Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat

dirugikan oleh Lembaga Jasa Keuangan dan memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan oleh Lembaga Jasa Keuangan. Pengaduan masyarakat dan konsumen sebagai pembelaan hukum oleh OJK untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Otoritas Jasa Keuangan. Pembelaan hukum oleh OJK didalam Pasal 30 Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK dapat memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang telah dirugikan dengan cara mengajukan gugatan atau pun ganti rugi. Mengajukan gugatan ke Pengadilan untuk memperoleh harta kekayaan milik pihak yang dirugikan kepada perusahaan yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian maupun dengan itikad tidak baik, selain mengajukan gugatan dapat juga memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian masyarakat. Perlu dipertimbangkan agar keseluruhan sengketa antara masyarakat sebagai konsumen perusahaan jasa keuangan dengan perusahaan jasa keuangan tunduk pada satu lembaga penyelesaian sengketa tertentu. Hal ini dimaksudkan agar memberikan keamanan bagi masyarakat sebagai konsumen, mengingat mahalnya proses penyelesaian sengketa dengan menggunakan badan peradilan 6 . Biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian sengketa tidak sedikit, hal ini bisa menambah beban bagi masyarakat, keberadaan OJK secara tidak langsung menambah faktor inefisiensi dalam perekonomian nasional 7 , sektor 6 Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014 h. 92 jasa keuangan dibebani pungutan kepada OJK, secara alamiah perusahaan jasa keuangan sebagai mahluk ekonomi akan menggeser pungutan kepada masayrakat sebagai konsumen. Tidak hanya perlindungan masyarakat, OJK juga memberikan garis batas aturan perlindungan masyarakat, sebagai berikut : 1. Peningkatan layanan transparansi dan pengungkapan manfaat, resiko, serta biaya atas produk dan layanan yang diberikan perusahaan jasa keuangan 2. Tanggung jawab perusahaan jasa keuangan untuk melakukan penilaian kesesuaian produk dan layanan dengan resiko yang dihadapi oleh konsumen keuangan. 3. Prosedur yang sederhana dan kemudahan masyarakat sebagai konsumen untuk menyampaikan pengaduan dan penyelesaian sengketa atas produk dan layanan perusahaan jasa keuangan. Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keleluasaan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itu disebut hak. Dengan begitu, tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan hukum kepada seseorang. Bahwa antara hak dan kewajiban terdapat hubungan yang sangat erat. Hak seseorang merupakan kewajiban orang lain, maka hak adalah kaitan dari kewajiban the correlative of a duty yang mengandung unsur mendapat perlindungan dan 7 Sigit Pramono, Mimpi Punya Bank Besar-Pemikiran Seorang Bankir, Jakarta, Red White Publishing, cet I 2014 h. 154 kepentingan atas hak yang dimiliki, selain itu juga terdapat kehendak. Perlindungan atas hak yang dimiliki tidak hanya ditunjukan kepada kepentingan hak tersebut saja 8 , melainkan kehendak untuk mempergunakan hak yang masih dalam batasan haknya. Maka dari itu hak untuk mempergunakan haknya ditafsir sebagai suatu ijin untuk melakukan perbuatan tertentu, dengan cara membebankan kewajiban pada orang lain dengan mengenakan sanksi. Seseorang memiliki suatu hak walaupun jika orang tersebut tidak memiliki kepentingan, maka hak diatur tetap ada berdasar pada hukum. Untuk itu kaitannya hak dan kewajiban terhadap hubungan hukum antara nasabah penyimpan dana dan bank didasarkan perjanjian. Pada kaca mata hukum perjanjian didasarkan pada hubungan masayarakat dan perusahaan jasa keuangan terdapat hubungan kontraktual, yaitu hubungan hukum dalam bentuk kontrak perjanjian, ini merupakan paling utama antara nasabah dan bank, hubungan kontraktual dipergunakan dan berlaku terhadap semua hubungan hukum. Hukum kontrak yang menjadi dasar terhadap hubungan perusahaan jasa keuangan dan masyarakat sebagai konsumennya bersumber dari ketentuan yang termaktub pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kontrak buku ketiga pada pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah pihak 9 . Hal ini merupakan teori hukum kontrak pacta sunt servanda, asas ini menjadikan hukum layaknya undang-undang apa yang telah disepakati kedua belah pihak, kewajiban 8 Jimly Asshiddiqie, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum Jakarta:Konstitusi Press,cet-II 2012 h. 62 9 Munir Fuady, hukum perbankan modern Citra Aditya Bhakti, cet-II, Bandung, 2003 h.100 terhadap moral dan hukum untuk ditaati dan tidak dapat diubah tanpa kesepakatan para pihak 10 . Apabila salah satu pihak menyebabkan terjadinya itikad tidak baik dan dapat membatalkan kesepakatan yang telah dibuat atau menjalankan perjanjian apabila melakukan tidak menepati perjanjian. Sebagai tindak lanjut dari perlindungan masyarakat, OJK telah menyiapkan dua program utama dalam perlindungan masyarakat, yaitu pembentukan sistem pelayanan konsumen keuangan terintegrasi Financial Customer CareFCC dan Cetak Biru Program Literasi Keuangan Nasional. Program FCC menjadi prioritas utama untuk meningkatkan ketersediaan informasi bagi masyarakat dan pelayanan pengaduan konsumen keuangan, sedangkan Cetak Biru Program Literasi Keuangan Nasional ditunjukan untuk membekali masyarakat tentang pengetahuan keuangan, meliputi edukasi, transparasni, dan pemberdayaan masyarakat 11 .

B. Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat

Dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan konsumen OJK telah menerbitkan Peraturan OJK POJK No. 01POJK.072013 Tentang Perlindungan Konsumen di sektor Jasa Keuangan. peraturan tersebut sebagai peraturan pelaksana atas perlindungan hukum bagi masyarakat dan konsumen, dengan menerapkan prinsip keseimbangan, yaitu menumbuhkembangkan sektor jasa keuangan secara berkesinambungan dan secara bersamaan memberikan perlindungan 10 Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan Jakarta:FH UI Press, Oktober 2013 h. 113 11 Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia Yogjakarta, UPP STIM YKPN, Cetakan-I Oktober 2014 h. 499 kepada konsumen dan atau masyrakat sebagai pengguna jasa keuangan agar pengetahuan masyarakat atas produk dan jasa keuangan meningkat 12 . Dalam memberikan perlindungan bagi masyarakat dan konsumen OJK berdasar pada prinsip, diantaranya : 1. Prinsip transparansi, yakni pemberian informasi mengenai produk dan layanan kepada konsumen secara jelas, lengkap, dengan bahasa yang mudah dimengerti 2. Perilaku yang adil, perlakuan kepada masyrakat sebagai konsumen secara adil dan tidak diskriminatif yaitu memperlakukan pihak lain secara berbeda berdasarkan suku agama, dan ras 3. Keandalan, yakni segala sesuatu yang dapat memberikan layanan yang akurat melalui sistem, prosedur, infrastruktur, dan sumber daya manusia yang andal 4. Kerahasian dan keamanan informasi konsumen, yakni tindakan yang dapat memberikan perlindungan, menjaga kerahasian dan keamaan data atau informasi masyarakat sebagai konsumen 5. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau, yakni dalam penangan dan pengaduan serta sengketa dilakukan dengan biaya terjangkau, tidak rumit dan cepat penanganannya.

C. Strategi Nasional Literasi Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan membentuk strategi nasional literasi keuangan, literasi keuangan merupakan suatu rangkaian proses atau kegiatan untuk meningkatkan 12 Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia 2014 Jakarta:Departemen Perizinan Informasi Perbankan, 2014 h. 31 pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan masyarakt atau konsumen dalam mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik 13 .

1. Prinsip Literasi Keuangan

Tiga pilar kerangka dasar dalam rangka strategi nasional liteasi keuangan, diantaranya : a. edukasi dan kampanye nasional literasi, yaitu melakukan edukasi kepada masyarakat dalam pengelolaan keuangan khususnya menabung, berinvestasi, dan berasuransi sehingga terciptanya pengelolaan keuangan sedini mungkin demi kesehjateraan masyarakat serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat mengenai produk dan jasa keuangan; b. penguatan infrastruktur literasi keuangan, yakni penguatan akses masyarakat terhadap keuangan meningkat dalam lingkup nasional, selain itu juga memperluas dan mempermudah akses masyarakat atas informasi literasi keuangan; c. pengembangan produk dan jasa keuangan, yakni penumbuhkembangkan produk dan jasa keuangan dengan mendorong lembaga jasa keuangan mengembangkan produk dan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta meningkatkan kualitas produk dan jasanya 14 . Strategi nasional literasi keuangan menjadi pedoman bagi Otoritas di bidang keuangan bagi lembaga jasa keuangan, dan bagi pemangku kepentingan. Oleh karena 13 Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan perlindungan Konsumen, Edisi Agustus 2013 h. 36 14 Agus Sugiarto, Implementasi Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia, Jakarta, Bidang Literasi dan Keuangan OJK h. 9 itu peningkatan literasi keuangan yang tinggi well literate dan meningkatkan pengunaan produk dan atau layanan keuangan. masyarakat diberi bekal edukasi memadai dan mencukupi untuk mengambil keputusan keuangan dengan lebih baik, sesuai dengan apa dibutuhkan dan memberikan manfaat yang lebih besar. Dengan literasi keuangan masyarakat diberikan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai hal terkait dengan masalah keuangan seperti pengenalan mengenai lembaga jasa keuangan, fitur-fitur yang melekat pada produk dan jasa keuangan, manfaat dan resiko produk jasa keuangan, serta hak dan kewajiban masyarakat sebagai konsumen penggunaan jasa keuangan.

2. Manfaat Literasi Keuangan

Secara umum literasi keuangan dipakai sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa banyak masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan mengenai lembaga jasa keangan beserta produk dan jasa yang keuangan yang tersedia. Informasi seperti ini sangat berharga bagi kita semua untuk menyusun program-program edukasi keuangan yang diperlukan untuk masyarakat. Dengan bertambahnya tingkat literasi keuangan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat membuat keputusan keuangan dengan lebih baik sehingga perencanaan keuangan keluarga atau pribadi menjadi lebih optimal 15 . Masyarakat akan memilih kebutuhan keuangan yang diperlukan disesuaikan dengan biaya yang dimiliki, mengetahui dengan benar manfaat dan risikonya, serta hak dan kewajiban sebagai konsumen keuangan. Bagi industri jasa keuangan, 15 Otoritas Jasa Keuangan, Edukasi Konsumen, Jakarta, OJK Bidang Edukasi dan perlindungan Konsumen, Edisi Agustus 2013 h. 36