Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA I MEDAN

PENGARUH FAKTOR TEKNIKAL TERHADAP HARGA

SAHAM SEKTOR PERBANKAN DAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

DRAFT SKRIPSI

OLEH :

AHMAD RIPAI PURBA 050502106 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

2009


(2)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

ABSTRAK

Ahmad Ripai Purba (2009). Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan dan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dosen Pembimbing; Drs. Syahyunan, M.Si. Ketua Departemen Manajemen Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I; Drs. Ami Dilham, M.Si; dan Dosen Penguji II; Dra. Nisrul Irawati, MBA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel teknikal yang terdiri atas indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor perbankan dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan 8 perusahaan sektor perbankan dan 25 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008 sebagai sampel.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda melalui uji signifikansi simultan, uji signifikansi parsial dan koefisien determinasi. Pada perusahaan sektor perbankan variabel teknikal yang terdiri dari indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan secara serentak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (indeks harga saham individu, volume perdagangan) terhadap variabel terikat (harga saham) pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2008. Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan metode analisis regresi berganda melalui uji simultan (Uji F) dengan Fhitung 11,288 dan signifikansi 0,000.

Variabel teknikal yang terdiri dari indeks harga saham individu (IHSI) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2008 dengan thitung 3,104 dan signifikansi 0,004. Variabel teknikal yang terdiri dari volume perdagangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2008 dengan thitung -3,979 dan signifikansi 0,000.

Pada perusahaan sektor manufaktur variabel teknikal yang terdiri dari indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan secara serentak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (indeks harga saham individu, volume perdagangan) terhadap variabel terikat (harga saham) pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2008. Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan metode analisis regresi berganda melalui uji simultan (Uji F) dengan Fhitung 20,872 dan signifikansi 0,000.

Variabel teknikal yang terdiri dari indeks harga saham individu (IHSI) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun


(3)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

2005-2008 dengan thitung 0,870 dan signifikansi 0,386. Variabel teknikal yang terdiri dari volume perdagangan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2008 dengan thitung 5,873 dan signifikansi 0,000.

Kata kunci : indeks harga saham individu, volume perdagangan, harga saham, BEI


(4)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tidak hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang selalu menyertai terutama nikmat iman, islam, dan ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara, Medan. Tidak lupa pula shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari akhirat kelak.

Skripsi ini mengambil judul: “Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap

Pergerakan Harga Saham Sektor Perbankan dan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian

ini penulis banyak mendapat saran, doa, dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang setulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si sebagai Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Dosen Wali dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berharga kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah sudi meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan, saran dan masukan yang sangat berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah

memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh pegawai di Kantor Departemen Manajemen, Kak Dani, Kak Vina, Bang Jum, Kak Susi dan Pegawai di Fakulatas Ekonomi Sumatara Utara, terima kasih untuk semua jasa-jasanya dan bantuan administrasi selama perkuliahan.

8. Kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda M.Zakaria Purba dan ibunda Sawiyah Sinaga, terima kasih atas segala pengorbanan, kasih sayang, doa dan dukungan, serta kesabaran yang selalu menyertai penulis selama ini dan juga selama proses penyusunan skripsi ini.


(6)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

9. Kedua abahku: M.Mukhlis Purba dan M.Ridwan Purba, dan juga adikku yang kusayangi selalu, Aida Hanum Br.Purba terima kasih atas dukungan, doa dan motivasinya yang selalu menyertai penulis.

10. Kepada sahabat-sahabatku senasib, sepenanggungan, seperjuangan, seperjalanan di Camphut Community: Hadi Prayitno, Syahyuni, Wahyu Pramana Jati, Aris Muharahman, Maulana Hakim, Bonardo Hutagalung, Zulchairi Ramadhan, Zulfikar Siregar, Rafael Rizaldy, Pranata Suteza, dan Novri Rurysun, tempat berbagi rasa susah atau senang, semoga Allah memberikan jalan yang terbaik buat kita; serta untuk someone special (My****) yang telah memberi doa, dukungan, bantuan dan sumber motivasi dalam penulisan skripsi ini.

11. Kepada sahabat-sahabatku: Jaka, Aan, Hari, Arman, Jerry; dan kepada kawan-kawan main futsal: Dedy, Umar, Budi, Wira, Ahyar, Chandra, Arda, Martin, CT, Erwin, Saguh; juga kepada tim futsal Senina Ale-Ale: Bombom, Bayu, Mesa, Martin, Bobby, Lufti, Taufiq, Wendy. Makasi semuanya, sukses bersama ya!!!!!!!!!!!!!!!!

12. Kepada sahabat-sahabatku yang lainnya di Departemen Manajemen USU khususnya Angkatan 2005 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Makasi semua untuk kebersamaannya selama ini...

13.The last but not least, kepada kawan-kawan di Ajo Residence: Arifin,

Bg.Zulham, Surya, Ando, Yanda, Fredy, Danu, Reza, Fitra, Tisna, Agung, Arbi, Hadi, Bobby, Syaiful, Aam, Dian, Ridho, Andang, Edo, Embang, Rudi, baek-baek klen!!!


(7)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis sendiri. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan di masa depan.

Medan, Mei 2009 Penulis


(8)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR ………..……... x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah ... ……... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Kerangka Konseptual ... 6

D. Hipotesis ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

1. Batasan Operasional ... 10

2. Definisi Operasional ... 10

3. Populasi dan Sampel ... 11

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

5. Jenis Data ... 14

6. Teknik Pengumpulan Data ... 14

7. Metode Analisis Data ... 14

BAB II URAIAN TEORITIS ... 20

A. Penelitian Terdahulu ... 20

B. Indeks Harga Saham ... 21

C. Volume Perdagangan ... 23

D. Analisis Teknikal ... 24


(9)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………... 34

A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ……….. ... 34

B. Gambaran Umum Perusahaan Sektor Perbankan dan Manufaktur ……… 37

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ……… ... 39

A. Analisis dan Evaluasi Untuk Sektor Perbankan ... 39

1. Analisis Deskriptif ………... 39

2. Uji Hipotesis ………... 43

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ……… ... 43

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ……… ... 47

3. Koefisien Determinasi (Uji Goodness of Fit) ……... 50

4. Uji Asumsi Klasik ……… ... 51

B. Analisis dan Evaluasi Untuk Sektor Manufaktur ……. ... 56

1. Analisis Deskriptif ……… ... 56

2. Uji Hipotesis ……… ... 62

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 62

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ……… ... 64

3. Koefisien Determinasi (Uji Goodness of Fit) ………. 67

4. Uji Asumsi Klasik ……… ... 68

C. Uji Beda ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... ... 75

A. Kesimpulan ………... 75

B. Saran ……….……….. 75

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN


(10)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 : Jumlah Sampel Berdasarkan Seleksi Kriteria Sampel……… 12

Tabel 1.2 : Sampel Penelitian Sektor Perbankan……….. 12

Tabel 1.3 : Sampel Penelitian Sektor Manufaktur……… 13

Tabel 1.4 : Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test………. 18

Tabel 3.1 : Gambaran Umum Perusahaan Sektor Perbankan ... 37

Tabel 3.2 : Gambaran Umum Perusahaan Sektor Manufaktur ... 38

Tabel 4.1 : Harga Saham (Rp) Perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 40

Tabel 4.2 : Harga Saham Individu Perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 41

Tabel 4.3 : Volume Pedagangan Perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 43

Tabel 4.4 : Hasil Uji Signifikan Simultan Sektor Perbankan ... 45

Tabel 4.5 : Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji-t) Sektor Perbankan ... 48

Tabel 4.6 : Hasil Uji Goodness Of Fit Sektor Perbankan ... 50

Tabel 4.7 : Hasil Uji Normalitas Sektor Perbankan ... 52

Tabel 4.8 : Hasil Uji Multikolenieritas Sektor Perbankan ... 53

Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokolerasi Sektor Perbankan ... 55

Tabel 4.10 : Harga Saham (Rp) Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 57

Tabel 4.11 : Harga Saham Individu Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 59

Tabel 4.12 : Volume Pedagangan Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 61

Tabel 4.13 : Hasil Uji Signifikan Simultan Sektor ... 63

Tabel 4.14 : Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji-t) Sektor Manufaktur ... 66

Tabel 4.15 : Hasil Uji Goodness Of Fit Sektor Manufaktur ... 68

Tabel 4.16 : Hasil Uji Normalitas Sektor Manufaktur ... 69

Tabel 4.17 : Hasil Uji Multikolenieritas Sektor Manufaktur ... 70

Tabel 4.18 : Hasil Uji Autokolerasi Sektor Manufaktur ... 72


(11)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 8

Gambar 2.1 Pergerakan Harga Saham Menurut The Dow Theory ... 29

Gambar 2.2 Support dan resistance ... 30

Gambar 2.3 Garis Rata-rata ... 32

Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas untuk Sektor Perbankan (Metode Grafik) ... 54

Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas untuk Sektor Manufaktur (Metode Grafik) ... 71


(12)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal menyediakan fasilitas untuk menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai dana (investor) kepada pihak yang membutuhkan dana (emiten) dan pasar modal memungkinkan investor melakukan berbagai pilihan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya, yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan.

Dalam perdagangan saham di pasar modal tidak ada kenyataan lain selain harga saham dan volume. Harga saham dan volume adalah fakta yang tidak dapat diputarbalikkan. Harga saham sangat penting karena berdasarkan harga inilah investor mengukur seberapa besar keuntungan atau kerugian investasinya. Volume perdagangan adalah jumlah saham atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal selama periode yang telah ditentukan. Volume perdagangan merupakan salah satu variabel dari harga, karena volume perdagangan menggambarkan jumlah aktifitas perdagangan. Indeks saham individu adalah indeks masing-masing harga saham penutupan terhadap harga dasar saham. Indeks saham merupakan salah satu indikator pergerakan harga saham.


(13)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor harus benar-benar menyadari bahwa disamping memperoleh keuntungan, mungkin juga akan mengalami kerugian. Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para investor, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para investor akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di atas harga pasar. Sebaliknya, keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di bawah harga pasar. Untuk menentukan nilai saham, pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada di pasar modal guna menentukan saham-saham atau melakukan portofolio yang dapat memberikan return paling optimal. Tujuan analisis saham adalah untuk menilai kewajaran penetapan harga saham suatu perusahaan.

Investor dapat memilih investasi yang aman, dengan analisis yang cermat, teliti, dan didukung data yang akurat. Secara umum, teknik analisis yang paling banyak digunakan adalah analisis yang bersifat fundamental dan analisis teknikal.

Analisis teknikal (technical analysis) merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar dengan mengamati harga saham pada waktu yang lalu, digunakan untuk mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.


(14)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Para analis teknikal lebih menekankan perhatian dan perubahan harga dari pada tingkat harga, oleh sebab itu analis lebih ditekankan untuk meramal trend perubahan harga tersebut. Ada beberapa teknik analisis yang digunakan dalam pendekatan teknikal ini, antara lain adalah trend analysis, ini mengasumsikan bahwa perilaku harga masa lalu bisa direfleksikan dalam harga dimasa yang akan datang.

Analisis teknikal seringkali kontras dengan studi atas faktor harga dala sudah mencerminkan semua pengaruh ekonomi tersebut sebelum investor menyadarinya. Beberapa pedagang menggunakan salah satu dari teknikal atau fundamental secara eksklusif namun beberapa lainnya menggabungkan keduanya dalam melakukan analisis.

Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat penting peranannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghinpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan data Bank Indonesia, kinerja perbankan nasional sepanjang 2008 cukup memuaskan. Padahal, di tahun itu kondisi perbankan sedang sulit akibat krisis ekonomi global. Beberapa indikator perbankan menunjukkan perbaikan yang signifikan. Nilai aset misalnya per Desember 2008 sudah


(15)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

mencapai Rp2.311 triliun atau naik 16,30 persen dibandingkan posisi tahun sebelumnya per Desember 2007 yang sebesar Rp1.987 triliun.

Dari sisi modal, secara umum berada dalam kondisi aman karena rasio kecukupan modal atau CAR (capital adequacy ratio) mencapai 16,76 persen atau dua kali lebih besar dari persyaratan minimum sebesar 8 persen. Sementara dari penyaluran kredit, posisi outstanding hingga Desember 2008 mencapai Rp1.308 triliun atau mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 30,51 persen. Kredit dalam rupiah, laju pertumbuhannya lebih tinggi lagi yakni 33,18 persen. Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), per Desember 2008 nilainya mencapai Rp1.753 triliun. Dibandingkan dengan posisi Desember 2007 yang sebesar Rp1.511 triliun, berarti DPK tumbuh 16,02 persen. Loan to deposit ratio (LDR) atau rasio kredit terhadap penghimpunan

DPK pada 2008 sudah mencapai 74,61 persen. Ini menandakan bahwa fungsi intermediasi perbankan sudah berjalan cukup baik. Hal yang penting dicatat adalah pada 2008 ini rasio kredit bermasalah atau NPL (nonperforming loans) cenderung terus menurun meskipun ekspansi kredit perbankan cukup tinggi. Posisi NPL per Desember 2008 hanya sebesar 3,20 persen atau turun 87

basis points (bps) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

sebesar 4,07 persen. Hal ini tentu menjadi prestasi tersendiri. Sayangnya, perbaikan pada berbagai variabel di atas tidak diikuti dengan pertumbuhan laba. Pada 2008 laba perbankan justru mengalami kontraksi atau tumbuh minus 12,59 persen. Padahal, pada 2006 dan 2007 perbankan masih mampu menggenjot


(16)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

laba dengan perolehan masing-masing 13,80 persen dan 23,58 persen. Hal ini merupakan dampak dari gejolak ekonomi global.

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa kinerja perbankan pada tahun 2008 cukup baik sehingga para investor masih tertarik pada sektor perbankan ini. Walau pun laba sektor perbankan tumbuh minus dari 13,80 persen pada 2006 dan 23,58 persen pada 2007 menjadi 12,59 persen pada 2008 yang diakibatkan penurunan tingkat penyaluran kredit akibat resesi ekonomi global.

Seorang ekonom yang mewakili Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Faisal Basri menyatakan bahwa industri manufaktur memiliki ruang gerak yang luas hingga tahun 2020. Industri tekstil dan prosuk tekstil yang dianggap sebagai industri tidak berprospektif (sunset industry) ternyata menjadi sektor yang berpeluang mendorong pertumbuhan industri manufaktur hingga ke level dua digit. Empat sektor manufaktur diusulkan dan layak mendapatkan insentif seperti diatur dalam revisi PP No.1/2007 tentang fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang-bidang tertentu, yaitu industri serat rayon, industri pengolahan susu, kertas berharga, serta sektor tekstil

Industri manufaktur merupakan sektor yang paling banyak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya selama kurun periode 2004-2007 dibandingkan industri lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selama periode 2004-2007, ada sebanyak 24 perusahaan manufaktur yang membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Gambaran umum dari frekuensi saham-saham di sektor manufaktur sepanjang tahun 2004-2007 aktifitasnya sangat tinggi


(17)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

baik ditinjau dari harga yang diperdagangkan, saham yang diperdagangkan (volume dan value) dan jumlah saham yang terdaftar.

Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan diatas, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Pergerakan Harga

Saham Sektor Perbankan dan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah variabel teknikal yang terdiri atas indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008?

2. Apakah variabel teknikal yang terdiri atas indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008?

C. Kerangka Konseptual

Pring (1999:5) menyebutkan bahwa keseluruhan sikap, perilaku dari semua peserta pasar modal digambarkan dalam satu hal dan hanya satu hal yaitu


(18)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

harga. Mekanisme inilah yang menyebabkan harga pasar saham turun ketika berita buruk dan harga pasar naik ketika berita baik.

Secara umum analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham, indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan data historis (masa lalu). Analisis teknikal berusaha untuk mendeteksi perilaku pasar yang dapat diidentifikasi karena pernah terjadi sebelumnya dan sesuai dengan indikator teknis yang digunakan untuk memprediksi harga yang akan datang. Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham didasari oleh data-data harga dan volume perdagangan saham di masa lalu. Informasi data masa lalu tersebut akan mendasari prediksi mereka atas pola perilaku harga saham di masa datang (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:21).

Menurut Lubis (2008:157), indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham individual sering kali dipakai sebagai ukuran investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang terrefleksi dari indeks harga sahamnya. Indeks Individual (Individual Index), menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasar.

Menurut Pring (2002:397) volume perdagangan tidak hanya mengukur antusiasme pembeli dan penjual tetapi juga merupakan variabel bebas dari harga. Studi tentang pola volume perdagangan dapat memberikan signal yang lebih awal terhadap perubahan tren. Dengan mengamati indikator baik harga maupun volume, dapat diketahui apakah harga dan volume bersesuaian.


(19)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 1.1

Gambar 1.1: Kerangka Konseptual

Sumber : Fakhruddin, dkk (2001) dan Pring (2002), diolah

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel teknikal yang terdiri atas indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008.

2. Variabel teknikal yang terdiri atas indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008.

Indeks Harga Saham Individu

Volume Perdagangan


(20)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel teknikal yang terdiri atas indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel teknikal yang terdiri atas indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008.

2. Manfaat penelitian

a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah dinamika keilmuan dalam teknik analisis surat berharga selain analisis fundamental yang telah banyak dilakukan di pasar modal Indonesia.

b. Bagi penulis, sebagai sarana bagi penulis untuk menerapkan teori-teori dan literatur yang penulis peroleh selama perkuliahan, juga menambah wawasan penulis tentang dunia investasi dan pasar modal.


(21)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

c. Bagi pihak lain yang ingin melakukan kajian lebih mendalam tentang analisis teknikal, diharapkan penelitian ini dapat membantu penelitian selanjutnya.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Penulis menetapkan batasan operasional penelitian, yaitu:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ada dua, yaitu: 1. Variabel dependen (variabel terikat) adalah harga saham

2. Variabel independen (variabel bebas) adalah indeks harga saham individu dan volume perdagangan.

b. Objek penelitian ini adalah perusahaan sektor perbankan dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2008.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Indeks harga saham individu (X1) adalah indeks harga saham individu tahunan yang diperoleh dari rata-rata indeks harga saham individu bulanan perusahaan sektor perbankan dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 hingga 2008. b. Volume perdagangan (X2) adalah volume perdagangan tahunan


(22)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

perusahaan sektor perbankan dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode periode 2005 hingga 2008.

c. Harga saham (Y) adalah harga saham tahunan yang diperoleh dari rata-rata harga penutupan saham bulanan perusahaan sektor perbankan dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode periode 2005 hingga 2008.

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 hingga 2008. Perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI berjumlah 28 perusahaan, sedangkan perusahaan sektor manufaktur berjumlah 135 perusahaan. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria saham tersebut masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 dan indeks Kompas 100. Saham-saham yang masuk indeks LQ 45 dan indeks Kompas 100 adalah saham-saham memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi, likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.


(23)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Tabel 1.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Seleksi Kriteria Sampel Jumlah

No Kriteria Sampel Perbankan Manufaktur

1

Perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2005 hingga 2008

27 134

2

Perusahaan yang masuk indeks LQ 45 dan Kompas 100

8 25

Jumlah Sampel Penelitian 9 26

Sumber :

Berdasarkan kriteria penarikan sampel, maka diperoleh sampel penelitian untuk sektor perbankan sebanyak 9 perusahaan, dan untuk sektor manufaktur sebanyak 26 perusahaan. Adapun yang menjadi sampel penelitian adalah:

Tabel 1.2

Sampel Penelitian Sektor Perbankan

No Kode Emiten Nama Emiten

1 BBCA Bank Central Asia, Tbk 2 BNGA Bank CIMB Niaga, Tbk 3 BDMN Bank Danamon, Tbk

4 BNII Bank Internasional Indonesia, Tbk 5 BMRI Bank Mandiri, Tbk

6 BBNI Bank Negara Indonesia, Tbk 7 PNBN Bank Pan Indonesia, Tbk 8 BBRI Bank Rakyat Indonesia, Tbk


(24)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Tabel 1.3

Sampel Penelitian Sektor Manufaktur

No Kode Emiten Nama Emiten

1 ADHI Adhi Karya (Persero), Tbk 2 ADMG Polychem Indonesia, Tbk 3 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 4 ASII Astra International, Tbk 5 BRPT Barito Pacific, Tbk 6 BUDI Budi Acid Jaya, Tbk

7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia, Tbk 8 DAVO Davomas Abadi, Tbk

9 FPNI Titan Kimia Nusantara, Tbk 10 GGRM Gudang Garam, Tbk

11 GJTL Gajah Tunggal, Tbk

12 IKAI Intikeramik Alamasri Inds., Tbk 13 INDF Indofood Sukses Makmur, Tbk 14 INKP Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk 15 INTP Indocement Tunggal Prakasa, Tbk 16 JPFA JAPFA, Tbk

17 JPRS Jaya Pari Steel, Tbk 18 KLBF Kalbe Farma, Tbk

19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 20 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk 21 SPMA Suparma, Tbk

22 SULI Sumalindo Lestari Jaya, Tbk 23 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk 24 TRST Trias Sentosa, Tbk

25 UNVR Unilever Indonesia, Tbk

Sumber


(25)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs Mei 2009 sampai dengan Juni 2009.

5. Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, buku-buku referensi, majalah, internet dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan bahasan penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Peneliti mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, jurnal, dan internet untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti.

7. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah metode analisis di mana data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.


(26)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

b. Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yakni indeks harga saham harian dan volume perdagangan terhadap variabel terikat yaitu harga saham perusahaan sektor perbankan dan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dengan menggunakan rumus:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

dimana:

Y = Harga Saham a = Konstanta

b1,b2 = Koefisien Regresi Variabel Independen X1 = Indeks Harga Saham Individu

X2 = Volume Perdagangan e = Standard Error

c. Uji Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis data melalui pengujian hipotesis sebagai berikut :

1) Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji-F menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

H0 : b1,b2 = 0 artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (indeks harga saham individu, volume


(27)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

perdagangan) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan sektor perbankan dan manufaktur).

