k. Analisis Total Gula Luff-Schoorl Menimbang bahan padat yang sudah dihaluskan atau bahan cair
sebanyak 2,5 - 25 g tergantung kadar gula reduksinya, lalu pindahkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan 50 ml aquadest. Selanjutnya
tambahkan larutan Pb-asetat sebagai bahan penjernih tetes demi tetes sampai tidak menimbulkan pengeruhan lagi. Setelah itu, tambahkan
aquades sampai tanda tera dan disaring. Filtratnya ditampung dalam labu takar 200 ml. Untuk
menghilangkan kelebihan Pb tambahkan Na-oksalat anhidrat secukupnya, kemudian ditambah aquades sampai tanda tera, digojog dan
disaring. Selanjutnya diambil 25 ml filtrat bebas Pb yang diperkirakan mengandung 15 – 60 mg gula reduksi dan tambahkan 25 ml larutan
Luff-Schoorl dalam erlenmeyer. Dibuat juga perlakuan blanko yaitu 25 ml larutan Luff-Schoorl dengan 25 ml aquades.
Selanjutnya ditambahkan beberapa butir batu didih. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian dididihkan. Diusahakan
2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit. Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan ditambahkan 15 ml KI
20 dan dengan hati-hati tambahkan 25 ml H
2
SO
4
3. Analisis Sifat Fisik
26,5. Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai
indikator pati sebanyak 2 – 3 ml. Untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir
berakhir.
a. Pengukuran Kekentalan Brookfield viscometer Pengukuran kekentalan produk dilakukan dengan menggunakan
Brookfield viscometer yang mempunyai 4 jenis rotor dan dilengkapi dengan table yang memuat faktor pengali untuk masing-masing rotor
pada kecepatan rpm 60, 30, 12, 6. Sampel yang akan diukur kekentalannya, ditimbang sebanyak 100 ml. Selanjutnya diletakkan pada
gelas ukur 100 ml lalu diukur kekentalannya. Hasil pengukuran diperoleh dalam satuan sentipois dan suhu pada pengukuran suhu ruang.
4. Analisis Mikrobiologi
a. Uji Total Plate Count Fardiaz, 1992 Jumlah mikroba dihitung dengan metode tuang, menggunakan media
Plate Count Agar PCA. Puree buah ditimbang sebanyak 10 g dan ditambahkan dengan 90 ml larutan pengencer NaCl 85 sehingga
diperoleh pengenceran sebesar 10
-1
. Sebanyak 1 ml larutan sampel hasil pengenceran tersebut diambil dan ditambahkan 9 ml larutan
pengencer lain sehingga diperoleh larutan sampel dengan pengenceran 10
-2
demikian seterusnya hingga pengenceran 10
-4
. Media PCA yang telah didinginkan sampai suhu 45 – 47
o
C dituangkan ke cawan-cawan yang telah berisi 1 ml larutan sampel dengan berbagai
pengenceran, lalu cawan digerakkan membentuk angka 8. Setelah agar membeku, lalu diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 37
b. Uji Staphylococcus AOAC, 1995 C
selama 1- 2 hari. Koloni yang tumbuh dihitung jumlahnya dan untuk memperoleh total mikroba dihitung dengan cara mengalikan total
koloni dengan faktor pengenceran FP. Total mikroba CFUg = Jumlah mikroba yang memenuhi syarat x FP.
Total S.aureus Puree buah ditimbang sebanyak 10 g dan ditambahkan
dengan 90 ml larutan pengencer NaCl 85 sehingga diperoleh pengenceran sebesar
10
-1
. Selanjutnya
dari masing-masing
pengenceran dipipet dan dimasukkan kedalam dua buah cawan, kemudian ditambahkan medium VJA+asam tilurit. Sebarkan contoh
tersebut hingga homegen. Sebagai kontrol goreskan juga kultur S.aureus pada agar VJA+asam tilurit. Semua cawan diinkubasi pada
suhu 37
o
C selama 48 jam. Koloni S.aureus pada VJA berbentuk kecil berwarna hitam dikelilingi oleh areal berwarna kuning menunjukkan
terjadinya fermentasi manitol. Hitung jumlah koloni S.aureus dan dinyatakan dalam jumlah koloni per gr atau ml contoh.
c. Uji Koliform AOAC, 1995
Persiapan contoh
Dua contoh yang akan diuji, terdiri dari produk puree buah dan produk komersilnya. Contoh berbentuk semi padat
dibuat pengenceran 10
-1
, dengan membuat suspense 1:10 dengan cara menimbang 10 gr dan dicampurkan dengan 90 ml larutan pengencer.
