Tinjauan Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Hutang dan Instrumen Pasar Uang. Kinerja Danareksa Anggrek diukur berdasarkan tingkat hasil saat yang bersangkutan current yield yang diperoleh dari pembagian uang minimal sekali setahun dan pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih. Tolok ukur kinerja Danareksa Anggrek adalah tingkat hasil investasi bersih rata-rata pada deposito bank-bank pemerintah untuk jangka waktu 6 enam bulan dan pertumbuhan Index Harga Saham Gabungan IHSG dengan perbandingan 40 : 60.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Haruman dan Hasbi 2005 melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan prospek reksadana syariah dengan sampel 5 reksadana syariah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa umumnya kinerja rata-rata reksadana saham syariah selama bulan Januari 2002 sampai dengan bulan Desember 2003 lebih baik dari tolok ukurnya dilihat dari segi return maupun risikonya, dipandang dari aspek return semua reksadana saham syariah 5 reksadana saham syariah memiliki return yang tinggi dari return pasarnya JII, dan dari sisi risiko semua reksadana saham syariah menghasilkan kinerja risiko lebih rendah dari risiko pasarnya, hal ini diperkuat lagi dari hasil perhitungan kinerja berdasarkan Sharpe, Treynor, dan Jensen measurement, yang menunjukkan seluruh hasil perhitungan bernilai positif yang artinya bahwa seluruh reksadana saham syariah berkinerja baik. Dari hasil di atas, dapat dikatakan bahwa adanya potensi yang baik sekali bagi pelaku pasar khususnya investor untuk berinvestasi pada reksadana syariah diwaktu mendatang. Elfakhani, dkk 2005 meneliti 46 mutual funds reksadana syariah selama periode penelitian 1 Januari 1997 sampai dengan 31 Agustus 2002. Periode penelitian kemudian dipecah menjadi dua, yaitu 1 booming equity market, 1 Januari 1997 sampai dengan 31 Oktober 1999, dan 2 declining market, 1 November 1999 sampai dengan 31 Agustus 2002. Elfakhni, dkk 2005 melakukan penelitian tentang kinerja Islamic mutual funds diperbandingkan dengan indeks pasar baik syariah maupun konvensional dengan menggunakan benchmark Standard and Poor’s SP 500 Composite Price Index dan Dow Jones Islamic Market Index dan FTSE Islamic Index Series dengan berbagai model pengukuran antara lain dengan Sharpe index, Treymor Index, Jensen’s index dan Fama. Hasil dari semua pengukuran itu menujukkan bahwa antara 11 Islamic mutual funds 24 dari sampel sampai dengan 26 Islamic mutual funds 63 dari sampel mempunyai kinerja lebih baik dari kinerja pasarnya, baik kinerja pasar syariah maupun konvensional. Selanjutnya, penelitian ini juga menemukan bahwa kinerja Islamic mutual funds pada periode declining market lebih baik dari Islamic mutual funds pada periode booming equity market. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Islamic equity funds berkembang semakin baik seiring berjalannya waktu. Hayat 2006 menggunakan 59 reksadana syariah selama periode penelitian tahun 2001-2006. Hayat 2006 melakukan penelitian tentang kinerja Islamic Equity Funds IEFs diperbandingkan dengan indeks pasar baik syariah maupun konvensional dengan menggunakan benchmark Dow Jones Islamic Market Index dan Kuala Lumpur Syariah Index untuk proxy pasar Islam dan Dow Jones World Composite Index dan Kuala Lumpur Composite Index untuk proxy pasar konvensional dengan berbagai model pengukuran antara lain dengan average return dan Jensen’s Alpha. Hasilnya menunjukkan bahwa, secara keseluruhan total return yang diperoleh oleh benchmark syariah menempati posisi yang tertinggi bila dibandingkan dengan benchmark konvensional dan kategori IEF. Hasil pengukuran dengan Jensen’s Alpha menunjukkan bahwa secara global dan lokal, investasi IEFs outperform daripada benchmark-nya. Muhammad dan Mokhtar 2007 menggunakan 5 reksadana syariah selama periode penelitian tahun 2002-2006. Muhammad dan Mokhtar 2007 melakukan penelitian terhadap kinerja reksadana syariah diperbandingkan dengan indeks pasarnya, yaitu Kuala Lumpur Syariah Index sebagai benchmark pembandingnya. Hasilnya menunjukkan bahwa baik dari pengukuran Sharpe Index dan Treynor Index, kinerja reksadana syariah tersebut underperform dari benchmark-nya kecuali untuk reksadana Public Etikal yang outperform dari benchmark-nya. Berdasarkan hal tersebut maka diturunkan hipotesis berikut: : Terdapat perbedaan kinerja reksadana syariah dengan kinerja indeks syariah indeks JII. Jensen 1968 dalam penelitiannya mengembangkan model CAPM untuk melihat sejauh mana reksadana dapat memberikan return di atas return pasar. Penelitian Jensen 1968 terhadap 115 reksadana dalam kurun waktu tahun 1945- 1964, diperoleh hasil bahwa kinerja reksadana tidak lebih baik dari kinerja pasar dan faktor kelebihan return pasar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelebihan return portofolio reksadana. Jensen 1968 menyatakan bahwa penyebab tidak lebih baiknya kinerja reksadana dari pada kinerja pasar karena tidak adanya kemampuan yang memadai dari manajer portofolio reksadana dalam memilih sekuritas yang menguntungkan. Grinblatt dan Titman 1989 menemukan bahwa abnormal performance terjadi pada beberapa reksadana selama periode tahun 1974-1984. Grinblatt dan Titman 1989 juga menemukan bahwa reksadana dengan abnormal performance memberikan biaya manajemen yang lebih tinggi. Grinblatt dan Titman 1989 menemukan bahwa reksadana memiliki kinerja yang lebih baik daripada kinerja pasarnya tetapi nilainya tidak signifikan secara statistik, meskipun setelah mengurangi nilai aktiva bersih reksadana dengan biaya manajemen dan biaya transaksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa investor tidak dapat mengambil keuntungan dengan berinvestasi pada reksadana yang mereka miliki dengan hanya mengandalkan kemampuan manajer portofolio. Gudikunst dan Joseph 1992 meneliti terhadap 25 reksadana pendapatan tetap periode 1976–1989. Gudikunst dan Joseph 1992 menemukan bahwa kinerja reksadana menghasilkan return yang lebih tinggi daripada kinerja pasarnya dan ada pengaruh positif antara kelebihan return pasar terhadap kelebihan return portofolio reksadana. Dennis dkk., 2004 melakukan analisis determinasi kinerja reksadana pendapatan tetap konvensional dengan menggunakan model alfa Jensen dan model Gudikunst. Penelitiannya terhadap 15 reksadana pendapatan tetap pada periode bulan Januari 1999 sampai dengan bulan Agustus 2003 menunjukkan bahwa reksadana pendapatan tetap konvensional tidak bisa melebihi kinerja pasarnya indeks obligasi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai alfa yang negatif. Christensen 2005 meneliti kinerja 47 reksadana, yang terdiri dari 34 reksadana saham dan 13 reksadana pendapatan tetap pada periode bulan Januari 1996 sampai dengan Juni 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar reksadana tersebut tidak bisa melebihi kinerja pasarnya KAX index. Hal tersebut terlihat dari nilai hampir semua pengukuran kinerjanya menghasilkan nilai alfa yang negatif. Berdasarkan hal tersebut maka diturunkan hipotesis berikut: : Terdapat perbedaan kinerja reksadana konvensional dengan kinerja indeks konvensional indeks LQ45. Abdullah dkk., 2002 memberikan analisis yang lebih mendalam terhadap industri reksadana meskipun hanya pada reksadana Malaysia. Abdullah dkk., 2002 menganalisis 67 reksadana Malaysia, meliputi 14 reksadana syariah dan 53 reksadana konvensional, dengan menggunakan berbagai macam pengukuran kinerja seperti Sharpe Ratio, The Modigliani Measure, dan The Information Ratio. Abdullah dkk., 2002 menyimpulkan bahwa kedua tipe reksadana tersebut memiliki kinerja di bawah kinerja Kuala Lumpur Composite Index KLCI sebagai benchmark-nya, meskipun secara statistik tidak signifikan. Abdullah dkk., 2002 juga menemukan bahwa return reksadana syariah dan konvensional hampir sama. Kesimpulan secara keseluruhan adalah reksadana syariah di Malaysia mengikuti benchmark-nya, begitu juga reksadana konvensional. Achsien 2003 telah melakukan penelitian tentang kinerja reksadana syariah syariah fund dibandingkan dengan reksadana konvensional conventional fund di Malaysia. Periode penelitian Achsien yaitu mulai tanggal 2 Januari 1997 sampai 26 Pebruari 1999. Pengukuran dengan menggunakan risk- adjusted return dengan indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen menunjukkan bahwa syariah fund lebih unggul daripada semua pembandingnya, yaitu sebuah conventional fund, RHB Islamic Index, dan KLSE Composite Index. Achsien 2003 juga menyatakan bahwa perbedaan pokok tentang syariah fund dengan conventional fund terdapat pada screening process sebagai bagian dari proses alokasi aset. Hal ini berdampak pada alokasi dan komposisi aset dalam portofolionya. Dalam syariah fund terdapat cleansing process yang bermaksud membersihkan dari pendapatan yang tidak halal. Hassan dan Girard 2005 menguji perbandingan kinerja Dow Jones Islamic Indices dan its seven index vis-à-vis their non-islamic counterparts menggunakan berbagai pengukuran seperti Sharpe, Treynor, Jensen, dan Fama s selectivity, net selectivity and diversification. Hassan dan Girard 2005 juga menggunakan co-integration untuk menguji bagaimana the islamic indices dikaitkan dengan their non-islamic counterparts. Periode sampel mulai dari Januari 1996 dan berakhir Nopvember 2005 sehingga diperoleh 118 sampel. Periode sampel ini kemudian dipecah menjadi dua periode, yaitu Januari 1996 sampai November 2000 yaitu menjadi 59 sampel dan Desember 2000 sampai Nopember 2005 yaitu menjadi 59 sampel. Hasssan dan Girard 2005 menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara islamic and non Islamic indices. Dow Jones Islamic Indeces outperform di tahun 1996-2000 dan underperform di tahun 2001-2005 dari their conventional counterparts. Rachmayanti 2006 telah melakukan analisis kinerja portofolio saham syariah pada Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kinerja portofolio saham syariah tahun 2001 mengungguli kinerja portofolio saham konvensional di berbagai kriteria kecuali Jensen Index. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja portofolio saham syariah tahun 2002 mengungguli kinerja portofolio saham konvensional di berbagai kriteria yaitu Sharpe Index, Treynor Index, dan Jensen Index. Yuliastuti 2007 melakukan analisis return investasi Islam terhadap investasi konvensional dengan sampel yang diperoleh dari return emiten dalam JII atau LQ30 dan LQ45 selama tahun 2000-2006, serta diperoleh sampel penelitian 78 sampel. Yuliastuti 2007 menguji apakah return yang diterima oleh investor yang membeli saham di indeks LQ30 JII berbeda secara signifikan dengan return saham yang dibeli dari indeks LQ45 baik dalam short-run maupun dalam long-run. Kinerja indeks tersebut diukur dalam beberapa periode: periode keseluruhan Juli 2000 - Desember 2006, periode bear Juli 2000 – Desember 2003 dan periode bull Januari 2004 – Desember 2006 untuk mengendalikan perubahan dalam kondisi pasar. Metode yang dipakai untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah one-sample t-test. Hasil temuan dalam penelitian ini menolak asumsi bahwa kinerja investasi Islam berada di bawah kinerja investasi konvensional. Berdasarkan hal tersebut maka diturunkan hipotesis berikut: : Terdapat perbedaan kinerja reksadana syariah dengan reksadana konvensional.

