka dari persamaan 2.32 diperoleh lim t x t →∞ = ∞ , sehingga titik tetapnya bersifat takstabil. Kasus III 2 4 τ δ − Nilai eigen yang diperoleh adalah nilai eigen kompleks. Misalkan nilai eigen yang diperoleh adalah 1,2 i λ α β = ± . Sistem yang memiliki nilai eigen tersebut dapat dilambangkan dengan x α β β α ⎡ ⎤ = ⎢ ⎥ − ⎣ ⎦ atau dalam bentuk skalar x x y y x y α β β α = + = − + 2.33 Dalam bentuk koordinat polar , r θ , cos x r θ = dan sin y r θ = , sehingga diperoleh 2 2 2 r x y = + dan tan y x θ = . Selanjutnya dengan menurunkan r terhadap waktu t , diperoleh 2 2 2 rr xx yy = + jika setiap ruas dikalikan 1 2 maka diperoleh rr xx yy = + 2.34 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 10 dengan mensubtitusi persamaan 2.33 ke dalam persamaan 2.34, maka akan didapatkan 2 2 rr x x y y x y rr x x x y y x y y rr x x y y rr x y α β β α α β β α α α α = + + − + = + − + = + = + Jadi diperoleh solusi t r t r e α = 2.35 Jika tan y x θ = diturunkan terhadap t , maka akan menghasilkan 2 2 2 2 sec sec xy yx x x xy yx θ θ θ θ − = = − 2.36 Dengan mensubtitusi persamaan 2.33 dan 2 2 2 sec x r θ = pada persamaan 2.36, akan diperoleh 2 2 2 2 r x x y y x y r x y θ β α α β θ β = − + − + = − + 2 2 r r θ β θ β = − = − Jadi diperoleh solusi t t θ β θ = − + 2.37 Solusi di atas mempunyai tiga kasus yang bergantung pada nilai α dan β seperti pada persamaan 2.35 dan 2.37, yaitu i. α Jika α , maka r t pada persamaan 2.35 berkurang pada saat t bertambah. Jika β maka t θ pada persamaan 2.37 akan berkurang pada saat t bertambah besar, sehinga arah gerak orbitnya akan bergerak searah jarum jam menuju titik tetap. Jika β , maka arah gerak orbitnya akan berlawanan dengan arah jarum jam menuju titik tetap. Dalam hal ini titik tetapnya bersifat spiral stabil. Gambar 4 Spiral stabil. ii. α = Jika α = , maka r t pada persamaan 2.35 tidak berubah sepanjang waktu t . Jika β maka t θ pada persamaan 2.37 akan membesar dan jika β maka t θ pada persamaan 2.37 akan mengecil. Karena r t tetap, maka gerak orbit membentuk suatu lingkaran dengan titik tetapnya sebagai pusat. Titik tetap tersebut disebut center. Gambar 5 Center. iii. α Jika α , maka r t pada persamaan 2.35 akan semakin besar pada saat t bertambah. Jika β maka t θ pada persamaan 2.37 akan berkurang pada saat t bertambah besar, sehingga arah gerak orbit akan bergerak searah jarum jam menjauhi titik tetap. Jika β , maka arah gerak orbitnya akan berlawanan dengan arah jarum jam. Titik tetap yang terjadi bersifat spiral takstabil. Gambar 6 Spiral takstabil. -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 [Strogatz, 1994] Diagram Fase Suatu persamaan diferensial x f x = tidak semuanya dapat diselesaikan secara kuantitatif. Jika hal ini terjadi maka diperlukan solusi kualitatif dalam bentuk diagram fase. Diagram fase akan menggambarkan perubahan kecepatan x terhadap x lihat Gambar 7. Jika x , maka kurva berada diatas sumbu horizontal, yaitu x naik sepanjang waktu yang ditujukan oleh arah panah dari kiri ke kanan. Jika x , maka kurva berada di bawah sumbu horizontal, yaitu x menurun sepanjang waktu. Pada sumbu horizontal, x = yaitu x tidak berubah, merupakan titik ekuilibrium atau titik tetap. Jika f x yaitu f x adalah fungsi turun, maka ekuilibrium stabil. Jika f x yaitu f x adalah fungsi naik, maka ekuilibrium tidak stabil. Gambar 7 Diagram fase. [Tu, 1994]

2.4 Teorema Amplop