Ha : b1,b2 ≠ 0 artinya secara serentak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (indeks harga saham individu, volume perdagangan) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan sektor perbankan dan manufaktur).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika fhitung < ftabel pada = 5% Ha diterima jika fhitung > ftabel pada = 5%

2) Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

H0 : bi = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh dari variabel bebas (indeks harga saham individu, volume perdagangan) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan sektor perbankan dan manufaktur)

Ha : bi ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh dari variabel bebas (indeks harga saham individu, volume perdagangan) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan sektor perbankan dan manufaktur)

Pengujian menggunakan uji-t dengan tingkat pengujian pada = 5% derajat kebebasan (degree of freedom) atau df = (n-k).


(28)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Ho diterima jika thitung < ttabel = 5% Ho ditolak jika thitung > ttabel = 5%

d. Pengujian Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Situmorang

et al, 2008:55). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang et al, 2008:62).

2) Uji Heteroskedastisitas

Adanya varians variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempegaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas.


(29)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3) Uji Multikolinieritas

Artinya variabel indepen dengan dengan yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikololinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Varience Inflation

Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas

variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang et

al, 2008:104).

4) Uji Autokorelasi

Bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada peeriode sebelumnya. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan metode Durbin-Watson. Kriteria keputusan dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4

Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl≤d≤du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada autokorelasi negatif No Decision 4-du≤d≤4-dl


(30)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du<d<4-du

Sumber : Situmorang et al (2008:86) e. Uji Beda

Untuk hipotesis komparatif dua sampel menggunakan metode uji beda rata-rata dari dua kelompok observasi independen dengan derajat signifikansi 5%. Dalam pengujian ini menggunakan hipotesis:

H0 : tidak terdapat perbedaan pengaruh faktor teknikal terhadap harga saham pada sektor perbankan dengan manufaktur.

Hi : terdapat perbedaan pengaruh faktor teknikal terhadap harga saham pada sektor perbankan dengan manufaktur.

Kriteria penerimaan hipotesis dengan t-Test dua sampel independen dengan derajat signifikansi ( ) 5% adalah:

H0 diterima jika : thitung < ttabel Hi diterima jika : thitung ≥ ttabel.


(31)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Nasution (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling method. Dari 32 perusahaan properti, hanya diambil 16 perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara serempak, faktor fundamental yang terdiri dari leverage ratio, fixed asset turn over, quick ratio, operating profit

margin, return on investment, price book value dan faktor teknikal yang terdiri

dari volume perdagangan dan indeks harga saham individu memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, faktor fundamental yang terdiri dari leverage ratio, operating profit margin, dan price book value dan faktor teknikal yang terdiri dari volume perdagangan dan indeks harga saham individu memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada alpha 5%. Indeks harga saham individu bahkan sangat signifikan.


(32)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Jungsen (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Sektor Properti Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling method. Dari 32 perusahaan properti, hanya diambil 17 perusahaan.

Periode penelitian mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan secara serentak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor properti. Sedangkan secara parsial hanya indeks harga saham individu (IHSI) yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor properti. Sedangkan volume perdagangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor properti secara parsial.

Safitri (2008) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor Fundamental dan Teknikal: Pelengkap atau Pengganti (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEJ). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil analisis pengaruh faktor-faktor teknikal terhadap perubahan harga saham menunjukkan bahwa secara parsial, perubahan harga saham masa lalu dan volume perdagangan saham berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.

B. Indeks Harga Saham

Menurut Lubis (2008:157), indeks harga saham adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan


(33)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

harga saham setiap saat terhadap tahun dasar. Indeks harga saham individual sering kali dipakai sebagai ukuran investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang terrefleksi dari indeks harga sahamnya. Sedangkan indeks harga saham gabungan sering sekali dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan efek. Apakah situasi perdagangan efek dalam keadaan

bearish atau dalam keadaan bullish.

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu:

1) Sebagai indikator trend pasar

2) Sebagai indikator tingkat keuntungan

3) Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio 4) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5) Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

Di Bursa Efek Indonesia terdapat 5 jenis indeks antara lain:

1) Indeks Individual (Individual Index), menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasar. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG yaitu: Harga pasar / Harga dasar X 100. BEI memberi angka dasar IHSG 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana dan berubah sesuai dengan perubahan harga pasar.

2) Indeks Harga Saham Sektoral (Sectoral Index), menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing sektor. Perhitungan harga dasar


(34)

masing-Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

masing sektor didasarkan pada kurs/harga akhir setiap saham tanggal 28 Desember 1995. Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 Januari 1996.

3) Indeks LQ 45 (LQ45 Index), menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

4) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG atau Composite Share Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Tanggal 10 Agustus ditetapkan sebagai dasar (nilai indeks = 100). 5) Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). Merupakan indeks yang

terakhir yang dikembangkan BEI bekerja sama dengan Danareksa investment

management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariat

investasi dalam Islam atau indeks yang berdasarkan syariah Islam.

C. Volume Perdagangan

Menurut Pring (2002:397) volume perdagangan tidak hanya mengukur antusiasme pembeli dan penjual tetapi juga merupakan variabel bebas dari harga. Studi tentang pola volume perdagangan dapat memberikan signal yang lebih awal terhadap perubahan tren. Dengan mengamati indikator baik harga maupun volume, dapat diketahui apakah harga dan volume bersesuaian.

Menurut Charles H Dow, pelopor dari analisis teknikal yang teori-teorinya sering disebut juga Teori Dow dalam Pring (2002:40) terdapat beberapa prinsip dalam penafsiran volume:


(35)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

1. Prinsip yang paling utama adalah bahwa volume sejalan dengan tren. Aktivitas perdagangan akan meningkat pada saat pasar sedang mengalami

uptrend dan pada saat pasar sedang downtrend, aktivitas perdagangan juga

akan menurun. Hal ini berarti bahwa volume merupakan variabel untuk memprediksi pasar saat ini.

2. Aktivitas baik pembeli maupun penjual dalam pasar sangat mempengaruhi harga saham. Misalnya jika seorang penjual bereaksi terhadap suatu berita buruk dan menjual sahamnya maka hal ini akan mendorong harga saham turun.

3. Harga yang meningkat dan volume yang menurun adalah tidak normal dan mengindikasikan bahwa tren yang terjadi tidak kuat dan akan mengalami perubahan. Aktifitas seperti ini biasanya merupakan tren bearish (menurun) dan dapat digunakan sebagai indikator yang patut diperhitungkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa volume mengukur antusiasme pembeli dan penjual. Pasar yang sedang uptrend dengan volume yang rendah dapat disebabkan oleh kurangnya para penjual dibandingkan dengan antusiasme pembeli. Cepat atau lambat hal ini akan mendorong pasar mencapai harga yang membuat penjual bersedia menjual.

D. Analisis Teknikal

Secara umum analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham, indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan


(36)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

grafik berdasarkan data historis (masa lalu). Analisis teknikal tidak mencoba untuk menjelaskan mengapa harga bergerak seperti yang akan terjadi. Tujuan dari analisis teknikal adalah memperhitungkan supply dan demand dari sebuah saham sehingga dapat diprediksi. Analisis teknikal berusaha untuk mendeteksi perilaku pasar yang dapat diidentifikasi karena pernah terjadi sebelumnya dan sesuai dengan indikator teknis yang digunakan untuk memprediksi harga yang akan datang (Fakhruddin, dkk, 2001:21),

Analisis ini cukup sering dipakai oleh calon investor, dan biasanya data yang digunakan dalam analisis ini berupa grafik, atau program computer. Dari grafik atau program computer dapat diketahui bagaimana kecendrungan pasar, sekuritas, atau future komoditas yang akan dipilih dalam berinvestasi. Meskipun biasanya analisis ini digunakan untuk analisis jangka pendek dan jangka menengah tetapi sering juga digunakan untuk menganalisis dalam jangka panjang, yang juga didukung dengan data-data lain. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan (Anoraga dan Pakarti, 2001:109).

Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham didasari oleh data-data harga dan volume perdagangan saham di masa lalu. Informasi data masa lalu tersebut akan mendasari prediksi para analis atas pola perilaku harga saham di masa datang.

Menurut Fakhruddin, dkk (2001:26), ada tiga asumsi dalam analisis teknikal, yaitu:


(37)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Asumsi ini menjelaskan bahwa segala variable-variabel yang mempengaruhi pasar telah dicerminkan dalam gerakan harga. Apakah ada rumor, keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), fluktuasi tingkat suku bunga, masuknya investor asing atau berita terjadinya merger maka investor tidak bersusah payah mempresentasikannya dalam angka, karena semuanya telah dicerminkan oleh harga saham tersebut. Dengan kata lain asumsi ini berarti pergerakan harga mencerminkan tingkat perubahan relatif supply dan/atau

demand. Jika supply melebihi demand, maka harga akan bergerak turun dan

sebaliknya jika demand tinggi peminatnya maka harga akan bergerak naik. 2) Prices Moves in Trends

Harga cenderung bergerak di dalam trend sampai ada yang mempengaruhinya. Para analis teknikal percaya bahwa trend harga tidak berubah sendiri, hanya pengaruh luar yang bisa mempengaruhinya. Prinsip ini penting sebagai basis dalam penggunaan grafik.

3) History Repeats Itself

Pola akan terulang kenbali, karena tindakan manusia juga berulang. Psikologi manusia pada dasarnya sama dalam mengantisipasi keadaan pasar.

Menurut Tandelilin (2001:250), analisis teknikal mempunyai keuntungan dan menimbulkan berbagai kritik. Keuntungan penggunaan analisis teknikal tidak terlepas dari asumsi-asumsi yang dianut oleh para analis teknikal. Mereka percaya bahwa jika seorang investor mampu mengakses informasi secara cepat, punya kemampuan analitis yang tinggi dan punya insting yang tajam atas apa yang akan terjadi terhadap harga pasar jika ada informasi baru, maka investor tersebut akan


(38)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

mampu mendapatkan return abnormal yang melebihi return pasar dan return investor lainnya. Pernyataan tersebut juga bisa berarti bahwa para analis teknikal percaya bahwa untuk memperoleh abnormal return, seorang investor harus mampu mendapatkan informasi secara lebih cepat dibanding investor lainnya, dan menerjemahkan informasi tersebut ke dalam tindakan membeli atau menjual saham sehingga investor bisa memperoleh keuntungan.

Di samping keuntungan tersebut di atas, penggunaan analisis teknikal juga menimbulkan berbagai kritik terutama berkaitan dengan asumsi yang mendasarinya dan keefektifan pendekatan analisis teknikal dalam memprediksi harga saham.

1) Kritikan yang paling tajam muncul dari para penganut hipotesis efisiensi pasar, yang sama sekali tidak percaya bahwa harga saham di masa yang akan datang akan dipengaruhi oleh pergerakan harga saham masa lalu. Menurut pandangan hipotesis pasar efisien, jika pasar efisien, tidak seorang investor pun bisa memperoleh keuntungan abnormal dari pasar. Beberapa penelitian sudah membuktikan harga saham secara statistik tidak bergerak mengikuti trend seperti yang dikemukakan para analis teknikal. 2) Kritikan berikutnya berkaitan dengan keefektifan penggunaan analisis

teknikal untuk jangka waktu yang panjang. Logikanya adalah sebagai berikut. Jika misalnya penggunaan analisis teknikal terbukti mampu memberikan keuntungan bagi beberapa investor (karena mereka mampu menemukan pola pergerakan saham dalam merespon informasi baru), maka tentu saja pendekatan ini akan menjadi popular dan banyak diadopsi


(39)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

oleh investor lainnya. Dengan banyaknya investor yang menerapkan tindakan yang sama atas informasi baru yang memasuki pasar, maka tentu saja kecepatan penyesuaian harga akan menjadi lebih cepat dari biasanya. Jika ini terjadi, dalam jangka panjang keefektifan penggunaan analisis teknikal barangkali sudah tidak akan bermanfaat lagi.

E. Teknik Analisis Teknikal

Menurut Tandelilin (2001:251), para pengguna analisis teknikal di samping disebut sebagai analis teknikal, juga disebut sebagai ‘chartist’ karena dalam aktivitasnya mereka merekam data atau membuat grafik (chart) pergerakan harga saham dan volume perdagangan. Dari grafik yang telah dibuat tersebut, mereka akan mencari pola pergerakan harga saham maupun volume perdagangan dan mencari celah-celah keuntungan dari pola tersebut. Ada beberapa teknik penggunaan grafik (charting) yang biasanya digunakan investor sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasinya, yaitu:

1) The Dow Theory

The Dow Theory pertama kali dikemukan oleh Charles H. Dow pada tahun

1800-an. Teori ini merupakan teori yang paling pertama dalam analisis teknikal. Teori ini bertujuam untuk mengidentifikasi trend harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data historis harga pasar saham masa lalu. Teori ini pada dasarnya menjelaskan bahwa pergerakan harga saham bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:


(40)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

a. Primary trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang lama (beberapa tahun).

b. Secondary (intermediate trend), yaitu pergerakan harga saham yang terjadi selama pergerakan harga dalam primary trend. Pergerakan sekunder ini muncul sebagai pergerakan yang bersifat sebagai penyimpangan dari pergerakan primer dan biasanya terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.

c. Minor trend atau day-to-day move, merupakan fluktuasi harga saham yang terjadi setiap hari.

Gambar 2.1: Pergerakan Harga Saham Menurut The Dow Theory

Sumber:

2) Chart Pola Pergerakan Harga Saham

Penggunaan grafik pergerakan harga saham ini sangat terkait dengan pendapat para analis teknikal yang percaya bahwa pada dasarnya pergerakan harga saham akan membentuk suatu trend yang bisa dideteksi dan digambarkan. Dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dalam pergerakan harga


(41)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

saham, dikenal adanya dua istilah penting untuk menggambarkan pergerakan harga saham, yaitu: support level dan resistance level. Support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat para analis teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas permintaan saham di pasar. Sedangkan resistance level berarti kisaran harga, di mana para analis teknikal berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang ditawarkan di pasar.

Menurut Fakhruddin, dkk (2001:26), Support dan Resistance menggambarkan bahwa naik dan turunnya harga saham pati memiliki batas (batas atas dan batas bawah). Contohnya apabila pada suatu periode harga saham mengalami penurunan karena adanya aksi jual yang cukup signifikan, maka akan terjadi over supply oleh saham tersebut yang mengakibatkan

downward pressure hingga menyentuh titik yang disebut support level.

Pada saat harga menyentuh titik tersebut, para pelaku pasar merasa

bahwa harga pasar tersebut sudah cuup murah untuk dibeli, sehingga para pelaku pasar akan mengadakan aksi beli yang mengakibatkan harga bergerak naik hingga menyentuh tiitik yang disebut resistance level. Pada titik ini biasanya digunakan oleh para pelaku pasar yang membeli saham tersebut untuk merealisasikan keuntungan yang diperoleh (profit taking).

