c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif, d.
Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau di perdagangkan berdasarkan ketentuan standard mutu barang danatau jasa
tertentu serta memberi jaminan barang danatau jasa yang diperdagangkan, e.
Member kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan,
f. Memberi kompensasi ganti rugi atau penggantian apabila barang danatau
jasa yang di terima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian Meskipun demikian, dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ada
ketentuan yang membebaskan pelaku usaha dari kewajiban yang dibebankan kepadanya, yaitu jika barang dan atau jasa tersebut terbukti seharusnya tidak
diedarkan atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan, timbul cacat barang padakemudian hari, cacat barang timbul karena tidak ditaatinya ketentuan yang
telah dianjurkan, kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen, dan lewatnya jangka waktu penuntutan selama 4 tahun sejak barang dibeli.
67
Diluar dari kewajiban pelaku usahaprodusen dalam menjalankan usahanya, tidak luput juga diperhatikan kewajiban para konsumen dalam
membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian, demi keselamatan dan keamanan yang tertuang dalam pasal 5 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen yang merupakan penjabaran dari kewajiban konsumen untuk memahami informasi mengenai persyaratan dan kondisi barang danatau
jasa yang akan dibeli.
C. TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DALAM MELINDUNGI KONSUMEN
Validitas pelaku usaha dalam e-commerce yang sangat penting, hal ini untuk memperlihatkan sejauh mana kebenaran akan keberadaan suatu subyek
hukum. Konsep validitas dalam e-commerce menjadi penting karena dapat
67
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Universitas Sumatera Utara
mencegah terjadinya penipuan, serta untuk mengetahui kemana ganti rugi harus diajukan dan menambah kepercayaan konsumen untuk berbelanja. Dalam e-
commerce banyak cara yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk menunjukkan validitasnya misalnya dengan cara :
68
a pencantuman alamat.
Dengan mencantumkan alamatnya di website, mereka memberitahukan kepada calon konsumen bahwa mereka benar-benar ada, sehingga konsumen
merasa aman untuk berbelanja di Website tersebut. Selain itu dengan dicantumkannya alamat penjual, pembeli mengetahui kemana harus mengajukan
ganti rugi apabila terjadi kerusakan terhadap barang yang dibeli atau apabila barang tidak sampai ke tangan konsumen.
b Mencantumkan logo perusahaan
Pencantuman logo perusahaan dalam suatu website, menandakan bahwa website tersebut benar-benar ada, karena sudah diotorisasi oleh CA Certification
Authority. c
Feed back dari pelanggan. Ini adalah salah satu bentuk validitas yang paling sederhana namun tingkat
validitasnya hampir sempurna. Feed back ini diberikan oleh pelanggan yang merasa puas dengan pelayanan, kecepatan pengiriman barang yang dipesan dan
kualitas barang yang dibeli dari suatu website, feed back yang menyatakan kepuasaan pelanggan terhadap suatu website dalam dunia internet dikenal dengan
istilah positive feed back. Semakin banyak konsumen yang puas terhadap suatu website e-commerce, semakin tinggi reputasi dan validitas website tersebut,
sehingga calon pelanggan akan semakin yakin akan pelayanan website tersebut. Sistem ini sangat bagus, karena pelaku usaha dituntut untuk memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya. Dalam e-commerce, apabila suatu website
68
http:violetatniyamani.blogspot.com200709teori-validitas.html bahan
diakses tanggal 5 Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
menerima feed back yang buruknegatif dari pelanggannya maka dapat dipastikan bahwa website tersebut akan sepi oleh pembeli.
Dalam rangka tetap memberikan perlindungan yang efektif kepada hak- hak konsumen, Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga mengatur tentang
tanggung jawab pelaku usaha, pembinaan dan pengawasan bagi pelaku usaha, badan perlindungan konsumen nasional, lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat, penyelesaian sengketa, dan badan penyelesaian sengketa konsumen.
Konsep tanggung jawab hukum merupakan bagian dari konsep kewajiban hukum. Prinsip tentang tanggung jawab adalah bagian yang sangat penting dalam
hukum perlindungan konsumen, dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen diperlukan kehati-hatian dalam menganalisa siapa yang harus bertanggung jawab
dan seberapa jauh suatu tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak yang terkait.