Selanjutnya dibuat pengenceran 1:100 menggunakan larutan pengencer
9 ml. Uji Penduga
Terhadap masing-masing contoh dilakukan uji koliform menggunakan 4 seri tabungpengenceran. Inkubasi dilakukan pada
suhu 37 C selama 2 hari. Hitung jumlah positif dari setiap pengenceran
dan cocokkan dengan Tabel MPN 3seri, kemudian dinyatakan dalam
MPN koliform pendugaml contoh. Uji Penguat
Pilihlah dua tabung positif dari uji penduga dan digoreskan masing-masing pada agar cawan EMB, kemudian
diinkubasi pada suhu 37
o
d. Uji Escherichia coli AOAC, 1995
C selama 24-48 jam. Pada agar EMB dapat dibedakan antara koloni fekal E.coli dan non-fekal. Koliform fekal
berwarna gelap dengan sinar hijau metalik dan diameter kira-kira 0.5- 1.5 mm, sedangkan koloni non-fekal berwarna merah muda dengan
diameter 1.0-3.0 mm dan bagian tengahnya berwarna gelap seperti mata ikan.
Biasanya menghasilkan uji IMViC ++--, sedangkan bakteri koliform lainnya seperti Enterobacter aerogenes menghasilkan uji --++ atau --+.
Sebagai kontrol goreskan kultur E.coli yang disediakan pada agar EMB dan lakukan uji IMViC terhadap kultur tersebut. Untuk
mengidentifikasi E.coli dapat menggunakan Tabel 9. e. Uji Salmonella AOAC, 1995
Persiapan contoh dilakukan dengan cara mengencerkan sampel,
sampel diambil 10 gr kemudian diencerkan kedalam pengencer 90 ml, selanjutnya diambil 1 ml dan diinokulasikan masing-masing ke dalam
9 ml Selenite-Cystine Broth, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
o
C.
Uji penduga dilakukan dengan cara mengambil satu loop dari kultur
persiapan contoh dan digoreskan pada SSA. Setelah inkubasi selama 24-48 jam, tidak ditemukan adanya koloni salmonella yaitu berupa
koloni keruh atau bening dan tidak berwarna.
Tabel 9. Identifikasi E.coli
Uji Medium
Produk Akhir
Reaksi Positif
Indol Tryptone
Broth Indol
Warna merah pada penambahan
pereaksi Kovacs Merah
Metil MR-VP
Asam Organik
Warna merah pada penambahan
merah metil Voges-
Proskauer MR-VP
Asetil- metil
karbinol Warna merah tua
pada penambahan 5 alfa-naftol dan
40 KOH Citrat
Koser Citrat Alkali
Timbulnya kekeruhan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk Puree Buah
Dalam tahap pembuatan produk puree buah, salah satu proses penting yang berperan dalam menentukan mutu produk puree buah adalah proses pemilihan
buah, dimana buah yang terpilih adalah buah yang sehat dan benar-benar matang tetapi tidak busuk. Masalah utama yang dihadapi dalam pembuatan produk puree
buah ini adalah tingginya angka total mikroba yang tidak sesuai dengan SNI 01- 7111.2-2005 MP-ASI.
Proses blansir pada suhu 100
Penggunaan blender untuk menghancurkan daging buah sehingga menjadi bubur agar menyerupai konsistensi dari puree buah. Puree adalah hancuran
daging buah yang mengandung pulp dengan konsistensi seperti bubur Luh 1986. Penyaringan dilakukan untuk menghomegenkan partikel-partikel dari buah
pepaya dan buah pencampur pisang, tomat dan alpukat. Kombinasi buah dilakukan untuk memperkaya rasa dari puree buah, selanjutnya pengaturan pH
produk puree buah dengan menggunakan asam sitrat diperbolehkan berdasarkan SNI 01-7111.2-2005 MP-ASI, asam sitrat tidak lebih dari 2,5 gram per seratus
gram produk, penambahan asam sitrat berfungsi untuk mengatur keasaman puree buah sampai pH 4 dan mengawetkan produk puree sehingga tahan dalam jangka
beberapa bulan. Puree buah kemudian dipanaskan untuk membunuh bakteri pembusuk yang ada selama proses pembuatan produk puree buah sehingga sesuai
dengan persyaratan SNI 01-7111.2-2005 MP-ASI. Pengemasan menggunakan botol Jar steril untuk meminimalkan bakteri pembusuk yang ada didalam botol,
sehingga produk puree higienis. Produk puree buah pepaya dengan tomat berwarna merah, produk puree buah pepaya dengan pisang berwarna merah
kekuningan dan produk puree buah pepaya dengan alpukat berwarna hijau. Rata- rata kandungan air pada buah-buahan sekitar 85 dan kandungan karbohidrat
C selama 2 menit akan merusak sistem enzim dan membunuh sebagian mikroorganisme tetapi sebagian besar mikroorganisme
tidak dapat dihancurkan oleh proses blansir. Menurut Muchtadi 1989 tujuan blansir adalah untuk membunuh bakteri-bakteri pembusuk dan inaktivasi enzim.
