Perhitungan modal Harga Pokok Penjualan HPP Jumlah Asam Lemak SNI 06-3532-1994

pengemasan. Sedangkan tenaga kerja tak langsung terdiri dari pimpinan uasaha, supervisor, tenaga administrasi, sales dan supir. Setelah mengelompokkan biaya-biaya operasional ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, kemudian dibuat tabel biaya operasional setiap tahunnya dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-10. Biaya tetap akan selalu sama tiap tahunnya, sedangkan biaya variabel berubah sesuai dengan kapasitas produksi per tahun. Diasumsikan bahwa tahun ke-1 kapasitas produksi sebanyak 60, tahun ke-2 sebanyak 70, tahun ke-3 sebanyak 80, tahun ke-4 sebanyak 90 dan tahun ke-5 sampai tahun ke-10 sebanyak 100. Perincian biaya operasional dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 22a dan 22b.

3. Perhitungan modal

Modal usaha terdiri dari dua macam, yaitu modal tetap dan modal kerja. Modal tetap merupakan biaya investasi perusahaan sejumlah Rp 195.173.000,00, sedangkan modal kerja merupakan biaya operasional pembuatan sabun transparan per bulan. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap sejumlah Rp 26.946.878,00 dan biaya variabel sejumlah Rp 63.968.160,00. Perincian modal dapat dilihat pada Lampiran 23.

4. Harga Pokok Penjualan HPP

Harga pokok penjualan adalah suatu metode untuk menentukan harga sabun mandi transparan per 100 gram, dimana hasil perhitungannya adalah pembagian total biaya biaya tetap + biaya variabel per tahun dengan kapasitas produksi per tahun, kemudian dibagi lagi dengan 10 untuk mendapatkan harga pokok per 100 gram. Berdasarkan HPP dapat ditentukan harga jual sabun transparan dengan memperhitungkan keuntungan harus berada diatas 0. Harga pokok sabun transparan per 100 gram sebesar Rp 2.087,00 untuk kapasitas produksi 100. Perusahaan menetapkan harga jual sabun transparan per 100 gram sebesar Rp 3.000,00 dengan keuntungan 26,71 untuk kapasitas produksi 60 sampai dengan 43,76 untuk kapasitas produksi 100. Perincian penentuan harga pokok dan harga jual sabun transparan dapat dilihat pada Lampiran 24.

5. Perhitungan Usaha a. Laba - Rugi

Suatu perusahan dikatakan mengalami keuntungan mendapat laba apabila jumlah penerimaan pengeluaran. Laba yang diperoleh dikurangi lagi dengan pajak penghasilan sehingga diperoleh laba bersih. Sebaliknya apabila jumlah penerimaan pengeluaran maka preusahaan dikatakan mengalami kerugian. Penerimaan preusahaan diperoleh dari hasil penjualan sabun transparan tiap tahunnya. Penjualan sabun transparan tergantung dari kapasitas produksi per tahun. Sedangkan pengeluaran perusahaan berasal dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 221.493.681,00 untuk kapasitas produksi 60; Rp 293.218.257,00 untuk volume produksi 70; Rp 364.942.833,00 untuk volume produksi 80; Rp 436.667.409,00 untuk kapasitas produksi 90.; dan Rp 508.391.985,00 untuk kapasitas produksi 100. Perincian laba- rugi dapat dilihat pada Lampiran 25a.

b. Aliran Kas

Aliran kas digunakan untuk mengetahui arus kas yang terjadi sepanjang tahun. Aliran kas dihitung mulai dari awal produksi sebelum menghasilkan laba atau tahun ke-0. Pada tahun ke-0 arus kas masuk berasal dari modal dan arus kas keluar berasal dari investasi. Pada tahun ke-1 hingga tahun berikutnya, arus kas hanya berasal dari kas masuk yaitu diperoleh dari penjumlahan laba bersih dan penyusutan. Pada tahun ke-5 ditambahkan dengan nilai sisa investasi yang berumur 5 tahun dan pada tahun ke-10 nilai sisa investasi yang berumur 10 tahun ditambahkan pada arus kas. Arus kas semakin bertambah setiap tahunnya. Arus kas pada akhir tahun ke-1 sebesar Rp 240.320.481,00 dan arus kas pada akhir tahun ke-10 sebesar Rp 6.456.305.075,00. Perincian aliran kas dapat dilihat pada Lampiran 25b.

6. Analisa Kelayakan a. Perhitungan break event point BEP

Dalam suatu perencanaan ingin juga diketahui hubungan antara biaya, penjualan dan laba. Laba sangat bergantung pada tingkat produksi atau tingkat penjualan yang dicapai dihubungkan dengan besar biaya yang dikeluarkan. Kapan atau pada kapasitas produksi atau pada volume usaha berapa akan dicapai keadaan tidak rugi dan tidak untung dikenal dengan titik impas atau BEP. Rumus untuk menghitung BEP adalah : Biaya operasional Volume penjualan per tahun = Harga jual Biya Tetap BEP = Biaya variabel 1 - Total penerimaan Berdasarkan hasil penelitian, BEP sabun transparan sebesar Rp 727.113.532,27 dengan kapasitas BEP sebesar 15.779,37 kg untuk kapasitas produksi 60; 13.525,18 kg untuk volume produksi 70; 11.834,53 kg untuk volume produksi 80; 10.519,58 kg untuk volume produksi 90; dan 9.467,62 kg untuk volume produksi 100. Perincian BEP dapat dilihat pada Lampiran 26a.