Dari konsep dasar di atas bisa ditarik kesimpulan yaitu titik support

adalah titik (tingkat harga) di mana investor harus mengambil posisi beli

(long). Dan tentu saja titik resistance adalah titik di mana investor harus


(42)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Gambar 2.2 : Support dan resistance

Sumber :

3) Rata-rata Bergerak (Moving Average)

Menurut Fakhruddin, dkk (2001:26), Moving Average digunakan untuk mengidentifikasi sinyal bahwa trend telah dimulai, sedang berlangsung atau segera berakhir. Pada umumnya penggunaan moving average adalah untuk mengidentifikasi arah trend yang sedang dan akan terjadi serta digunakan untuk mengidentifikasi sinyal jual/beli. Apabila harga aktual (actual price) bergerak naik di atas garis moving average yang berada di bawahnya, maka hal ini menunjukkan bahwa trend bullish akan terjadi. Sedangkan kondisi

bearish terjadi apabila garis moving average bergerak turun di atas harga asli.

Menurut Tandelilin (2001:251), investor dianjurkan untuk membeli saham jika:

a. Garis rata-rata bergerak secara mendatar dan harga pasar saham melampaui garis tersebut.

b. Harga saham berada di bawah garis rata-rata bergerak yang sedang menaik.


(43)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

c. Harga saham saat ini berada di atas garis rata-rata bergerak yang cenderung menurun, namun kembali menaik sebelum mencapai garis tersebut.

Sedangkan, investor disarankan untuk menjual saham jika

a. Harga saham saat ini berada di bawah garis rata-rata bergerak yang mendatar.

b. Harga saham bergerak naik di atas garis rata-rata bergerak, namun garis rata-rata bergerak tersebut justru sedang menurun.

c. Harga saham yang cenderung mengalami kenaikan (berada di bawah garis rata-rata bergerak), tetapi kembali menurun sebelum mencapai garis rata-rata bergerak tersebut.

Gambar 2.3 : Garis Rata-rata

Sumber: www.netdania.com

4) Relative Strength

Relative strength menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri tertentu. Hasil perbandingan biasanya digambarkan dengan plot-plot yang menunjukkan perbandingan harga relatif saham selama jangka waktu tertentu. Dari gambar yang telah disusun, investor akan bisa


(44)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

melihat perbandingan kekuatan saham-saham tersebut terhadap industrinya atau terhadap indeks pasar.

Dalam penggunaan relative strength, jika terjadi trend pergerakan

harga saham yang meningkat, maka bagi investor, pergerakan seperti ini merupakan sinyal akan terjadinya peningkatan rasio harga saham dibanding indeks pasar. Hal ini merupakan indikasi bahwa saham tersebut akan memberikan return yang melebihi return pasar, dan akan menarik minat investor untuk menjadikan saham tersebut sebagai alternatif investasi yang baik.


(45)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.


(46)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut (www.idx.co.id, 25 Mei 2009):

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

2. 1914 - 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

3. 1925 - 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. 1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

6. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.


(47)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

9. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

10. 1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

11. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 12. 1988 - 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

13. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 15. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola


(48)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

16. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem comput er JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

18. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

19. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 20. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote

trading).

22. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Gambaran Umum Perusahaan Sektor Perbankan dan Manufaktur

Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut ini menunjukkan gambaran umum perusahaan sektor perbankan dan manufaktur, yaitu:

Tabel 3.1

Gambaran Umum Perusahaan Sektor Perbankan

No Kode

Saham Emiten

Tanggal Berdiri

Tanggal Terdaftar

1 BBCA Bank Central Asia, Tbk 10 Agustus 1955 31 Mei 2000 2 BNGA Bank CIMB Niaga, Tbk 26 September 1955 29 November 1989 3 BDMN Bank Danamon, Tbk 16 Juli 1956 6 Desember 1989 4 BNII Bank Internasional Indonesia, Tbk 15 Mei 1959 21 November 1989 5 BMRI Bank Mandiri, Tbk 2 Oktober 1998 14 Juli 2003 6 BBNI Bank Negara Indonesia, Tbk 05 Juli 1946 25 November 1996


(49)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

7 PNBN Bank Pan Indonesia, Tbk 17 Agustus 1971 29 Desember 1982 8 BBRI Bank Rakyat Indonesia, Tbk 16 Desember 1895 10 November 2003

Sumber: www.idx.co.id (Mei, 2009) (Diolah)

Tabel 3.2

Gambaran Umum Perusahaan Sektor Manufaktur

No Kode

Saham Emiten

Tanggal Berdiri

Tanggal Terdaftar

1 ADHI Adhi Karya (Persero), Tbk 11 Maret 1960 18 Maret 2004 2 ADMG Polychem Indonesia, Tbk 25 April 1986 20 Oktober 1993 3 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 26 Januari 1990 11 Juni 1997 4 ASII Astra International, Tbk 20 Februari 1957 4 April 1990 5 BRPT Barito Pacific, Tbk 4 April 1979 1 Oktober 1993 6 BUDI Budi Acid Jaya, Tbk 15 Januari 1979 8 Mei 1995 7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia, Tbk 7 Januari 1972 18 Maret 1991 8 DAVO Davomas Abadi, Tbk 14 Maret 1990 22 Desember 1994 9 FPNI Titan Kimia Nusantara, Tbk 9 Desember 1987 21 Maret 2002 10 GGRM Gudang Garam, Tbk 26 Juni 1958 27 Agustus 1990 11 GJTL Gajah Tunggal, Tbk 24 Agustus 1951 8 Mei 1990 12 IKAI Intikeramik Alamasri Inds., Tbk 26 Juni 1991 4 Juni 1997 13 INDF Indofood Sukses Makmur, Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994 14 INKP Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk 7 Desember 1976 16 Juli 1990 15 INTP Indocement Tunggal Prakasa, Tbk 16 Januari 1985 5 Desember 1989 16 JPFA JAPFA, Tbk 18 Januari 1971 23 Oktober 1989 17 JPRS Jaya Pari Steel, Tbk 18 Juli 1973 4 Agustus 1989 18 KLBF Kalbe Farma, Tbk 10 September 1966 30 Juli 1991 19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 2 Maret 1981 23 Desember 2002 20 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk 7 Februari 1983 3 Agustus 1992 21 SPMA Suparma, Tbk 25 Agustus 1976 16 November 1994 22 SULI Sumalindo Lestari Jaya, Tbk 14 April 1980 21 Maret 1994 23 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk 2 Oktober 1972 3 April 1990 24 TRST Trias Sentosa, Tbk 23 November 1979 2 Juli 1990 25 UNVR Unilever Indonesia, Tbk 5 Desember 1933 11 Januari 1982


(50)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisis dan Evaluasi Untuk Sektor Perbankan 1. Analisis Deskriptif

a. Deskriptif Harga Saham Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 hingga 2007 harga saham seluruh perusahaan sektor perbankan yang dijadikan sampel mengalami kenaikan. Tetapi pada tahun 2008 harga saham seluruh perusahaan sektor perbankan mengalami penurunan, kecuali harga saham BNII dan PNBN. Penurunan ini merupakan imbas dari gejolak ekonomi global yang mengalami resesi. Kenaikan tertinggi harga saham tercatat dialami oleh BNII pada periode 2007-2008 sebesar 75,23%. Sedangkan penurunan terbesar harga saham tercatat dialami oleh BBCA pada periode 2007-2008 sebesar 48,62%.


