hal yang dapat menjelaskan kenapa FGD adalah sebuah diskusi yang terarah. Topik atau materi yang akan didiskusikan telah ditentukan dalam mengetahui
permasalahan yang terjadi dalam persyaratan penetapan, proses penetapan dan penyaluran dan pengembalian dana penguatan modal seperti pada
Lampiran 6.
a. Persyaratan Penetapan LUEP Penerima DPM
Pada awalnya kelompok tani dan kelompok usaha tertarik dengan program DPM-LUEP karena merupakan pinjaman modal tanpa bunga.
Dengan sistem non bunga seperti yang diterapkan LUEP, dibanding sistem bunga seperti di bank konvensional dianggap lebih menguntung-
kan dan memihak kepada kelompok LUEP, karena prosesnya lebih mudah, menggunakan pola kemitraan, memuat program sosial dan risiko
yang kurang akibat adanya pembinaan dan pengawasan langsung oleh petugas dan penanggung jawab DPM-LUEP. Sampai saat ini, selain
pinjaman modal dengan sistem syariah dari program sejenis, baru program LUEP yang menjalankan sistem non bunga.
Persyaratan dalam penetapan DPM-LUEP telah disusun dengan memperhatikan kondisi dari kelompok LUEP, dimana dalam proses
pengajuan DPM-LUEP harus memenuhi 13 persyaratan. Waktu yang diperlukan dalam proses pengajuan persyaratan DPM-LUEP maksimal
15 hari efektif, yang mulai dilaksanakan pada bulan Desember, dimana kelompok diberikan waktu 15 hari untuk menyelesaikan persyaratan yang
dibutuhkan dalam penetapan calon DPM-LUEP. Untuk mengetahui dan mendalami permasalahan-permasalahan
yang dominan pada persyaratan penetapan LUEP penerima dana penguatan modal dilakukan analisis berdasarkan FGD yang dilaksanakan
pada 8 kelompok penerima DPM-LUEP. Hasil FGD seperti disajikan pada Tabel 5.
Dari hasil FGD pada 8 kelompok penerima DPM – LUEP diketahui bahwa masih ditemui permasalahan yang dominan dalam
persyaratan penetapan LUEP penerima dana penguatan modal.
Tabel 5. Hasil FGD mengenai Persyaratan
Permasalahan yang ditemui dalam FGD Hasil FGD
Masalah Bkn Masalah
- Informasi mengenai persyaratan pengajuan
DPM-LUEP belum dipahami secara baik oleh kelompok.
89 11 -
Manajemen dan administrasi kelompok yang masih sangat sederhana
67 33 -
Pemenuhan persyaratan yang belum lengkap menjadikan waktu penyelesaian
persyaratan menjadi tertunda 33 67
- Persyaratan yang harus dipenuhi terlalu
banyak. 49 51
- Kemitraan yang di syaratkan untuk
kelompok belum terdokumentasi dengan baik.
44 56 -
Kelompok tani penerima harus berbadan hukum, sehingga mengurangi kesempatan
kelompok lain untuk mengakses DPM LUEP
93 7 -
Kelompok tanikelompok usaha belum memilki rekening giro
44 56 -
Terlalu besarnya persentase agunan yang dipersyaratkan, sehingga mengurangi
kesempatan kelompok yang kurang mampu 96 4
Permasalahan yang paling dominan dalam penetapan LUEP ditunjukkan pada Tabel 6 adalah :
1 Agunan yang dipersyaratkan sebesar 150 dari total pinjaman, dirasakan sangat memberatkan kelompok, karena akan mengurangi
kesempatan kelompok yang tidak memiliki agunan atupun yang memiliki nilai agunan yang kecil dalam memperoleh DPM-LUEP.
2 Kelompok LUEP yang akan mengajukan DPM-LUEP harus berbadan hukum, dimana secara umum diketahui bahwa kelompok LUEP di
Kabupaten Bogor masih sangat terbatas yang terdaftar sebagai lemba- ga berbadan hukum, sehingga akan menimbulkan kesan bahwa hanya
lembaga yang telah mapan saja yang dapat mengakses DPM-LUEP. 3 Informasi mengenai persyaratan pengajuan DPM-LUEP belum
dipahami oleh kelompok, karena lemahnya mutu SDM kelompok dan kurangnya sosialisasi dan informasi tentang persyaratan yang harus
dipenuhi olek kelompok.
4 Manajemen dan administrasi kelompok yang masih sangat sederhana dimana kelompok dalam manajerial usaha belum dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan yang baik, hal tersebut berdampak pada pemenuhan persyartaan DPM-LUEP.
Tabel 6. Hasil FGD mengenai proses penetapan DPM-LUEP
Permasalahan yang ditemui dalam FGD Hasil FGD
Masalah Bkn Masalah
- Pesyaratan administrasi tidak disiapkan lebih awal oleh calon penerima DPM-LUEP tingkat
Kabupaten 49 51
- Dalam pelaksanaan penetapan LUEP di Kab, Tim Teknis Kabupaten tidak melaksanakan identifikasi
sesuai dengan jadwal, yaitu pada awal bulan Januari.
22 78 - Penandatanganan SK dan pengusulan oleh Bupati
ke Propinsi belum berjalan sesuai dengan jadwal Januari
22 89 - Seringnya terjadi keterlambatan dalam pelaksana-
an verifikasi oleh Tim teknis Propinsi terhadap usulan penerima LUEP Kabupaten.
78 22 - Terlambatnya
pengusulan rekomendasi
oleh Tim
Teknis Propinsi ke Gubernur berdampak pada keterlambatan penetapan penerima DMP-LUEP
78 22 - Penandatanganan SK penetapan LUEP oleh
Gubernur sering mengalami keterlambatan yang berpengaruh pada proses penyaluran DPM, karena
kendala non teknis 93 7
- SK yang telah penetapan oleh gubernur tidak dinformasikan dengan cepat kepada Instansi
pelaksana di tingkat Kabupaten 33 67
- LUEP yang telah ditetapkan oleh Gubernur melalui BadanUnit Kerja Propinsi tidak
disampaikan secara cepat oleh Unit kerja penanggung jawab Kabupaten kepada Kelompok.
18 82 - Keterlambatan penetapan DPM LUEP dipengaruhi
birokrasi yang cukup panjang. 93 7
Atas dasar munculnya permasalah-permasalah dalam penetapan LUEP penerima dana penguatan modal, maka rekomendasi yang
disarankan sebagai berikut : 1 Penetapan LUEP penerima dana penguatan modal dengan persentase
agunan yang dapat lebih dijangkau oleh kelompok LUEP atau dengan sistem penjaminan oleh pihak ketiga, sehingga LUEP yang tidak
memiliki agunan atau dengan agunan yang kecil dapat memperoleh dan mengakses DPM-LUEP.
2 Pelaksanaan pembinaan dan penyuluhan kepada kelompok LUEP dalam penguatan kelembagaan kelompok sehingga mampu
meningkatkan aspek legalitas kelompok LUEP. 3 Penanggung jawab dan petugas pelaksana di tingkat KabupatenKota
perlu meningkatkan sosialisasi dan advokasi terhadap kelompok LUEP dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam
mengajukan persyaratan penetapan LUEP. 4 Peningkatan manajemen dan administrasi kelompok LUEP melalui
pendampingan dan pelatihan manajemen kelompok.
b. Proses Penetapan DPM-LUEP