Debit Aliran Metode Rasional dengan Sistem Grid

Gambar 4.14. Debit Hujan Sel, Debit Hujan ke-1 Gambar 4.15. Debit Hujan Sel, Debit Hujan ke-2 Gambar 4.16. Debit Hujan Sel, Debit Hujan ke-3 Gambar 4.17. Debit Hujan Sel, Debit Hujan ke-4

F. Lama Perjalanan

Lama perjalanan adalah waktu yang dibutuhkan masing-masing sel sampai ke titik kontrol Jarum, dihitung dengan membagi jarak masing-masing sel dengan kecepatan alirannya. Kecepatan aliran sel didekati dengan grafik The Soil Conservation Service SCS USDA, 1975 dalam Wanielista,1990:213 untuk mengestimasi aliran di lahan, lihat Gambar 2.12. Dari peta tata guna lahan yang ada areal persawahan mendominasi lebih dari 50, sehingga dalam grafik diambil garis grassed waterway dengan kemiringan lahanwater course slope 1 sehingga didapatkan lama perjalanan 1,5 fts 0,5mdet. Arah aliran dari sel ke sel dapat dilihat pada Gambar 4.8. Sedangkan lama perjalanan aliran sampai ke titik kontrol outlet untuk model hujan- aliran ditunjukkan pada Gambar 4.18 Gambar 4.18. Waktu ke Titik Kontrol dalam Jam

G. Hidrograf Aliran

Hidrograf aliran di titik kontrol stasiun Jarum merupakan superposisi hidrograf aliran dari masing-masing sel dengan beberapa macam debit dapat dilihat pada Gambar 4.14-Gambar 4.17 dan lama perjalanan sesuai atas antrian debit alirannya ke titik kontrol lihat Gambar 4.18.

H. Sistem Sungai

Penggal sungai yang dianalisis adalah dari AWLR di Paseban sampai pos tinggi duga di Jarum. Pada model penelusuran banjir data AWLR di Paseban dipakai sebagai acuan dalam penentuan hidrograf debit sebelum dilakukan routing, sedangkan data tinggi duga di Jarum dipakai untuk kalibrasi hasil perhitungan. Pada penggal sungai yang ditinjau didapat 4 buah anak sungai besar sebagai aliran lateral dan 5 bendung yang menandakan adanya aliran keluar pengambilan air untuk irigasi . Sistem sungai untuk model penelusuran banjir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.19 sebagai berikut: Gambar 4.19. Sistem Sungai Dengkeng untuk Model Penelusuran Banjir