Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di

74 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Budaya organisasi adalah kepercayaan, norma, nilai, sikap dan keyakinan yang dimiliki oleh suatu organisasi yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari disiplin, inisiatif, komunikasi dan kerjasama perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Swadana Daerah Tarutung.

5.1.1 Pengaruh Disiplin Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian bila peraturan atau ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan atau sering dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin kerja yang buruk. Sebaliknya, bila karyawan tunduk pada ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik Sutrisno, 2009. Disiplin yang diteliti dalam penelitian ini adalah bentuk disiplin yang dikembangkan rumah sakit yang meliputi pemakaian seragam perawat pelaksana dan kap perawat dan pembagian shift kerja termasuk jam masuk dan pulang perawat. Berdasarkan indikator disiplin tersebut, peneliti membuat tiga buah pertanyaan yang diajukan kepada perawat pelaksana. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas perawat pelaksana memiliki disiplin yang buruk yaitu sebanyak 57 orang dari 99 jumlah perawat keseluruhan. Kondisi ini sesuai dengan hasil observasi peneliti selama beberapa hari di lapangan, dimana masih terdapat perawat yang tidak mematuhi peraturan terkait penggunaan kap perawat dan perawat yang datang tidak tepat waktu. Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan. Seharusnya karyawan mengerti bahwa dengan dimilikinya disiplin kerja yang baik, berarti akan dicapai pula suatu keuntungan yang berguna, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan sendiri. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran para karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku Sutrisno, 2009. Secara statistik, berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara disiplin yang dikembangkan oleh rumah sakit terhadap kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Hal ini diketahui berdasarkan nilai ρ yang diperoleh yaitu ρ 0,032 lebih kecil dari nilai α 0,05 yang ditentukan. Ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi disiplin yang ditetapkan rumah sakit, maka kinerja perawat pelaksana juga akan semakin meningkat. Hal itu juga sesuai dengan pendapat Sutrisno 2009 yang menyimpulkan bahwa produktivitas kerja pegawai dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara disiplin pegawai. Apabila diantara pegawai sudah tidak menghiraukan kedisiplinan kerja, maka dapat dipastikan produktivitas kerja akan menurun. Ketidakdisiplinan dan kedisiplinan dapat menjadi panutan orang lain. Jika lingkungan kerja semuanya disiplin, maka seorang pegawai akan ikut disiplin, tetapi jika lingkungan kerja organisasi tidak disiplin, maka seorang pegawai juga akan ikut tidak disiplin. Untuk itu, sangat sulit bagi lingkungan kerja yang tidak disiplin tetapi ingin menerapkan kedisiplinan pegawai, karena lingkungan kerja akan menjadi panutan bagi para pegawai. Bila dibandingkan dengan kondisi disiplin di ruang rawat inap RSU Swadana Daerah Tarutung, dimana menurut pengakuan beberapa perawat pelaksana, kepala ruangan sebagai pimpinan di ruang rawat inap sudah menerapkan disiplin yang baik, misalnya kepala ruangan sudah bisa dijadikan sebagai model dalam hal ketepatan waktu jam masuk dan jam pulang. Tetapi, ketika peneliti menanyakan apa hal yang biasanya menjadi alasan perawat pelaksana terlambat menggantikan shift salah satunya karena masih minimnya pengawasan dan sanksi yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Singodimedjo dalam Sutrisno, 2009 yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai adalah ada tidaknya pengawasan pimpinan. Mungkin untuk sebagian karyawan yang sudah menyadari arti disiplin, pengawasan dianggap tidak perlu, tetapi bagi karyawan lainnya, tegaknya disiplin masih perlu dipaksakan agar mereka tidak berbuat semaunya. Sementara itu, perawat pelaksana yang disiplin biasanya Universitas Sumatera Utara perawat yang masih junior, dimana mereka masih taat terhadap aturan karena masih baru bekerja di rumah sakit.