C. Kerangka Teoritis

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSADANA KONVENSIONAL DENGAN REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

0 11 26

Analisis komparasi kinerja reksadana syariah dan konvensional (kategori saham, campuran dan pendapatan tetap) di Indonesia

2 9 100

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSADANA SYARIAH DAN KONVENSIONAL PERIODE 2012-2014 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah dan Konvensional Periode 2012-2014.

0 1 16

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah dan Konvensional Periode 2012-2014.

0 2 18

Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah Sebagai Salah Satu Alternatif Investasi pada Periode Januari 2011 sampai Januari 2013.

0 1 43

Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah sebagai Salah Satu Alternatif Solusi Investasi pada Periode Januari 2011 sampai Januari 2013.

0 0 28

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PENGUKURAN KINERJA REKSADANA SAHAM SYARIAH DAN REKSADANA SAHAM KONVENSIONAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI.

0 0 14

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSADANA SYARIAH DENGAN KINERJA REKSADANA KONVENSIONAL DI INDONESIA: Studi pada Reksadana Jenis Saham Periode 2010 – 2014 - repository UPI S PEA 1104396 Title

0 0 4

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSADANA SAHAM SYARIAH DENGAN REKSADANA SAHAM KONVENSIONAL (Reksadana yang terdaftar di OJK tahun 2013-2015)

0 0 13

PERBANDINGAN KINERJA REKSADANA SYARIAH SAHAM, REKSADANA SYARIAH PENDAPATAN TETAP, DAN REKSADANA SYARIAH CAMPURAN DENGAN METODE SHARPE(PERIODE 2012-2014)

0 0 19