beringin Ficus benjamina, kabesak Acacia leucophloea, name Pipturus argenteus dan busi Melochia umbellata. Pemberian pakan didasarkan pada
bobot badan rusa yakni 10 x berat badan x 2. Maksud dikalikan dua adalah memperhitungkan jumlah hijauan yang tidak dimakan karena pakan telah tua,
tidak disukai, kotor dan terinjak-injak, serta telah bercampur dengan faeces kotoran dan urine air kencing. Sebagai perangsang nafsu makan dan untuk
memenuhi kebutuhan mineral, pemberian pakan rusa di penangkaran selalu disertai dengan pemberian garam. Hasil penelitian Takandjandji 2009
menyebutkan bahwa jenis hijauan yang diberikan pada rusa timor di Hutan Penelitian Dramaga adalah bayondah Isachne globosa, aawian Panicum
montanum Roxb, kipait Axonopus compressus Beauv, lameta Leersia hexandra Swartz, kolonjono Hierochloe horsfieldii Maxim, dan gewor
Comellina nudiflora L.. Adapun pakan rusa timor di penangkaran, Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, yaitu rumput gajah Pennisetum purpureum,
kaliandra Calliandra callothyrsus Gambar 2 dan berbagai jenis rumput lainnya.
a b
Gambar 2 Pakan rusa timor. a Rumput gajah Pennisetum purpureum; b Kaliandra Calliandra calllothyrsus.
2.2 Perilaku Rusa
Perilaku dapat diartikan sebagai gerak-gerik organisme Timbergen 1979 yang merupakan suatu gerakan atau perubahan gerak termasuk perubahan dari
bergerak ke tidak bergerak sama sekali. Satwaliar mempunyai berbagai perilaku dan proses fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
Untuk mempertahankan kehidupannya, satwaliar melakukan kegiatan-kegiatan agresif, persaingan dan bekerjasama untuk mendapatkan makan, pelindung,
pasangan untuk kawin, dan reproduksi. Perilaku timbul karena adanya
rangsangan dari dalam tubuh satwa atau dari lingkungan dan perilaku berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, baik dari luar maupun
dari dalam Tanudimadja 1978. Setiap satwa dilahirkan dengan berbagai pola perilaku yang sudah sempurna tetapi sebagian pola perilaku berkembang di bawah
pengaruh rangsangan lingkungan atau karena proses belajar. Menurut Dradjat 2002, pertumbuhan ranggah berhubungan dengan siklus
reproduksi dan ranggah juga berkaitan dengan perilaku seksual, sedangkan Takandjandji dan Handoko 2005 mengatakan, ranggah dan musim kawin pada
rusa timor jantan terdapat korelasi. Ranggah yang keras, kuat dan sempurna akan sangat berpengaruh selama musim kawin, dimana terjadi perkelahian antar sesama
pejantan untuk merebut betina Takandjandji et al. 1998. Pada musim kawin rusa jantan terlihat sangat galak sehingga ranggah digunakan sebagai alat untuk
berkelahi dengan sesama pejantan. Pertumbuhan dan perkembangan ranggah pada rusa jantan dipengaruhi oleh pubertas, terutama peredaran hormon testosteron.
Testosteron yang rendah menyebabkan pelepasan ranggah dan pertumbuhan ranggah baru, sedangkan testosteron yang tinggi menyebabkan matinya velvet dan
pengerasan sempurna pada ranggah. Libido merupakan kebutuhan biologis untuk aktivitas seksual rangsangan
seksual dan seringkali ditandai sebagai perilaku seksual. Dalam definisi lain libido seksual adalah dorongan yang berkekuatan atau yang memiliki energi dan
bersifat seksual Arifiyanti 2010. Timbulnya libido pada hewan jantan ditandai dengan terjadinya ereksi Zumrotun 2006. Sekresi hormon reproduksi pada rusa
dipengaruhi oleh cahaya harian pendek, dimana dengan berkurangnya panjang hari akan terjadi peningkatan frekuensi dan besarnya sekresi LH Luteinizing
Hormone, serta naiknya tingkat FSH Follikel Stimulating Hormone dan akan mempengaruhi perkembangan testis dalam memproduksi hormon testosteron
Masy ’ud 1998.
Tomaszewska et al. 1991 menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara tingkat hormon yang beredar dalam tubuh, misalnya testosteron atau
estrogen, dan jumlah aktivitas seksual yang ditunjukkan oleh satwa jantan dan betina disebabkan oleh: a kadar hormon yang lebih besar dalam kebanyakan
individu satwa untuk menunjukkan tingkah laku seksual secara maksimal atau b
respon terhadap hormon yang dipengaruhi sepenuhnya oleh reaksi sebelumnya dari pusat syaraf.
