sebanyak 1 satu unit. Sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di Desa Lubuk Bayas saat ini terdiri adalah tenaga medis, yaitu Bidan sebanyak 2 orang dan Bidan
Desa 1 orang.
4.2. Karakteristik Responden
Berikut ini diuraikan beberapa karakteristik responden, yaitu usia, pendidikan, pengalaman bertani, jumlah anggota keluarga dan luas sawah.
Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No.
Umur Tahun SIPT
Non SIPT Frekwensi
Frekwensi
1. ≤ 30
2 2,86
7 10,00
2. 31 – 35
10 14,29
6 8,57
3. 36 – 40
13 18,57
14 20,00
4. 41 – 45
18 25,71
18 25,71
5. 46 – 50
13 18,57
4 5,71
6. 51 – 55
7 10,00
9 12,86
7. 55
7 10,00
12 17,14
Jumlah 70
100 70
100
Sumber: Data Primer, Diolah, 2011 Berdasarkan usia diketahui bahwa sebanyak 20 petani SIPT dan sebanyak
30 petani non SIPT berusia diatas 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani SIPT pada umumnya lebih muda dibandingkan dengan petani non SIPT. Selanjutnya
jumlah petani yang paling banyak adalah pada kelompok umur 41 – 45 tahun 25,71.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No.
Pendidikan SIPT
Non SIPT Frekwensi
Frekwensi
1. SD
6 8,57
25 35,71
2. SLTP
25 35,71
20 28,57
3. SLTA
39 55,71
25 35,71
Jumlah 70
100 70
100
Sumber: Data Primer, Diolah, 2011 Berdasarkan pendidikan terakhir diketahui bahwa sebagian besar responden
SIPT 55,71 adalah berpendidikan setingkat SLTAsederajat, kemudian sebanyak 35,71 berpendidikan setingkat SLTPsederajat, dan SD sebanyak 8,57.
Sedangkan untuk petani non SIPT, sebagian besar responden berpendidikan SD dan SLTA masing-masing 35.71 dan setingkat SLTP sebanyak 28.57.
Tabel 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani No.
Pengalaman Tahun
SIPT Non SIPT
Frekwensi Frekwensi
1. ≤ 10
3 4,29
4 5,71
2. 11 – 20
30 42,86
18 25,71
3. 21 – 30
24 34,29
23 32,86
4. 31 – 40
9 12,86
11 15,71
5. 40
4 5,71
14 20,00
Jumlah 70
100 70
100
Sumber: Data Primer, Diolah, 2011 Berdasarkan pengalaman bertani, diketahui bahwa sebagian besar petani, baik
SPIT maupun non SIPT memiliki pengalaman bertani antara 11 – 20 tahun dan 21 – 30 tahun. Hal ini sejalan dengan usia petani SIPT yang pada umumnya lebih muda
dibandingkan dengan petani non SIPT.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Sawah No.
Luas Sawah Ha SIPT
Non SIPT Frekwensi
Frekwensi
1. ≤ 0.2
8 11,43
8 11,43
2. 0.21 – 0.40
22 31,43
16 22,86
3. 0.41 – 0.60
19 27,14
22 31,43
4. 0.61 – 0.80
16 22,86
7 10,00
5. 0.81 – 1.00
5 7,14
17 24,29
Jumlah 70
100 70
100
Sumber: Data Primer, Diolah, 2011 Luas sawah yang diusahakan petani, baik SIPT maupun non SIPT adalah pada
rentang 0,2 – 1 ha, dengan rata-rata 0,52 ha pada petani SIPT dan 0,61 ha pada petani non SIPT.
4.3.
Deskripsi Sistem Integrasi Padi – Ternak
Pengembangan budidaya ternak dalam suatu kawasan persawahan dapat dilakukan dengan usaha pemeliharaan ternak yang diketahui dapat memanfaatkan
secara optimal sumber daya lokal dan produk samping tanaman padi. Pola pengembangan tersebut telah dikenal dengan sistem integrasi padi ternak SIPT dan
merupakan suatu sistem usaha tani yang pengelolaannya saling terintegrasi dengan berbagai komponen usaha tani padi-ternak.
Pelaksanaan program SIPT antara lain dapat dilakukan melalui penerapan berbagai macam teknologi pengolahan bahan baku pakan dan kotoran ternak sebagai
sumber bahan baku pupuk organik. Produk teknologi pengolahan diharapkan mampu
Universitas Sumatera Utara
mendukung kegiatan usaha tani padi melalui penyediaan pupuk organik dan penyediaan bahan pakan yang berkelanjutan untuk sapi potong.
