BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Balok komposit adalah balok yang terdiri dari dua atau lebih material yang bekerja sama dalam memikul beban kerja. Material yang digunakan bermacam-
macam, seperti beton, baja, aluminium, juga kayu. Berbagai bahan ini dikombinasi dengan memperhatikan sifat-sifat unggul masing-masing material
tersebut sehingga diperoleh sistem balok dengan sifat yang lebih baik dari sifat masing-masing material penyusunnya. Sebagai catatan, balok yang dibuat dari
material sama tetapi dengan kekuatan berbeda juga dikategorikan sebagai balok komposit.
Pada penampang non komposit, pelat beton akan mengalami lendutan yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh besarnya beban yang harus dipikul oleh
pelat beton tersebut. Komponen struktur komposit dapat menahan beban sekitar 33-50 lebih besar daripada beban yang dapat dipikul oleh balok baja saja
tanpa adanya perilaku komposit Setiawan: 2008.
2.2 Perkembangan Struktur Komposit
Perkembangan struktur balok komposit tidak terlepas dari perkembangan bidang industri, khususnya dalam hal teknik pengelasan. Kerangka baja yang
menyanggah konstruksi pelat beton bertulang yang dicor di tempat, dahulu
biasanya direncanakan dengan anggapan bahwa pelat beton dan balok baja bekerja secara terpisah dalam menahan beban.
Pengaruh komposit dari baja dan beton yang bekerja sama dahulu tidak diperhitungkan. Pengabaian ini didasarkan pada alasan bahwa lekatan antara
lantai atau pelat beton dan puncak balok baja tidak dapat diandalkan. Namun, dengan berkembangnya teknik pengelasan, pemakaian alat penyambung geser
makanis menjadi praktis untuk menahan gaya geser horisontal yang timbul pada bidang kontak pelat lantai beton dan balok baja ketika batang terlentur.
Sejak awal abad 19, balok baja yang dicor dalam beton banyak digunakan. Balok seperti model tersebut direncanakan secara komposit, sedangkan untuk
bentuk model yang lain tidak direncanakan secara komposit. Pada awal dekade 1930, konstruksi jembatan sudah mulai menggunakan penampang komposit.
Meskipun baru pada tahun 1944 dikeluarkan secara resmi peraturan oleh AASHTO American Association of State Highway and Transportation Officials
tentang spesifikasi jembatan jalan raya dengan struktur komposit. Pada sekitar tahun 1950, penggunaan lantai jembatan komposit mulai
berkembang dengan pesat terutama di Amerika. Pada jembatan ini gaya geser longitudinal ditransfer dari balok baja kepada pelat beton bertulang dengan
menggunakan penghubung geser. Hal ini mengakibatkan pelat beton tersebut akan turut membantu memikul momen lentur yang timbul. Sebelum awal dekade 1960,
pemakaian konstruksi komposit masih dipandang tidak ekonomis. Namun pada 1979, konstruksi sudah memanfaatkan aksi komposit pada hampir semua keadaan
di mana baja dan beton saling melekat, baik pada jembatan maupun gedung Salmon: 1995.
2.3 Pengenalan Balok Komposit