13, kandungan protein 0.9 dan lemak 0.5. Nutrisi yang terkandung pada produk buah-buahan dapat menyebabkan bertumbuhnya mikroba meskipun pH
buah-buahan rendah Jay, 1997. Produk yang bersih sangat penting untuk bayi karena sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk dengan sempurna. Makanan
bayi sangat perlu diperhatikan kehigienisannya, karena makanan bayi termasuk golongan makanan berisiko tinggi. Kebersihan produk puree buah penting untuk
diketahui maka dilakukan analisa mikroba dengan menggunakan metode hitungan cawan atau Total Plate Count TPC. Analisa kuantitatif mikrobiologi ini sangat
penting dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada bahan pangan yang dihasilkan. Hasil analisa total mikroba menunjukkan bahwa jumlah
mikroba pada masing-masing produk puree buah ini dapat dilihat pada Tabel 10. Ketiga jenis puree buah yang dibuat memenuhi persyaratan SNI 01-7111.2-2005
MP-ASI, yaitu angka lempeng total tidak lebih dari 1,0 x 10
4
Tabel 10 . Rataan total mikroba puree buah kolonig
koloni per gram.
Jenis Puree Buah
kolonig
Puree pepaya dengan tomat Puree pepaya dengan pisang
Puree pepaya dengan alpukat 1,0 x 10
2
0,5 x 10 1,0 x 10
2 2
Kombinasi dan Formula Awal Puree Buah yang disukai
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari formulir biodata panelis. Panelis yang mengikuti uji sensori adalah ibu rumah tangga, pegawai negeri, pegawai
swasta dan karyawan, dengan usia berkisar antara 20 sampai 35 tahun, dengan pendapatan berkisar antara 500 ribu sampai 5 juta rupiah. Kebanyakan dari
panelis tamatan dari SLTP, SLTA, S1 dan S2. Penilaian terhadap rasa terbentuk apabila ada tanggapan atau respon
rangsangan kimiawi oleh indera pencicip lidah. Penilaian sensasi rasa adalah merupakan uji hedonik yang penting terhadap bahan pangan. Suatu bahan pangan
meskipun memiliki penampakan visual aroma, warna dan tekstur yang disukai oleh konsumenpanelis boleh jadi daya penerimaan bahan pangan tersebut
menjadi berkurang apabila rasanya kurang disukai. Oleh karena itu, sifat indrawi produk pangan aroma, rasa, warna merupakan uji kesukaan yang penting.
Hasil uji hedonik rasa puree buah dapat diamati pada Gambar 3. Data lengkap uji hedonik rasa puree buah terdapat pada Lampiran 10. Hasil analisa
sidik ragam uji hedonik rasa puree buah Lampiran 11 menunjukkan nilai sampel berbeda nyata pada taraf 0.05.
Uji lanjut Duncan membagi ketiga jenis puree buah ke dalam tiga subset. Skor kesukaan rasa pada ketiga jenis puree buah saling berbeda nyata. Gambar 3
menunjukkan nilai kesukaan terhadap rasa produk puree buah berkisar antara 3.3 - 5.2 yaitu agak tidak suka sampai agak suka, artinya secara umum panelis
memberi tanggapan cukup baik terhadap rasanya sehingga dapat dinyatakan bahwa produk tersebut relatif disukai oleh konsumen dalam hal ini panelis.
Keterangan: skor kesukaan rasa 1= sangat tidak suka sampai 7 = sangat suka
Gambar 3 . Skor kesukaan terhadap rasa dari puree buah
Penilaian terhadap rasa dari masing-masing produk puree buah ini agak berbeda. Hal ini berarti produk puree buah yang dihasilkan dalam penelitian ini
memiliki rasa yang berbeda. Puree pepaya dengan tomat memiliki rasa kurang manis karena buah tomat memiliki kandungan air yang tinggi tetapi rendah kadar
karbohidrat Meyer, 1960. Puree buah pepaya dengan alpukat memiliki rasa agak pahit karena buah alpukat mengandung senyawa 1-acetoxy-2,4-dihydroxy-n-
heptadeca-16-en. Senyawa tersebut timbul karena pemanasan daging buah alpukat Dolev dan Tatarsky, 1973. Puree buah pepaya dengan pisang memiliki rasa
manis karena kadar karbohidrat pada buah pisang tinggi sekitar 32 gram Bender, 1982.
4a 3.3b
5.2c
1 2
3 4
5 6
7
pepaya dan tomat
pepaya dan alpukat
pepaya dan pisang
S k
o r k
e suk
a a
n ra
sa
Formula puree buah
1. Formula Puree Buah yang Optimal