69
Hubungan hukum yang terjadi antara pelaku usahaprodusen dan konsumen melahirkan suatu hak dan kewajiban yang mendasari terciptanya suatu
tanggung jawab. Berikut merupakan prinsip-prinsip tanggung jawab pelaku usaha dalam hukum yang dalam prakteknya dapat dibedakan sebagai berikut :
70
a. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan fault liability
Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang baru dapat dimintai pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
dilakukannya. Bila pihak penggugat gagal membuktikan adanya unsur kesalahan di pihak tergugat, maka gugatannya dinyatakan gagal. Prinsip ini erat kaitanya
dengan hubungan konsumen dan pelaku usaha yang mendasarkan pada kontrak bukan merupakan syarat. Di Indonesia, prinsip ini tergambar dalam beberapa
ketentuan KUH Perdata, yaitu pasal 1365, 1366, dan pasal 1367 KUH Perdata. Terdapat 4 empat unsur suatu perbuatan di kategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum yaitu :
69
Edmon Makarim, Op.cit hal.333.
70
Ibid, hal.335.
Universitas Sumatera Utara
- perbuatan tersebut bertentangan dengan hak orang lain,
- bertentangan dengan kewajiban hukum sendiri,
- bertentangan dengan kesusilaan, dan
- bertentangan dengan keharusan yang diindahkan dalam pergaulan
masyarakat
b. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab presumption of liability
principle Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung jawab
sampai ia dapat membuktikan, ia tidak bersalah. Jadi, beban pembuktian ada pada si tergugat. Terlihat adanya penerimaan atas beban pembuktian terbalik yang jika
diterapkan dalam kasus kosumen akan tampak bahwa asas ini sangat membantu konsumen pada saat berhadapan dengan pelaku usaha dalam sengketa hukum.
c. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab
Prinsip ini hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas dan pembatasan ini biasanya dapat dibenarkan. Misalnya, pada kejadian
bahwa pihak tertentu yang tinggal di pinggir kali mengalami sakit perut akibat mengkonsumsi air kali untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini tidak semata-mata
adalah kesalahan dari pelaku usaha yang mempunyai pabrik di sekitar wilayah tersebut. Bias saja pihak yang mengalami sakit tidak menerapkan prinsip hidup
sehat seperti tidak memasak air secara baik, atau mengkonsumsi makanan yang tidak higienis.
d. Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability
Prinsip ini menerapkan bahwa suatu tindakan dapat dihukum atas dasar perilaku bahaya yang merugikan tanpa mempersoalkan ada tidaknya kesengajaan
atau kelalaian. Jadi, kesalahan bukan sebagai faktor yang menentukan, melainkan ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk di bebaskan dari
tanggung jawab. Pasal 19 jo pasal 28 Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur perihal tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen, akan tetapi
tidak diterapkan dalam prinsip tanggung jawab mutlak ini. Hal ini dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
dalam pasal 28 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dirumuskan bahwa ganti rugi ditentukan oleh adanya unsur kesalahan dari pelaku usahaprodusen.
Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum diterapkan pada produsen yang memasarkan produk cacat sehingga dapat
merugikan konsumen. Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen diterapkan pada produsen yang memasarkan produk cacat sehingga
dapat merugikan konsumen product liability. Bentuk tanggung jawab dapat bersifat kontraktual ataupun berdasarkan
undang-undang. Dalam UUPK, bentuk tanggung jawab dari pelaku usaha kepada konsumen dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu contractual liability
pertanggungjawaban kontraktual, product liability pertanggungjawaban produk, professional liability pertanggungjawaban profesional, criminal
liability pertanggungjawaban pidana. Sedangkan konsep tanggung jawab yang dijalankan oleh para pelaku usaha dalam transaksi elektronik e-commerce dibagi
menjadi tiga yaitu :
71
1. Tanggung jawab atas informasi
Pihak pelaku usaha harus dapat memberikan informasi yang memadai dan jelas bagi kepentingan konsumen dalam memilih barang danatau jasa. Mengutip
pendapat Howard Beales, Edmon Makarim mengemukakan standard umum mengenai informasi yang harus diberitahukan kepada konsumen adalah mengenai
informasi harga, kualitas dan keterangan-keterangan lain yang dapat membantu konsumen dalam memutuskan untuk membeli barang yang sesuai dengan
kebutuhan dan kualitas barang danatau jasanya. Sejalan dengan tujuan perlindungan konsumen dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen pasal 3 butir d, yaitu menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi
serta akses untuk mendapatkan informasi, Edmon Makarim membagi bentuk tanggung jawab informasi dalam transaksi elektronik ini dalam tiga bagian yaitu
tanggung jawab atas informasi dan iklan di internet webvertising, tanggung
71
Ibid, hal.360-371
Universitas Sumatera Utara
jawab informasi atas kontrak elektronik, dan tanggung jawab informasi atas pilihan hukum choice of law.
