1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah variabel analisis teknikal yang terdiri atas harga saham masa lalu dan volume perdagangan masa lalu berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh variabel
analisis teknikal yang terdiri atas harga saham masa lalu dan volume perdagangan masa lalu terhadap harga saham perusahaan sektor
keuangan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 hingga 2009.
1.3.2 Manfaat Penelitian a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian
ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam teknik analisis surat berharga selain analisis fundamental yang telah banyak di
lakukan di pasar modal Indonesia. b. Bagi penulis, sebagai sarana penulis untuk menerapkan teori
dan literatur yang penulis peroleh selama perkuliahan, dan juga menambah wawasan penulis tentang dunia investasi dan pasar
modal. c. Bagi pihak lain, yang ingin melakukan kajian lebih mendalam
Universitas Sumatera Utara
mengenai analisis teknikal, diharapkan penelitian ini dapat membantu penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya
berdasarkan pada data pasar historis seperti informasi harga dan volume. Analisis ini menggambarkan perilaku pasar melalui
grafik untuk memprediksi harga saham di masa mendatang. Analisis teknikal menggunakan data-data historis dan
mengidentifikasi bagaimana pergerakan harga saham dan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual
saham, dan untuk memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh keuntungan.
Menurut Hin 2008 analisis teknikal didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu:
a. Market Discount Everything
Harga pasar yang terlihat adalah harga yang sebenarnya. Analisis teknikal didasarkan pada keyakinan
bahwa semua hal kondisi ekonomi, politik, fundamental, dan lain-lain telah tercermin pada harga pasar.
Pergerakan harga yang terjadi merupakan pengaruh dari perubahan permintaan dan penawaran.
Universitas Sumatera Utara
b. Prices Moves in Trends
Harga bergerak dalam suatu tren. Harga saham suatu perusahaan akan bergerak ke satu arah, naik atau turun,
dan membentuk suatu tren. Tren ini akan berkelanjutan sampai pergerakan harga melambat dan memberikan
peringatan sebelum berbalik dan bergerak ke arah yang berlawanan.
c. History Repeat Itself
Pola tindakan pasar berulang. Pola-pola tertentu akan terlihat dari waktu ke waktu dalam suatu grafik. Pola-pola ini
mempunyai makna yang dapat diinterpretasikan untuk memprediksi pergerakan harga saham.
2.1.2 Harga Saham Masa Lalu
Harga saham yang terjadi ditentukan oleh pola permintaan dan penawaran saham, perubahan pola permintaan dan penawaran saham
akan mempengaruhi arah pembentukan harga. Pola pergerakan permintaan dan penawaran yang terjadi diwaktu yang lampau akan
terulang lagi di masa yang akan datang. Berdasarkan pada mekanisme pembentukan harga, bila
penawaran lebih besar dari permintaan, maka umumnya harga saham akan turun. Sebaliknya, bila permintaan lebih besar dari penawaran,
maka harga saham akan meningkat. Disisi lain analis teknikal percaya bahwa gerakan saham akan mengikuti tren, baik menurun,
meningkat, maupun mendatar.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat pergerakan harga saham mencapai titik terendah dan mulai meningkat bagi para analis teknikal merupakan indikator
untuk melakukan tindakan membeli saham. Tren berikutnya pada saat pergerakan harga saham mendatar, para analis teknikal bisa saja
menjual sahamnya, tetapi disatu sisi mereka mungkin berharap akan terjadi tren peningkatan sehingga mereka lebih memilih untuk
menahan sahamnya dan tidak segera menjual. Tetapi jika pada tren mendatar ternyata diikuti tren penurunan
harga saham, maka situasi ini bagi para analis teknikal akan merupakan sinyal untuk menjual sahamnya, untuk menghindari
keraguan yang lebih besar akibat harga terus turun. Analis teknikal juga mempercayai data harga saham masa lalu sebagai
indikator pergerakan harga saham masa yang akan datang.
2.1.3 Volume Perdagangan Saham
Menurut Vibby 2010 volume perdagangan mencerminkan perubahan harga, dan dukungan, terhadap nilai harga yang terjadi
dipasar. Karena itu, besarnya jumlah penawaran supply dan permintaan demand sangat mempengaruhi pergerakan bursa.
Volume perdagangan merupakan cerminan intensitas minat beli dan tekanan dibalik pergerakan nilai harga yang terjadi. Volume
saham juga dapat memprediksikan keadaaan pasar yang terjadi. Berikut ini tabel hubungan volume dalam analisa teknikal terhadap
harga saham dan interpretasi pasar saham:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Hubungan Analisa Teknikal dengan Volume dan Interpretasinya
Harga Volume
Interpretasi
Naik Naik
Market sangat kuat Naik
Jatuh Market mulai melemah
Jatuh Naik
Market sangat lemah Jatuh
Jatuh Market mulai menguat
Sumber: Vibby 2010
Menurut Charles Dow dalam Purba 2009 terdapat beberapa prinsip dalam penafsiran volume:
a. Prinsip yang paling utama adalah bahwa volume sejalan dengan tren. Volume dapat menjadi variabel untuk memprediksi situasi
pasar. Hal ini disebabkan karena pada saat pasar mengalami up - trend maka aktivitas perdagangan akan meningkat. Sedangkan
pada saat downtrend, aktivitas perdagangan akan menurun. b. Aktivitas pembeli dan penjual dalam pasar sangat berpengaruh
terhadap harga saham. Seorang investor yang menjual saham yang dimilikinya dapat mengakibatkan harga saham turun.
c. Harga yang meningkat dan volume yang menurun adalah tidak normal dan mengindikasikan bahwa tren yang terjadi tidak kuat
dan akan mengalami perubahan. Aktifitas seperti ini biasanya merupakan tren bearish menurun dan dapat digunakan sebagai
indikator yang patut diperhitungkan. Hal yang perlu diperhati- kan adalah bahwa volume dapat mengukur antusiasme pembeli
dan penjual. Pasar yang sedang uptrend dengan volume yang
Universitas Sumatera Utara
rendah dapat disebabkan oleh kurangnya penjual dibandingkan dengan antusiasme pembeli. Cepat atau lambat, hal ini akan
mendorong pasar mencapai harga saham yang membuat penjual bersedia menjual.
