tentunya harus didukung oleh pribadi yang positif yang tampak pada guru seperti pengertian terhadap siswa, toleran, sabar, penyayang, ramah,
melayani setiap pertanyaan siswa, tegas, adil, punya minat terhadap berbagai hal dan lain sebagainya.
B. Kerangka Teoritis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Belajar Condition- ing yang dikemukakan oleh Guthrie
dalam Rifa‟i dan Anni 2011:118 yang merupakan seorang behaviorisme.Menurutnya perilaku manusia merupakan
deretan perilaku yang terdiri atas unit-unit reaksi atau respons dari stimulus sebelumnya.Respon pada suatu stimulus tersebut menjadi stimulus baru dan
menimbulkan respon pada unit perilaku berikutnya. Dengan kata lain, stimu- lus memperoleh respon, kemudian respon tersebut menjadi stimulus baru dan
memperoleh respon baru dan begitu seterusnya. Sehingga deretan stimulus dan respon itu merupakan perwujudan dari unit-unit perilaku yang pada
akhirnya menjadi urutan unit-unit perilaku.Sebagai contoh seorang ibu merasa kesulitan mengubah perilaku anaknya ketika pulang dari sekolah, anak itu
selalu melemparkan tas dan pakaianya disudut kamarnya, kemudian ganti pa- kaian dan terus makan. Ibu itu sudah sering menegurnya agar tas dan pakaian-
ya ditempatkan ditempat yang seharunya. Namun teguran itu hanya bertahan satu atau dua hari sesudah itu kebiasaan itu muncul kembali. Menurut teori
belajar conditioning agar dapat merubah kebiasaan anak itu yaitu agar ibu tid- ak hanya memberi teguran dengan menyuruh mengantungkan tas dan paka-
ianya, kemudian makan melainkan anak itu harus disuruh memakai pakaianya
kembali dan menyandang tasnya, kemudian disuruh keluar dari rumah dan masuk kembali, kemudian diminta menempatkan tas dan pakaianya ditempat
yang sebenarnya, ganti pakaian, mencuci tangan kemudian makan sehingga prose pengubahan perlu dilakukan dari proses awal ,dan bukan pada kesalahan
yang dilakukan pada unit perilaku tertentu. Ilustrasi tersebut memberi gambaran bahwa suatu stimulus men-
imbulka respon tertentu, dan respon itu menjadi stimulus baru yang kemudian memperoleh respon. Dengan kata lain, unit perilaku masuk rumahstimulus
diikuti oleh unit perilaku berikutnya yakni menempatkan tas dan pakaian ditempat yang sebenarnyarespon. Penempatan tas dan pakaianstimulus di
ikuti oleh respon berikutnya yakni ganti pakaian respon, begitu seterusnya. Sehingga dalam mengubah perilaku yang tidak baik harus dilihat dalam
rentetan deretan
unit-unit perilaku,
kemudian diusahakan
untuk menghilangkan unit perilaku yang tidak baik atau mengantinya dengan per-
ilaku yang seharusnya. Teori belajar conditioning memberikan tiga cara untuk mengubah per-
ilaku buruk yaitu sebagai berikut : 1.
Metode reaksi berlawanan incompatible respone method Manusia merupakan organisme yang selalu mereaksi terhadap
stimulus tertentu. Apabila suatu respon terhadap suatu stimulus telah menjadi kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya adalah dengan
jalan menghubungkan stimulus itu dengan respon yang berlawanan, atau dengan respon buruk yang hendak dihilangkan. Misalnya, untuk
menghilangkan kebiasaan merokok, berikanlah sepuluh batang untuk dihisap sekaligus agar mabok.Cara ini perlu dilakukan berulang-ulang
agar orang itu merasa mau mabok apabila hendak merokok lagi. 2.
Metode membosankan exchaustion method Dalam metode ini, perilaku yang buruk itu dibiarkan terus
sampai orang yang bersangkutan menjadi bosan dengan sendirinya. Dengan kata lain, asosiasi antara stimulus dan respon yang buruk itu
dibiarkan terus agar terjadi kepunahan dengan sendirinya. Misalnya, untuk mengubah perilaku anak yang suka membunyikan petasan.
Biarkanlah anak itu membunyikan petasan sampai bosan, sebab kalau sudah bosan anak itu akan berhenti dengan sendirinya.
3. Metode pengubahan lingkungan change of environment method
Metode ini dilakukan dengan cara memutuskan atau memisahkan hub- ungan antara stimulus dan respon yang akan dihilangkan. Aspek yang
diubah yaitu stimulus yang menimbulkan kebiasaan buruk.Misalnya, anak yang suka menyontek ketika mengikuti ujian didalam kelas.Anak
tersebut harus dipindahkan tempat duduknya didepan guru pengawas, agar kebiasaan menyontek tidak terulang lagi.
C. Kerangka Berfikir