2. Tanggung jawab atas produk product liability
Yang dimaksud dengan product liability yaitu tanggung jawab perdata secara langsung dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat
menggunakan produk yang dihasilkannya. Ketentuan ini terdapat dalam pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa pelaku usaha
bertanggungjawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau
diperdagangkan. Pertanggungjawaban ini diterapkan dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian antara pelaku usaha dan konsumen.
3. Tanggung jawab atas keamanan
Jaringan transaksi secara elektronik harus mempunyai kemampuan untuk menjamin keamanan dan keandalan arus informasi. Para pihak yang terlibat dalam
alur transaksi harus mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap infrastruktur jaringan yang digunakan. Keamanan yang diberikan bertujuan untuk mencegah
ancaman yang mungkin timbul sebelum benar-benar terealisasi , untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya ancaman dan mengurangi akibat yang
akan ditimbulkan dari ancaman tersebut. Jadi, sistem keamanan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan jenis business to consumer dalam e-
commerce adalah adanya mekanisme yang aman bagi cara pembayaran yang
dilakukan konsumen pada suatu website.
UU ITE sudah memberikan perlindungan terhadap data pribadi seseorang, hal ini diatur dalam pasal 26. Dalam ayat 1 disebutkan bahwa kecuali ditentukan
lain oleh peraturan perundang-undangan, penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas
persetujuan orang yang bersangkutan. Cakupan dari pengertian data pribadi yang dianut oleh Pasal 26 ayat 1 dapat ditemukan dalam penjelasan pasal, yaitu hak
untuk menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam gangguan, hak untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan nyaman dan aman, hak untuk
Universitas Sumatera Utara
mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data seseorang. Perlindungan hukum terhadap data pribadi dalam Pasal 26 UU ITE sudah cukup
memadai, selain karena cakupan pengertian data pribadi yang dianut cukup luas, pasal tersebut juga memberikan hak untuk mengajukan gugatan kepada orang
yang dirugikan atas penggunaan data pribadi orang yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGEMBALIAN DANA
REFUND KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MEDIA INTERNET ONLINE SHOP OLEH LAMIDO WEB PORTAL
INDONESIA
Persaingan usaha dibutuhkan dalam struktur ekonomi yang baik. Globalisasi dan perdagangan bebas yang ditunjang oleh pesatnya kemajuan
teknologi telekomunikasi dan informatika, membuat ruang gerak dan arus transaksi barang danatau jasa yang ditawarkan menjadi semakin pesat. Banyak
perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan online di bidang khusus seperti gramedia shop yang dikenal dengan toko bukunya, Traveloka dengan penjualan
tiket dan voucher perjalanan wisata, dan lain sebagainya. Lamido Web Portal Indonesia adalah salah satu situs e-commerce di Indonesia yang sistem penjualan
nya berbasis C2C consumer to consumer. Lamido Indonesia merupakan situs e-commerce berbasis C2C di
Indonesia. Lamido adalah salah satu platform marketplace yang digunakan pengguna internet untuk melakukan transaksi jual-beli online dengan berbagai
jenis barang, mulai dari Handphone, Tablet, aksesoris gadget, computer, fashion, laptop, dan lain-lain. Pengunjung situs Lamido Indonesia tidak hanya bisa
berbelanja online tapi juga bisa berjualan barang - barang baru maupun bekas dengan stok yang banyak maupun satuan. Lamido Indonesia memang bukan situs
C2C pertama yang merambah pasar e-commerce Indonesia. Sudah ada beberapa nama besar seperti Tokopedia dan Bukalapak yang sudah terlebih dahulu
merambah pasar ini.Lamido Indonesia mulai meramaikan pasar e-commerce di Indonesia sejak September 2013 yang lalu, dan terdaftar di internet sejak Agustus
2013 oleh Admin Id : Magnus Ekbom dan Tech ID : Ali Rachman, dengan URL www.lamido.co.id sebagai situs web perdagangan e-commerce Toko Online.
Lamido Indonesia merupakan bagian dari Lazada Indonesia yang juga merupakan situs raksasa belanja online Indonesia, bersama Zalora dan Foodpanda
Universitas Sumatera Utara