2.1.4 Teknik Analisis Teknikal
Menurut Tandelilin 2010, pengguna analisis teknikal disebut juga sebagai chartist karena aktivitasnya dalam merekam data atau
membuat grafik chart pergerakan harga saham dan volume perdagangan. Kemudian mencari pola pergerakan saham maupun
volume perdagangan dan mencari celah keuntungan dari pola tersebut.
Menurut Joni 2010 pada prinsipnya analisis teknikal dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Price Action Behavior
Price action behavior adalah analisis terhadap pasar yang didasarkan pada pola pergerakan harga di pasar.
Analisis ini dijelaskan oleh The Dow Theory, Elliot Wave Principles, Fractal, dan lainnya.
b. Lagging Indicator
Analisis dengan indikator lagging ini umumnya berakibat masuk posisi menjadi terlambat; karena hasil yang didapat
berasal dari data-data yang sudah berjalan sehingga menghasilkan sinyal untuk masuk ke pasar yang terlambat.
Contoh lagging indicator adalah analisis rata-rata bergerak
Universitas Sumatera Utara
moving average cross, MACD moving average convergence divergence, bollinger bands, parabolic SAR, dan lain-lain.
c. Lead Indicator
Indikator yang masuk kategori lead ini umumnya memiliki karakteristik “self fulfilling prophecy”; maksudnya,
apabila harga mencapai level tertentu, maka dia akan breakout atau reversal, karena banyaknya trader yang menaruh pending
order maupun stop loss order di area tersebut. Contoh dari lead indicator ini adalah Pivot Point, Visual Support
Resistence, Candlestick Reading, Chart Pattern Recognation, Murrey Math, Convergence Divergence, dan lainnya.
Teknik-teknik umum yang menggunakan grafik charting yang biasa digunakan investor untuk mengambil keputusan melalui analisis
teknikal antara lain: a. The Dow Theory
The Dow Theory dikemukakan oleh Charles H. Dow pada tahun 1880-an. Teori ini bertujuan untuk mengidentifikasi trend
harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data historis harga pasar saham di masa lalu. Dalam
Tandelilin 2010:399 teori ini menjelaskan bahwa pergerakan harga saham bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Primary trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang lama beberapa tahun.
Secondary intermediate trend, yaitu pergerakan harga
Universitas Sumatera Utara
saham yang terjadi selama pergerakan harga dalam primary trend. Pergerakan sekunder ini muncul sebagai pergerakan
yang bersifat sebagai penyimpangan dari pergerakan primer dan biasanya terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa
bulan. Mino r trend atau day-to-day move, merupakan fluktuasi
harga saham yang terjadi setiap hari. b. Analisis Rata-rata Bergerak
Menurut Tandelilin 2010:400 teknik rata-rata bergerak moving average adalah salah satu teknik yang dipakai dalam
analisis teknikal untuk mendeteksi dan menganalisis pergerakan saham baik saham individual maupun seluruh saham di pasar
modal. Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk mendeteksi arah
pergerakan harga saham dan besarnya tingkat pergerakan tersebut. Teknik rata-rata bergerak dilakukan dengan menghitung
nilai rata-rata bergerak dari data harga penutupan saham harian selama beberapa periode pengamatan. Perhitungan tersebut akan
menghasilkan garis trend rata-rata bergerak yang menunjukkan trend pergerakan harga saham yang kemudian dapat dipakai untuk
memprediksi pergerakan harga saham di masa depan. c.
Relative Strength Menurut Tandelilin 2010, teknik relative strength
menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar
Universitas Sumatera Utara
atau industri tertentu. Hasil perbandingan teknik ini digambarkan dalam plot-plot yang menunjukkan perbandingan harga relatif
saham selama jangka waktu tertentu. Dalam teknik ini, jika terjadi trend pergerakan yang
meningkat, maka hal tersebut merupakan sinyal akan terjadinya peningkatan rasio harga saham dibanding indeks pasar. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa saham tersebut akan memberikan return yang melebihi return pasar dan akan menarik investor
untuk menjadikan saham tersebut sebagai alternatif investasi yang baik.
2.2 Penelitian Terdahulu
Nasution 2006 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta”. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari 32 perusahaan properti, hanya diambil 16 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara serempak, faktor fundamental yang terdiri dari leverage ratio, fixed asset turnover, quick ratio, operating
profit margin, return on investment, price book value dan faktor teknikal yang terdiri dari volume perdagangan dan indeks harga saham individu
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada alpha 5. Ayuningtyas 2008 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Faktor-Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
method dan meneliti 60 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI
Universitas Sumatera Utara
dari tahun 2003 sampai tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar US Dollar terhadap Rupiah,
volume perdagangan masa lalu dan harga saham masa lalu berpengaruh positif terhadap harga saham. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa suku
bunga SBI berpengaruh negatif terhadap harga saham. Purba 2009 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor
Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan dan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Metode pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling method. Dari 28 perusahaan sektor perbankan, diambil 8 perusahaan dan dari 135 perusahaan sektor manufaktur,
diambil 25 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan faktor teknikal yang terdiri dari volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara
serentak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada alpha 5.
2.3 Kerangka Konseptual