Dilihat dari aspek reproduksi, rusa termasuk satwaliar yang produktif, dengan masa reproduksi dimulai dari umur 1,5 - 12 tahun, dan rusa dapat bertahan
hidup antara umur 15 - 20 tahun. Hasil penelitianTakandjandji et al. 1998 pada rusa timor di penangkaran NTT melaporkan bahwa rata-rata lama birahi 2,2 hari
dengan siklus 20,3 hari; dewasa kelamin atau pubertas pada rusa jantan 8 bulan dan rusa betina 8,13 bulan; umur perkawinan pertama pada rusa jantan 12,7 bulan
pada rusa betina 15,3 bulan; umur kebuntingan pertama 17 bulan dengan lama bunting 8,4 bulan dan umur beranak pertama 25,5 bulan dengan jarak kelahiran
pertama dan kedua 13,25 bulan; lama menyusui 4 bulan dengan tingkat pertambahan anak rusa yang lahir per tahun 0,8 ekor dan ratio kelamin anak yang
lahir antara jantan dan betina 1:1,3 ekor; persentase kelahiran sebesar 96,07 dan tingkat kematian 17,25.
Musim kawin pada rusa tropis sangat tergantung pada kondisi alam setempat. Perkiraan massa perkawinan dapat dilakukan dengan mengurangi lama
kebuntingan terhadap bulan kelahiran anak. Cara lain memperkirakan musim kawin adalah dengan mengekstrapolasi bulan tertinggi pejantan dalam keadaan
ranggah keras, adanya bekas torehan pada tumbuhan, terbentuknya kubangan dan perilaku pejantan dalam menjaga betina Semiadi 2006. Umur tertua mampu
bereproduksi yang tercatat pada rusa timor adalah pada umur 16 tahun. Sedangkan kebuntingan itu sendiri dilaporkan mulai dapat terjadi apabila berat badan telah
mencapai minimal 70 dari berat dewasanya. Semiadi 2006 melaporkan bahwa berat minimal untuk kebuntingan pada rusa timor adalah 40-50 kg, kelahiran
pertama dapat terjadi pada umur 15-18 bulan, dengan masa kebuntingan selama 8 delapan bulan, berarti bahwa umur termuda perkawinan pertama pada rusa timor
dapat terjadi pada umur 7 tujuh bulan, kelahiran rusa timor di penangkaran dari awal sampai akhir musim kemarau dan di NTT bulan tertinggi kelahiran rusa
yaitu bulan Juli. Menurut Semiadi 2006, ranggah merupakan ciri utama dari kelompok
rusa dan hanya dimiliki oleh pejantan, namun pada rusa jenis Rangifer tarandus reindeer dan Alces alces moose betina juga memiliki ranggah. Ranggah
merupakan jaringan tulang yang tumbuh keluar dari anggota tubuh dan memiliki siklus tumbuh, mengeras dan luruh secara berulang dan terus-menerus.
Pertumbuhan ranggah merupakan satu-satunya jaringan tubuh hewan yang tumbuh paling cepat. Pertumbuhan ranggah terjadi pada daerah tulang tengkorak,
dengan pusat pertumbuhannya di daerah frontal yang disebut pedicle adalah sejalan dengan pertambahan umur, diawali dengan tampaknya pusaran bulu dan
dilanjutkan dengan tumbuhnya benjolan yang membesar dan memanjang pada saat jantan memasuki umur pubertas. Pertumbuhan selanjutnya yaitu velvet yang
diawali dengan pertumbuhan tulang rawan kartilago yang memanjang dan diselimuti oleh lapisan kulit tipis berbulu yang kaya akan pembuluh darah dan
syaraf. Selanjutnya proses pengerasan jaringan kalsifikasi yang diawali dengan menipis dan matinya jaringan velvet dan diakhiri dengan terlihatnya jaringan
tulang disebut ranggah kera. Ranggah pada rusa berbeda dengan tanduk pada sapi, kerbau, kambing dan domba yang terbuat dari bahan dasar keratin,
teksturnya berlubang dan tidak memiliki siklus tumbuh dan luruh. Selama pertumbuhan ranggah tua, perlu peningkatan konsumsi mineral.
Ketika kondisi ranggah keras maka perilaku untuk berkubang dan sikap agresif akan meningkat. Di saat seperti ini rusa dalam kondisi optimum untuk kawin
Semiadi 2006. Hal ini berkaitan dengan peningkatan hormon testosteron yang berfungsi dalam proses siklus pertumbuhan ranggah dan juga spermatogenesis
Semiadi 2006. Adapun pertumbuhan dan perkembangan ranggah terlihat pada Gambar 3.
a b
c d
e f
Gambar 3 Tahapan pertumbuhan ranggah rusa. a Saat ranggah luruhlepas; b Saat pertumbuhan pedicle; c Saat pertumbuhan velvet; d Saat
ranggah keras; e Kondisi ranggah keras pasca pemotongan; f Ranggah yang sudah lepas.
2.3 Tumbuhan Obat Pasak Bumi