15
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru stimulus dan apa yang diterima oleh siswa respon harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon Budiningsih, 2004: 20.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan reinforcement. Bila penguatan ditambahkan positive reinforcement
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangidihilangkan negative reinforcement maka responpun akan semakin kuat. Hal ini
dikemukakan oleh Skinner bahwa “Kita semua dikontrol oleh banyak rancangan penguatan, sebagian disengaja,
sebagian kebetulan. Jika penguatan positif yang digunakan oleh para pemodifikasi perilaku lebih efektif daripada yang lainnya, sekaligus lebih
menyenangkan bagi pelajar dan lebih bagus efeknya, mengapa hal itu harus dikritik?, tidakkah lebih baik kita dikontrol secara menyenangkan oleh orang
yang baik daripada kita dikontrol oleh berbagai hal yang seringkali
berlawanan dan egoistik?” Hill, 2009: 121. Salah satu tujuan penulis mengembangkan model pembelajaran Learning
Together ini adalah menciptakan suatu stimulus berupa pembelajaran yang dapat melibatkan
siswa secara
aktif, meningkatkan
interaksi tatap
muka, interdependensi positif, tanggung jawab individual, kemampuan-kemampuan
interpersonal, dan kelompok kecil. Hal tersebut akan lebih memotivasi siswa dalam belajar.
16
2.1.1.2 Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang
berbeda. Ausubel menekankan pada aspek pengelolaan organizer yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau
penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. Teori belajar Kognitif menurut pandangan
Robert Gagne menyatakan bahwa proses belajar adalah suatu proses dimana siswa terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan yang
tidak dimiliki sebelumnya.
Teori kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan
kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya, belajar melibatkan proses berfikir yang
sangat kompleks Budiningsih, 2004: 34.
17
Teori kognitif lebih mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Model pembelajaran Learning Together yang dikembangkan dalam penelitian ini
mengutamakan keterlibatan siswa secara penuh dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dan berpartisipasi dalam
diskusi kelompok.
2.1.1.3 Teori Konstruktivisme
Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi bentukan kita sendiri Sardiman, 2005:
37. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi
pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu seperti teks, kegiatan
dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya maka pengetahuan dan pemahaman tentang
objek dan lingkungannya tersebut akan meningkat dan semakin rinci Budiningsih, 2004: 57.
Von Galserfeld dalam Budiningsih, 2004: 57 mengemukakan bahwa:
Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan, yaitu: 1 kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman, 2 kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3 kemampuan untuk lebih menyukai
suatu pengalaman yang satu dari pada yang lainnya.