Secara keseluruhan maka pengembangan SIPT dilaksanakan dengan tujuan untuk antara lain i mendukung upaya mempertahankan dan sekaligus memperbaiki
struktur dan tekstur lahan pertanian serta menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman pertanian yang seimbang, ii mendukung upaya peningkatan produktifitas
tanaman padi sebagai produk utama dan daging sebagai produk ikutan, iii peningkatan populasi ternak, yang sekaligus, iv meningkatkan pendapatan
petani. Dalam pelaksanaan SIPT di Desa Lubuk Bayas, petani membentuk kelompok
dengan jumlah anggota 5 – 8 petani per kelompok. Setiap petani memiliki 2 – 4 ekor sapi, sehingga untuk satu kelompok terdapat 10 – 32 ekor sapi. Setiap kelompok
peternak mempunyai satu kandang bersama, dan dalam pemberian pakan, mereka mengatur jadwal secara bersama. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pakan
sapi yang diberikan oleh petani adalah rumput, bukan jerami padi sebagaimana konsep SIPT. Hal ini dlakukan petani karena masih tersedianya rumput di sekitar
mereka, dan keterbatasan ketersediaan jerami padi yaitu hanya setelah musim panen. Dalam pola SIPT, beberapa keuntungan yang diperoleh petani dalam
hubungannya dengan pertanaman padi adalah: a.
Petani menggunakan kotoran sapi sebagai pupuk kandang untuk areal sawah dengan dosis 500 kgha, sehingga mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
Universitas Sumatera Utara
b. Urine sapi digunakan sebagai pestisida alami sehingga mengurangi biaya
pembelian pestisida. 4.4.
Penggunaan Faktor Produksi
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha tani padi diantaranya adalah bibit, pupuk dan tenaga kerja. Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut
disajikan per petani dan per ha, sebagaimana Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Persentase Responden Berdasarkan Penggunaan Faktor-faktor Produksi Tanaman Padi Sawah
No. Faktor Produksi
Per Petani Per Ha
SIPT Non SIPT
SIPT Non SIPT
1. Bibit kg
21,2 24,2
40 40
2. Pupuk kg
Urea 53
121,6 100
202 TSPSP36
53 90,4
100 149
Ponska 26,5
60,6 50
100 ZA
59,4 95
Kandang 265
500 3.
Tenaga Kerja 60,87
66,37 115
110 Dalam Keluarga
9 2
17 5
Luar Keluarga 52
65 97
104 Sumber: Data Primer, Diolah, 2011
Penggunaan bibit per petani pada SIPT rata-rata sebanyak 21,2 kg dan non SIPT sebanyak 24,2 kg. Hal ini berhubungan dengan perbedaan rata-rata luas sawah
yang diusahakan petani. Namun penggunaan bibit per ha adalah sama, yaitu 40 kg per ha. Hal ini disebabkan karena lahan sawah yang diusahakan oleh petani adalah lahan
Universitas Sumatera Utara
irigasi teknis dan petani membentuk kelompok tani, di mana dalam kelompok ini aktif mengikuti penyuluhan system usaha tani padi sawah.
Dalam penggunaan pupuk, dilihat bahwa dalam SIPT jumlah pupuk yang digunakan petani lebih sedikit dibandingkan dengan non SIPT. Tiga jenis pupuk yang
digunakan petani adalah sama, yaitu Urea, TSPSP36 dan Ponska, dengan dosis penggunaan yang lebih rendah pada SIPT. Perbedaan jenis pupuk yang digunakan
adalah bahwa petani non SIPT menggunakan pupuk ZA, sedangkan petani SIPT menggunakan pupuk kandang, dalam hal ini adalah kotoran sapi.
Dalam hal penggunaan tenaga kerja, dapat dilihat bahwa per petani penggunaan tenaga kerja lebih rendah pada SIPT dibandingkan dengan non SIPT,
tetapi per ha bahwa penggunaan tenaga kerja lebih besar pada SIPT daripada non SIPT. Namun demikian dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga
lebih efektif pada SIPT dibandingkan dengan non SIPT, dengan demikian penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih banyak pada petani non SIPT
dibandingkan SIPT. Penggunaan tenaga kerja keluarga dalam usaha tani akan mengurangi angka pengangguran tersembunyi dalam keluarga. Dengan demikian
bahwa tenaga kerja dalam keluarga menjadi produktif. Selanjutnya berdasarkan penggunaan faktor-faktor produksi tersebut, maka
dapat diketahui jumlah biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam usaha tani padi sawah, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.10. Dalam hal ini biaya produksi dihitung
untuk dua kali musim tanam, karena seluruh petani melakukan pola tanam dua kali dalam satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan penggunaan faktor produksi per petani yang lebih banyak pada petani non SIPT, maka biaya produksi juga lebih besar yaitu Rp. 8.398.136,
sedangkan petani SIPT adalah Rp. 7.065.324. Demikian juga dalam perhitungan biya per ha, untuk petani non SIPT adalah sebesar Rp. 13.834.680, dan untuk petani SIPT
adalah sebesar Rp. 13.315.254. Komponen biaya yang paling banyak berbeda adalah komponen biaya pupuk. Hal ini sesuai dengan penggunaan pupuk yang lebih banyak
pada petani non SIPT.