(51)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Secara rata-rata kenaikan harga saham seluruh perusahaan perbankan yang dijadikan sampel penelitian pada tahun 2005-2006 adalah 25,34%,

sedangkan pada tahun 2006-2007 secara rata-rata kenaikan harga saham sektor perbankan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yaitu sebesar 34,35%. Akan tetapi, pada periode 2007-2008 justru terjadi sebaliknya yaitu secara ratarata harga saham sektor perbankan mengalami penurunan sebesar -10,54% yang merupakan dampak dari resesi ekonomi global yang terjadi pada periode tersebut.

Tabel 4.1

Harga Saham (Rp) Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahun 2005-2008 Sumber: Data sekunder , 2009 (diolah)

b. Deskriptif Indeks Harga Saham Individu (IHSI) Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa secara umum IHSI perusahaan perbankan yang dijadikan sampel penelitian mengalami kenaikan. Pada periode 2005-2006 perusahaan yang mengalami kenaikan IHSI sebanyak 75%. Pada periode ini perusahaan yang mengalami kenaikan IHSI tertinggi

No Emiten Kode 2005 2006 2007 2008

Rata-rata Kenaikan (Penurunan) 2005- 2006(%) Kenaikan (Penurunan) 2006-2007(%) Kenaikan (Penurunan) 2007-2008(%)

1 BBCA 3.346 4.390 5.940 3.052 4182,00 31,20 35,31 (48,62) 2 BNGA 443 658 855 731 671,75 48,53 29,94 (14,50) 3 BDMN 4.577 5.071 7.371 5.169 5547,00 10,79 45,36 (29,87) 4 BNII 174 188 218 382 240,50 8,05 15,96 75,23 5 BMRI 1.575 2.315 3.165 2.638 2423,25 46,98 36,72 (16,65) 6 BBNI 1.531 1.544 2.061 1.158 1573,50 0,85 33,48 (43,81) 7 PNBN 459 478 648 680 566,250 4,14 35,57 4,94 8 BBRI 2.856 4.346 6.192 5.510 4726,00 52,17 42,48 (11,01)


(52)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

adalah BBNI yaitu sebesar 404,51% dan yang mengalami penurunan IHSI terbesar adalah BBCA yaitu sebesar -17,06%. Pada periode 2006-2007 perusahaan yang mengalami kenaikan IHSI tertinggi adalah BBNI yaitu sebesar 4045,71% dan yang mengalami penurunan IHSI terbesar adalah PNBN yaitu sebesar -2,96%. Pada periode 2007-2008 perusahaan yang mengalami kenaikan IHSI tertinggi adalah BNII yaitu sebesar 42,98% dan yang mengalami penurunan IHSI adalah BNGA yaitu sebesar -56,60%.

Kenaikan IHSI sektor perbankan secara rata-rata pada periode 2005-2006 adalah sebesar 80,84%. Pada periode 2005-2006-2007 secara rata-rata kenaikan IHSI lebih tinggi dari periode sebelumnya menjadi sebesar 546,78%. Sedangkan pada periode 2007-2008 secara rata-rata IHSI sektor perbankan mengalami penurunan yaitu sebesar -10,65%.

Tabel 4.2

Indeks Harga Saham Individu Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahun 2005-2008 Sumber: Data sekunder , 2009 (diolah)

c. Deskriptif Volume Perdagangan Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

No Kode

Emiten 2005 2006 2007 2008 Rata-rata

Kenaikan (Penurunan) 2005- 2006(%) Kenaikan (Penurunan) 2006- 2007(%) Kenaikan (Penurunan) 2007- 2008(%)

1 BBCA 10746,69 8913,07 11134,70 6586,44 9345,23 (17,06) 24,93 (40,85) 2 BNGA 10,36 13,79 23,41 10,16 14,43 33,11 69,76 (56,60) 3 BDMN 6,38 7,59 10,73 8,81 8,38 18,97 41,37 (17,89) 4 BNII 3,23 2,91 6,77 9,68 5,65 (9,91) 132,65 42,98 5 BMRI 337,73 885,19 1242,88 618,58 771,10 162,10 40,41 (50,23) 6 BBNI 3,33 16,80 696,48 440,47 289,27 404,51 4045,71 (36,76) 7 PNBN 3911,07 4310,96 4183,26 5719,24 4531,13 10,23 (2,96) 36,72 8 BBRI 1328,28 1923,04 2353,22 3234,27 2209,70 44,78 22,37 37,44


(53)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa volume perdagangan perusahaan sektor perbankan yang menjadi sampel penelitian pada periode 2005 hingga 2008 cenderung fluktuatif. Pada periode 2005-2006 perusahaan yang mengalami kenaikan volume perdagangan sebanyak 50%, sedangkan yang mengalami penurunan sebanyak 50%. Selanjutnya pada periode 2006-2007 perusahaan yang mengalami kenaikan volume perdagangan sebanyak 50%, sedangkan yang mengalami penurunan sebanyak 50%. Pada periode 2007-2008 perusahaan yang mengalami kenaikan volume pedagangan sebanyak 62,5%, sedangkan yang mengalami penurunan sebanyak 37,5%.

Perusahaan perbankan yang mengalami kenaikan volume perdagangan yang terbesar pada periode 2005-2006 adalah BBNI sebesar 400,39%, sedangkan yang mengalami penurunan terbesar adalah BBCA sebesar -36,79%. Pada periode 2006-2007 perusahaan perbankan yang mengalami kenaikan volume perdagangan yang terbesar adalah BBNI sebesar 3004,96%, sedangkan yang mengalami penurunan terbesar adalah PNBN sebesar -28,42%. Pada periode 2007-2008 perusahaan perbankan yang mengalami kenaikan volume perdagangan yang terbesar adalah BBRI sebesar 54,45%, sedangkan yang mengalami penurunan terbesar adalah BNGA sebesar -49,27%.

Kenaikan volume perdagangan sektor perbankan secara rata-rata pada periode 2005-2006 adalah sebesar 52,90%. Pada periode 2006-2007 secara rata-rata kenaikan volume perdagangan lebih tinggi dari periode sebelumnya menjadi sebesar 386,27%. Sedangkan pada periode 2007-2008 secara rata-rata


(54)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

volume perdagangan sektor perbankan mengalami kenaikan hanya sebesar 2,70%.

Tabel 4.3

Volume Perdagangan Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahun 2005-2008 Sumber: Data sekunder , 2009 (diolah)

2. Uji Hipotesis

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji-F digunakan untuk mengetahui pengaruh signifikan variabel independen yang dimasukkan dalam model terhadap variabel dependen. Dimana uji-F merupakan pengujian secara bersama-sama, yaitu untuk melihat pengaruh dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

No Kode

Emiten 2005 2006 2007 2008 Rata-rata

Kenaikan (Penurunan)

2005- 2006(%)

Kenaikan (Penurunan)

2006- 2007(%)

Kenaikan (Penurunan)

2007- 2008(%)

1 BBCA 32.348.542 20.448.833 18.879.817 21.735.625 22639252,25 (36,79) (7,67) 15,13

2 BNGA 45.924.875 41.177.925 53.787.908 27.287.158 42044466,50 (10,34) 30,62 (49,27)

3 BDMN 4.030.933 4.328.100 4.209.183 4.931.592 4374952,00 7,37 (2,75) 17,16

4 BNII 124.086.258 103.342.633 207.563.700 169.392.642 151096308,2 (16,72) 100,85 (18,39)

5 BMRI 37.376.333 66.648.533 68.447.425 40.871.892 53336045,75 78,32 2,70 (40,29)

6 BBNI 211.375 1.057.692 32.840.958 36.964.958 17768745,75 400,39 3004,96 12,56

7 PNBN 24.846.583 26.298.450 18.824.542 24.525.267 23623710,50 5,84 (28,42) 30,28


(55)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Uji F dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan model hipotesis untuk H0 dan Ha.