b. Perhitungan Net BC Net benefit cost ratio

merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif + dengan net benefit yang telah di discount negative -. Untuk menghitung nilai Net BC, present value PV setiap tahun selama umur proyek harus diketahui. PV merupakan nilai net cash flow NCF yang dikalikan dengan discount factor DF. Dimana net cash flow atau aliran kas bersih merupakan hasil pengurangan nilai manfaat benefit dengan nilai biaya cost. Rumus untuk menghitung DF adalah : 1 DF = 1 + i t Keterangan : i= discount rate tingkat bunga t = tahun yang sedang berjalan Nilai Net BC dihitung dari perbandingan jumlah semua PV yang positif penerimaan dengan semua PV yang negatif pengeluaran . Rumus untuk menghitung nilai Net BC dapat dinyatakan sebagai berikut : + NPV positif Net BC = - NPV negatif Apabila Net BC ≥ 1, maka proyek tersebut dianggap layak untuk dilaksanakan, namun apabila net BC 1, maka proyek tersebut dianggap tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan tingkat bunga 16 diperoleh net BC sebesar 1,39. Hal ini berarti produksi sabun transparan layak untuk dilaksanakan. Perincian net BC dapat dilihat pada Lampiran 26b.

c. Perhitungan net present value NPV

Net present value NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih operasional maupun terminal cash flow di masa yang akan datang. Untuk menentukan nilai sekarang perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut : At NPV = -A + ∑ n t=1 1 + r t Keterangan : -A = pengeluaran investasi pada tahun ke-0 At = aliran kas masuk bersih pada tahun ke-1 r = tingkat suku bunga pada periode i t = periode investasi t = 0, 1, 2, ....., n N = jumlah tahun usia proyek Berdasarkan kriteria finansial bila NPV 0 maka proyek dinyatakan layak, jika NPV = 0 maka proyek mengembalikan social oppurtinity cost of capital , dan jika NPV 0 maka proyek tidak layak. NPV perusahaan sebesar Rp 1.770.897.604,65 maka produksi sabun transparan layak untuk dilaksanakan. Perincian NPV dapat dilihat pada Lampiran 26c.

d. Perhitungan payback period PBP

Payback period PBP merupakan waktu yang diperlukan agar modal investasi dapat kembali. Rumus untuk menghitung PBP adalah : m PBP = n + B n + 1 – C n + 1 Keterangan : n= periode investasi pada saat nilai kumulatif B t – C t negatif terakhir m = nilai kumulatif B t – C t negatif terakhir B n + 1 = nilai sekarang penerimaan social bruto pada tahun n+1 C n + 1 = nilai sekarang biaya social bruto pada tahun n+1 Dari hasil penelitian diperoleh nilai PBP sebesar 1,34 tahun, artinya modal investasi sabun transparan dapat kembali setelah produksi berjalan selama 1,34 tahun. Perincian PBP dapat dilihat pada Lampiran 26c. Lampiran 2. Neraca Massa Pembuatan Sabun Transparan Basis = 300g F Asam Stearat F Minyak kelapa F = 24 g F = 60 g F Larutan NaOH F = 66 g Lost Weight = 2,43 g F Sukrosa F Coco DEA F =24 g F = 9 g F Gliserin F Asam Sitrat F = 39 g F = 15 g F NaCl F Air F = 0,6 g F= 13,5 g F Etanol F = 45 g Lost Weight = 6,72 g Lost Weight = 2,86 g Keterangan : F : Feed umpan P : Product produk Lost Weight : Bobot yang hilang Pemanasan T=70 C Pengadukan Pengadukan T=70 C-80 C Stock Sabun P 1 = 135,7 g Pengadukan Sampai transparan Pengadukan hingga homogen Sabun transparan P2 = 262,22 g Pencetakan LAMPIRAN Lampiran 3. Analisa Karakteristik Sifat Fisiko Kimia Sabun 1. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun SNI 06-3532-1994 Timbang 5 ± 0,01 g ke dalam kurs porselen atau piringan gelas yang berdiameter 6 sampai 8 cm, dan tinggi 2 sampai 4 cm. Panaskan dalam oven pada suhu 105 ± 2 o C selama 2 jam, bila timbul gelombang hancurkan dengan batang pengaduk, kemudian panaskan lagi dan ditombang hingga bobot tetap. Kadar air bobot = Kekurangan Bobot gram contoh

2. Jumlah Asam Lemak SNI 06-3532-1994

Timbanglah dengan teliti lebih kurang 5 gram contoh dalam gelas piala dari 100 – 200 ml tambah 25 ml air, panaskan diatas penangas air hingga sabun melarut semuanya. Larutan sabun dimasukkan ke dalam labu cassia berskala minimal 0,1 ml dan piala dibilasi dengan air ditambah beberapa tetes SM dan 10 – 15 HCL 10 7-10 ml H 2 SO 4 25. Asam lemak dibebaskan akan mengapung dan larutan berubah menjadi merah. Masukkan dalam penangas air sampai ½ leher labu terendam. Setelah asam lemaknya terpisah dan mengapung kemudian ditambah air panas sampai asam lemaknya berada antara pembagian skala pada leher tabu. Dipanaskan terus lebih kurang ½ jam lalu dibaca 3 kali pada 100 o C dengan memakai loupe dalam penangas mendidih. Banyaknya asam lemak yang benar adalah hasil dari ketiga pembacaan tersebut. Kadar asam lemak = ml asam lemak × 0,84 × 100 g zat 0,84 = BD asam lemak pada 100 o C

3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan SNI 06-3532-1994