Tabel 4.10. Rata-rata Biaya Faktor Produksi per Tahun Rp No.
Faktor Produksi Per Petani
Per Ha SIPT
Non SIPT SIPT
Non SIPT
1. Bibit
127.200 144.943
240.000 239.143
2. Pupuk
614.266 863.686
1.141.771 1.423.508
3. Pestisida
158.443 161.443
305.444 272.368
4. Tenaga Kerja
2.419.429 2.785.186
4.567.912 4.579.806
5. Iuran Air
147.075 168.096
277.500 277.515
6. PBB
66.250.00 75.714
125.000 125.000
Total 7.065.324
8.398.136 13.315.254
13.834.680
Sumber: Data Primer, Diolah, 2011 4.5.
Produksi dan Pendapatan
Produksi padi yang dihasilkan petani dihitung dalam dua kali musim tanam total per tahun, demikian juga dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani.
Jumlah produksi padi dan pendapatan petani dari usaha tani padi sawah di Desa Lubuk Bayas per tahun disajikan pada Tabel 4.11.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Rata-rata Produksi dan Pendapatan Responden
No. Uraian
Per Petani Per Ha
SIPT Non SIPT
SIPT Non SIPT
1. Produksi ton
6,93 7,86
13,06 13,02
2. Penjualan Rp
25.646.286 29.067.200
48.317.973 48.170.476
3. Biaya Produksi Rp
7.065.324 8.398.136
13.315.254 13.834.680
4. Pendapatan Rp
18.580.961 20.669.064
35.002.719 34.335.796
Sumber: Data Primer, Diolah, 2011 Produksi padi per petani lebih tinggi pada petani non SIPT, hal ini sesuai
dengan lahan sawah yang diusahakan lebih luas dibandingkan dengan petani SIPT. Tetapi dalam hal jumlah produksi per ha, diketahui bahwa produksi petani SIPT lebih
tinggi dibandingkan dengan non SIPT. Total produksi petani SIPT dalam dua kali musim tanam adalah 13,06 ton per ha, sedangkan total produksi petani non SIPT
adalah 13,02 ton per ha. Hal ini berarti bahwa dengan pola SIPT dan dengan penggunaan pupuk anorganik yang lebih rendah, produksi padi SIPT masih lebih
tinggi dibandingkan dengan produksi padi non SIPT. Padi yang dihasilkan petani pada umumnya dijual dalam keadaan basah
kepada agen, dengan harga rata-rata Rp. 3.700 per kg. Tidak terdapat perbedaan harga jual gabah antara petani SIPT dan non SIPT, karena lokasi lahan sawah yang
berada di desa yang sama dan dijual kepada agen. Sesuai dengan perbedaan produksi antara petani SIPT dan non SIPT, maka nilai penjualan padi juga berbeda, yaitu
Rp. 48.317.973 per hatahun pada petani SIPT dan Rp. 48.170.476 per hatahun pada petani non SIPT.
Universitas Sumatera Utara
Setelah dikurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam satu tahun untuk usaha tani padi sawahnya, maka diperoleh pendapatan. Berdasarkan hasil
penelitian, bahwa pendapatan petani SIPT per Ha dalam satu tahun lebih tinggi dari pendapatan petani non SIPT. Jumlah pendapatan petani SIPT dari usaha tani padi
sawah adalah Rp. 35.002.719,- sedangkan pendapatan petani non SIPT adalah sebesar Rp. 34.335.796. Selain pendapatan dari usaha tani padi sawah, petani SIPT juga
memperoleh pendapatan dari penjualan sapi, yang diperkirakan rata-rata Rp. 5.476.000 per tahun. Untuk lengkapnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.12. Rata-rata Pendapatan Responden dari Penjualan Sapi
No. Uraian
Jumlah Sapi Rata-rata
2 ekor 4 ekor
1. Lama dipelihara tahun
2 2
2 2.
Biaya produksi Rp. 5.640.000
14.600.000 10.248.000
3. Penjualan Rp
14.000.000 28.000.000
21.200.000 4.
Pendapatan Rp – 2 thn 8.360.000
13.400.000 10.952.000
5. Pendapatan Rp thn
4.180.000 6.700.000
5.476.000 Sumber: Data Primer, Diolah, 2011
4.6. Pembahasan