b. Mencari nilai Ftabel dengan cara menentukan tingkat kesalahan (α) dan menentukan derajat kebebasan (df).

c. Mencari nilai Fhitung dengan menggunakan bantuan aplikasi software

SPSS 15 for Windows.

d. Menentukan kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel pada = 5% atau Ho diterima, apabila nilai signifikansi F >

( )

α

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada = 5% atau Ha diterima, apabila

nilai signifikansi F <

( )

α Hasil Pengujian:

a. Model hipotesis yang digunakan dalam uji Fhitung adalah:

H0 : b1,b2 = 0 artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Ha : b1,b2 ≠ 0 artinya secara serentak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). b. Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n – k); (k-1)

Derajat bebas pembilang = k - 1 = 3 – 1 = 2 Derajat bebas penyebut = n – k = 25 – 3 = 5


(56)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Nilai Fhitung untuk variabel yang diperoleh dengan bantuan aplikasi

software SPSS 15 for Windows dapat dilihat pada Tabel Anova berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Signifikansi Simultan untuk Sektor Perbankan

ANOVA(b)

a Predictors: (Constant), Ln_Volume_Perdagangan, Ln_IHSI b Dependent Variable: Ln_Harga_Saham

Sumber: Hasil Perhitungan SPSS

Berdasarkan uji-F didapat nilai Fhitung sebesar 11,288 dengan signifikan probabilitas 0,000. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Fhitung = 11,288 lebih kecil dari Ftabel = 5% = 3,39 dan signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa secara serentak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (indeks harga saham individu, volume perdagangan) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan sektor perbankan).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IHSI dan volume perdagangan berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan harga

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 17.091 2 8.545 11.288 .000(a) Residual 21.955 29 .757 Total 39.046 31


(57)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

saham pada perusahaan-perusahaan sektor perbankan. Menurut penulis hal ini disebabkan oleh kriteria pengambilan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor perbankan yang masuk dalam indeks LQ 45 dan Kompas 100. Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam indeks ini adalah perusahaan yang memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi, likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.

Harga saham pada perusahaan-perusahaan ini cenderung mengalami perubahan yang kecil dan dalam interval yang kecil karena biasanya para investor cenderung enggan untuk menjual sahamnya karena sudah sedemikian liquid dan selalu mendapatkan deviden.

Faktor utama perdagangan saham di pasar modal tidak ada kenyataan lain selain harga saham dan volume. Harga saham dan volume adalah fakta yang tidak dapat diputarbalikkan. Harga saham sangat penting karena berdasarkan harga inilah investor mengukur seberapa besar keuntungan atau kerugian investasinya. Volume perdagangan adalah jumlah saham atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal selama periode yang telah ditentukan. Volume perdagangan merupakan salah satu variabel dari harga, karena volume perdagangan menggambarkan jumlah aktifitas perdagangan. Indeks saham individu adalah indeks masing-masing harga saham penutupan terhadap harga dasar saham. Indeks saham merupakan salah satu indikator pergerakan harga saham.


(58)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nasution (2006) dan Jungsen (2008) yang menunjukkan bahwa indeks harga saham individu (IHSI) dan volume perdagangan secara serentak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor properti. Demikian juga dengan penelitian Safitri (2008) yang menunjukkan bahwa faktor-faktor teknikal yang terdiri dari perubahan harga saham masa lalu dan volume perdagangan saham berpengaruh terhadap perubahan harga saham.

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk mengetahui pengaruh signifikan variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, serta untuk menunjukkan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen.

Uji - t dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan model hipotesis untuk H0 dan Ha.

b. Mencari nilai ttabel dengan cara menentukan tingkat kesalahan (α) dan menentukan derajat kebebasan (df)

c. Mencari nilai thitung dengan menggunakan bantuan aplikasi software

SPSS 15 for Windows.


(1)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Std. Deviation .84155431 Most Extreme

Differences

Absolute .119

Positive .096

Negative -.119

Kolmogorov-Smirnov Z .671

Asymp. Sig. (2-tailed) .759

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Lampiran 2

Hasil SPSS Sektor Manufaktur

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Ln, Ln2a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Ln3

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .555a .308 .293 1.10225 2.291

a. Predictors: (Constant), Ln, Ln2 b. Dependent Variable: Ln3


(2)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 50.718 2 25.359 20.872 .000a

Residual 114.206 94 1.215

Total 164.924 96

a. Predictors: (Constant), Ln, Ln2 b. Dependent Variable: Ln3

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statis

B Std. Error Beta Tolerance VI

1 (Constant) 4.257 1.014 4.199 .000

Ln2 .061 .070 .078 .870 .386 .916

Ln .234 .040 .527 5.873 .000 .916

a. Dependent Variable: Ln3

Coefficient Correlationsa

Model Ln Ln2

1 Correlations Ln 1.000 -.290

Ln2 -.290 1.000

Covariances Ln .002 .000

Ln2 .000 .005

a. Dependent Variable: Ln3

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions (Constant) Ln2 Ln

1 1 2.892 1.000 .00 .00 .02

2 .102 5.335 .02 .02 .95


(3)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Coefficient Correlationsa

Model Ln Ln2

1 Correlations Ln 1.000 -.290

Ln2 -.290 1.000

Covariances Ln .002 .000

Ln2 .000 .005

a. Dependent Variable: Ln3

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 5.0861 8.4728 6.7695 .72685 97

Std. Predicted Value -2.316 2.343 .000 1.000 97

Standard Error of Predicted

Value .112 .600 .182 .066 97

Adjusted Predicted Value 4.8654 8.5276 6.7718 .73375 97

Residual -2.38133 2.60317 .00000 1.09071 97

Std. Residual -2.160 2.362 .000 .990 97

Stud. Residual -2.227 2.380 -.001 1.004 97

Deleted Residual -2.53116 2.64326 -.00232 1.12377 97

Stud. Deleted Residual -2.276 2.442 .002 1.015 97

Mahal. Distance .001 27.490 1.979 3.111 97

Cook's Distance .000 .104 .010 .017 97

Centered Leverage Value .000 .286 .021 .032 97

a. Dependent Variable: Ln3


(4)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.


(5)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 97

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.09070655

Most Extreme Differences Absolute .103

Positive .103

Negative -.050


(6)

Ahmad Ripai Purba : Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

Asymp. Sig. (2-tailed) .256

a. Test distribution is Normal.

Mann-Whitney Test

Ranks

Grup N Mean Rank Sum of Ranks

X1 1,00 98 62,56 6131,00

2,00 25 59,80 1495,00

Total 123

X2 1,00 100 55,77 5577,00

2,00 25 91,92 2298,00

Total 125

Test Statistics(a)

X1 X2

Mann-Whitney U 1170,000 527,000 Wilcoxon W 1495,000 5577,000

Z -,346 -4,462

Asymp. Sig. (2-tailed) ,730 ,000 a Grouping Variable: Grup


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 70 62

Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 32 132

Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 7 82

PENGARUH FAKTOR FAKTOR FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Perusahaan Pada Sektor Property Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013.

0 2 15

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN FAKTOR TEKNIKAL TERHADAP RETURN SAHAM (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

2 16 121

Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24