5.1.2 Pengaruh Inisiatif Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Inisiatif dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan demi kesempurnaan pelayanan yang diterima pasien, sehingga pasien bisa merasa lebih nyaman dengan setiap tindakan perawatan. Inisiatif yang diteliti dalam penelitian ini berupa cepat tanggap dari perawat untuk segera membuat asuhan keperawatan segera setelah pasien masuk ruang perawatan, upaya pemberian pelayanan yang sebaik- baiknya sehingga pasien memberikan respon yang baik, dan tindakan memotivasi pasien agar tetap semangat dan berharapan positif untuk kesembuhan. Secara statistik, berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh antara inisiatif yang dikembangkan oleh perawat terhadap kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Hal ini diketahui berdasarkan nilai ρ yang diperoleh yaitu ρ 0,214 lebih besar dari nilai α 0,05 yang ditentukan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Sinamo 2002 yang menyatakan bahwa suatu satuan kerja dalam organisasi akan mampu mencapai sukses tertinggi apabila anggota dalam satuan kerja atau organisasi tersebut memiliki daya inovasi yang kreatif yang berorientasi kepada mutu dan kesempurnaan, serta kemauan yang terus menerus belajar berubah untuk meningkatkan kemampuan. Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi timbang terima, anamnesis, komunikasi melalui komputer, komunikasi rahasia klien, komunikasi melalui sentuhan, komunikasi dalam pendokumentasian, komunikasi antara perawat dan profesi kesehatan lainnya dan komunikasi antara perawat dan pasien. Komunikasi yang diteliti dalam hal ini meliputi komunikasi yang dikembangkan perawat selama melaksanakan asuhan keperawatan, baik komunikasi sesama perawat, perawat dengan pasien, maupun antara perawat dengan kepala ruangan sebagai pimpinan. Komunikasi dengan pasien terkait dengan komunikasi terapeutik yang harus diterapkan perawat agar pasien menjadi nyaman dengan tindakan asuhan yang diberikan perawat. Komunikasi sesama perawat dalam hal pertukaran informasi tentang kondisi perkembangan pasien, dan komunikasi dengan kepala ruangan mengenai berbagai hal yang kurang dan tidak dimengerti perawat selama melaksanakan asuhan keperawatan. Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang jelas. Arahan yang dimaksud tentu disampaikan melalui komunikasi kepada perawat pelaksana baik secara tertulis maupun lisan. Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah Universitas Sumatera Utara dilakukan dan yang belum, serta respon pasien yang terjadi. Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya, dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di depan pasien. berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa timbang terima pasien di RSU Swadana Daerah Tarutung dilaksanakan di nursing station, bukan di hadapan pasien. Padahal, seharusnya timbang terima pasien itu dilakukan di hadapan pasien. Dan biasanya perawat yang bertugas sebelumnya tidak memberitahukan bagaimana kondisi pasien kepada perawat penggantinya. Demikian juga dengan komunikasi perawat pelaksana dengan pasien atau keluarga pasien, dimana perawat tidak memberitahu tindakan yang akan diberikan kepada pasien. Memang biasanya tindakan yang memerlukan persetujuan pasien atau keluarga pasien itu ada dalam informed consent. Tetapi menurut pasien, komunikasi seperti penyampaian informasi tentang tindakan yang umumpun perlu bagi mereka. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas perawat pelaksana 60,6 memiliki komunikasi yang buruk dalam menjalankan asuhan keperawatan. Secara statistik, berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara komunikasi yang dikembangkan oleh perawat terhadap kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Hal ini diketahui berdasarkan nilai ρ yang diperoleh yaitu ρ 0,002 lebih kecil dari nilai α 0,05 yang ditentukan. Ini menunjukkan, bahwa semakin baik komunikasi yang dikembangkan perawat, maka kinerjanya juga akan semakin meningkat. Universitas Sumatera Utara

5.1.4 Pengaruh Kerjasama Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Aspek kerjasama sangat diperlukan dalam konteks pelayanan keperawatan karena pelayanan keperawatan adalah konsep pelayanan yang bersifat tim. Dimana satu orang pasien bisa diasuh oleh beberapa orang perawat secara bergantian, sehingga prinsip kerjasama yang baik sangat perlu diterapkan. Aspek kerjasama yang diteliti dalam konteks ini meliputi bagaimana kerjasama sesama perawat, dan antara perawat dengan kepala ruangan dalam melengkapi dokumentasi status pasien, kerjasama dalam menyelesaikan hal yang tidak dimengerti perawat, mendiskusikan tindakan yang sudah dan akan diberikan kepada pasien, dan bagaimana kerjasama antara perawat dengan keluarga pasien dalam hal persetujuan terhadap tindakan yang akan diberikan kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas kerjasama perawat pelaksana di rumah sakit masih buruk, yaitu sebesar 54,5 . Mayoritas kerjasama yang dilakukan perawat pelaksana dengan kepala ruangan, pelaksana dengan pasien atau keluarga pasien, dan kerjasama sesama perawat masih dalam tingkat intensitas kadang-kadang didalam melakukan kerjasama. Kinerja yang kurang baik ini bisa disebabkan karena 88,9 perawat adalah perawat dengan latar belakang pendidikan DIII dengan masa kerja 1-11 tahun sebanyak 88,9. Dimana, berkaitan dengan kondisi tersebut perawat dengan masa kerja yang relatif lebih lama sering mengakomodasikan pekerjaannya kepada perawat yang masa kerjanya lebih sedikit. Universitas Sumatera Utara Secara statistik, berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara kerjasama yang dikembangkan oleh perawat terhadap kinerja dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Hal ini diketahui berdasarkan nilai ρ yang diperoleh yaitu ρ 0,034 lebih kecil dari nilai α 0,05 yang ditentukan. Ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi kerjasama yang dilakukan maka kinerja perawat pelaksana juga akan semakin meningkat. Sesuai dengan pendapat Robbin dalam Damanik, 2007 bahwa salah satu aspek yang menjadi ciri sikap dan perilaku manusia sebagai implementasi budaya organisasi adalah kerjasama anggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi.

5.2 Pengaruh Fungsi Kepemimpinan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana