Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun

(1)

PEMERTAHANAN BAHASA SIMALUNGUN

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Oleh

RAMLAN DAMANIK

077009021/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

PEMERTAHANAN BAHASA SIMALUNGUN

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAMLAN DAMANIK

077009021/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PEMERTAHANAN BAHASA SIMALUNGUN DI KABUPATEN SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : Ramlan Damanik Nomor Pokok : 077009021

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.) (Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)


(4)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009 Telah duiji pada

Tanggal 4 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. Anggota : 1. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. 2. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. 3. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si.


(5)

ABSTRAK

Penelitian mengenai pemertahanan bahasa daerah Simalungun sudah dilakukan dan penelitian ini termasuk dalam penelitian sosiolinguistik. Responden yang dijaring dalam penelitian ini sebanyak 60 responden yang berdomisili di Kabupaten Simalungun dan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua, serta pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran daftar pertanyaan dan metode yang dilakukan adalah ametode deskriptif dan dianalisis secara kuantitatif. Analisis meliputi frekuensi penggunaan bahasa. Untuk mendeskripsi pemertahanan bahasa responden, ranah-ranah penggunaan bahasa yang dikaji dalam penelitian ini adalah bahasa yang dipergunakan pada ranah keluarga, ranah pergaulan, ranah pendidikan, ranah pemerintahan, ranah transsaksi, ranah pekerjaan dan ranah tetangga.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa sikap penutur terhadap bahasa Simalungun cenderung positif berkisar 70% pada setiap ranah. Pemertahanan yang terendah terjadi pada ranah pemerintahan yang persentasenya berkisar 50%. Secara keseluruhan dari semua kelompok (remaja, dewasa dan orang tua) persentase pemertahanan bahasa Simalungun adalah 75,00% atau sekitar 47 responden.


(6)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009 ABSTRACT

A research of Simalungun dialect preservation has been conducted and this was a sociolinguistic research. The respondent of this research consisted of 60 peoples living in Simalungun district and classified inti three groups, i.e., : adolescence. Adult and parents. And collection of data was made by distribution of questionnaires and this research used a descriptive met hod and analyzed quantitatively. The analysis included the frequency of language use. To describe the language preservation of the respondents, the domains of language use assessed in the research included the language spoken or used in domains of family, socialization, education, government, transaction, work, and neighbour.

The findings of the research indicated that the attitude of speakers on Simalungunlanguage tended to be positive, approximately 70 %, in each domain. The lowest preservation was found in governmental domain. The lowest preservationdomain, approximately 50 %. Overally, of all groups ( adolescent, adult and parents), the percentage of Simalungun language preservation was 75 %, or approximately 47 respondnts


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini tentang pemertahanan bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun dilakukan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai pemertahanan bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun.

Penelitian yang bersifat kebahasaan ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam bidang kajian linguistik, serta dapat menjadi masukan atau rujukan bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik dalam kajian yang sama.

Saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi banyak orang.

AMIN

Medan, Juli 2009


(8)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009 UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang atas izin dan ridho yang telah diberikanNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor USU, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H.Sp.A(K), yang telah memberi kesempatan dan bantuan biaya pendidikan selama saya mengikuti Pendidikan Program Magister pada Sekolah Pascasarjana USU.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc. yang telah memberi perhatian dan dukungan selama saya mengikuti Pendidikan S-2 pada Sekolah Pascasarjana USU.

3. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D selaku Ketua Program Studi Linguistik dan Sekretaris Program Studi Linguistik Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum. yang telah memberi perhatian dan bimbingan selama saya mengikuti pendidikan hingga selesai pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Pembimbing saya, Bapak Prof.Amrin Saragih, M.A.,Ph.D., Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D. yang telah banyak memberi peluang, waktu, perhatian, bimbingan dan bantuan selama penulisan dan penyelesaian Tesis ini.


(9)

5. Para Dosen saya yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang membekali ilmu pengetahuan dan membuka cakrawala berpikir ilmiah. Semoga jasa baik beliau semua dalam mendidik dibalas Allah dengan pahala yang banyak.

6. Khusus kepada Istriku tercinta Idawati, S.H. serta anak-anakku: Ratih Maghfira Damanik, dan Syifa Salsabila Damanik. Ayah ucapkan terima kasih atas pengorbanan, dorongan, kesabaran dan kesetiaan yang diberikan sehingga studi Ayah dapat terselesaikan.

7. Kedua Almarhum orang tua saya yang semasa hidupnya banyak mengajarkan cara hidup yang baik dihadapan Allah. Untuk semua abang, kakak-kakak dan adik-adik saya terima kasih atas doanya

8. Kepada semua teman-teman angkatan 2007 khususnya Elisten Parulian Sigiro, Abanganda Jamorlan Siahaan, Abanganda Amhar Kudadiri, saya ucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik, saling membantu selama menjalani proses belajar di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU.

Akhir kata saya berharap semoga dukungan, bantuan, pengorbanan dan budi baik yang diberikan kepada saya dari berbagai pihak hendaknya mendapat balasan dan ridho yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Medan, Juli 2009


(10)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009 RIWAYAT HIDUP

N a m a : Ramlan Damanik

Tempat/Tgl Lahir : P.Siantar 2 February 1963 A g a m a : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Perwira No. 5 P. Siantar

Pendidikan : SD Negeri Latihan I , P. Siantar , tahun 1976 SMP MURNI , Padang, tahun 1979

SMA Negeri I , Padang, tahun 1983

S-1 Sastra Daerah Fakultas Sastra, USU tahun 1988

Pekerjaan : Pada tahun 1991 diterima menjadi PNS di Fak. Sastra USU jurusan Sastra Daerah Fak. Sastra USU sampai sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kerangka Teori ... 7

2.2 Konsep Pemertahanan Bahasa ... 9

2.3 Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 13

3.1 Metode dan Tekhnik ... 13

3.2 Perhitungan Persentase ... 14

3.3 Variabel Penelitian ... 16


(12)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

3.5 Tahapan Kegiatan... 19

BAB IV TOPOGRAFI KABUPATEN SIMALUNGUN ... 21

4.1 Letak Geografi ... 21

4.2 Peta Kabupaten Simalungun ... 23

4.3 Keadaan Bahasa ... 25

BAB V TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1 Identitas Sosial Responden ... 26

5.2 Pembahasan Pemertahanan Bahasa Simalungun Pada Kelompok Remaja .... 32

5.3 Pembahasan Pemertahanan Bahasa Simalungun Pada Kelompok Dewasa ... 47

5.4 Pembahasan Pemertahanan Bahasa Simalungun Pada Kelompok Orang Tua ... 60

5.5 Pembahasan Pemertahanan Bahasa Simalungun Pada Ketiga Kelompok (Remaja, Dewasa Dan Orang Tua) ... 73

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 76

6.1 Simpulan ... 76

6.2 Saran... 79


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Kecamatan di Wilayah Kabupaten Simalungun... 22

2. Jumlah responden menurut jenis kelamin (N= 60)... 26

3. Usia Responden (N= 60) ... 27

4. Pekerjaan Responden ( N= 60) ... 27

5. Pendidikan Responden (N = 60) ... 28

6. Perkawinan Responden ( N=60) ... 29

7. Tempat lahir Responden ( N=60) ... 29

8. Penguasaan terhadap bahasa Simalungun (N=60) ... 31

9. Daftar Intra kelompok di Lingkungan Tempat Tinggal Responden ( N= 60) ... 31

10. Remaja Jika Berbicara Dengan Kakek Menggunakan Bahasa (N=20) ... 32

11. Remaja Jika Berbicara Dengan Nenek (N=20) ... 33

12. Remaja Jika Berbicara Dengan Ayah ( N=20) ... 33

13. Remaja Jika Berbicara Dengan Ibu (N=20) ... 34

14. Remaja Jika Berbicara Dengan Saudara (N=20) ... 35

15. Penggunaan Bahasa Simalungun Pada Ranah Pergaulan (N=20) ... 36

16. Penggunaan Bahasa Pada Ranah Pendidikan (N=20) ... 38

17. Penggunaan Bahasa Pada Ranah Pemerintahan (N=20) ... 40

18. Penggunaan Bahasa Pada Ranah Transaksi (N=20) ... 41

19. Penggunaan Bahasa Pada Ranah Tetangga (N=20) ... 43

20. Kesimpulan Penggunaan bahasa pada kelompok remaja (N=20) ... 46

21. Kelompok Dewasa jika berbicara dengan Kakek (N=20) ... 48

22. Kelompok Dewasa Jika berbicara dengan nenek (N=20 ) ... 48

23. Kelompok Dewasa Jika Berbicara Dengan Ayah (N=20) ... 49


(14)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

25. Kelompok Dewasa Jika Berbicara Dengan Saudara (N=20) ... 50

26. Kelompok Dewasa Jika Berbicara Dengan Suami/Istri (N=20) ... 50

27. Jika Berbicara Dengan Anak (N= 9) ... 51

28. Penggunaan Bahasa Simalungun Pada Ranah Pergaulan (N=20) ... 52

29. Penggunaan Bahasa Simalungun pada Ranah Pekerjaan (N=20) ... 54

30. Penggunaan Bahasa Simalungun pada Ranah Pemerintahan ( N=20) ... 54

31. Penggunaan Bahasa Simalungun Pada Ranah Transaksi (N=20) ... 55

32. Penggunaan Bahasa Simalungun pada Ranah Tetangga (N=20) ... 56

33. Kesimpulan Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Dewasa (N=20) ... 59

34. Orang Tua Jika Berbicara Dengan Kakek Menggunakan Bahasa (N=20) ... 61

35. Orang Tua Jika Berbicara Dengan Nenek Menggunakan Bahasa (N=20) ... 61

36. Orang Tua Jika Berbicara Dengan Ayah Menggunakan Bahasa (N=20)... 62

37. Orang Tua Jika Berbicara Dengan Ibu Menggunakan Bahasa (N=20)... 62

38. Orang Tua Jika Berbicara Dengan Suami/Istri Menggunakan Bahasa (N=20) ... 63

39. Orang Tua Jika Berbicara dengan Anak menggunakan Bahasa (N=20)... 63

40. Orang Tua jika Berbicara dengan Saudara menggunakan Bahasa (N=20) ... 64

41. Penggunaan Bahasa Simalungun Pada Ranah Pergaulan (N=20) ... 65

42. Penggunaan Bahasa Simalungun pada Ranah Pekerjaan (N=20)... 66

43. Penggunaan Bahasa Simalungun pada Ranah Pemerintahan ( N=20)... 67

44. Penggunaan Bahasa Simalungun Pada Ranah Transaksi (N=20)... 68

45. Penggunaan Bahasa Simalungun pada Ranah Tetangga (N=20)... 69

46. Kesimpulan Penggunaan bahasa pada kelompok orang tua ( N = 20)... 71


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 17

2. Peta Kabupaten Simalungun ... 23

3. Diagram Bulat Penggunaan Bahasa Simalungun ... 46

4. Diagram Bulat Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa ... 59

5. Diagram Bulat Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang Tua .... 72 6. Diagram Bulat Kesimpulan Penggunaan Bahasa pada Semua

Kelompok ... 75


(16)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Kuesioner ... 83 2. Tabulasi Data ... 90 3. Tabel Pemertahanan Bahasa Simalungun di Kabupaten


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Oleh karena itu hubungan antara bahasa dan pemakai (penuturnya) perlu dikaji. Banyak fenomena yang menarik berkaitan dengan hubungan antara bahasa dengan penuturnya. Seperti, (1) jumlah penutur pendukung suatu bahasa (aspek demografis kebahasaan), (2) jumlah variasi bahasa berdasarkan masyarakat penuturnya, (3) sejumlah segi lainnya yang berkaitan langsung dengan masalah pembinaan dan pengembangan bahasa serta pemertahanan sebuah bahasa. Belakangan ini, masalah kepunahan bahasa menjadi topik yang sangat menarik dalam sosiolinguistik terapan, khususnya perencanaan bahasa (language planning). Konsep perencanaan bahasa haruslah menjadi fokus perhatian supaya bahasa-bahasa daerah tidak punah.

Sebahagian besar masyarakat Indonesia adalah dwibahasa. Akan tetapi, tetap saja banyak bahasa Nusantara (bahasa daerah) yang terancam punah dan mungkin saja beberapa bahasa daerah telah punah sebelum di inventarisasikan. Agar suatu bahasa dapat bertahan dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan upaya pembinaan terhadap bahasa yang dimaksud. Di berbagai negara upaya pembinaan tersebut dilakukan oleh instansi atau lembaga tertentu yang diberi wewenang untuk mengurusi masalah kebahasaan yang ada., seperti Pusat Bahasa di Indonesia. Dalam kaitan itu di dalam pembinaan suatu bahasa diperlukan adanya


(18)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

suatu perencanaan agar apa yang dilakukan melalui pembinaan dapat dicapai sesuai harapan orang atau lembaga yang melaksanakannya (Moeliono, 1985:86).

Sebagai suku bangsa yang multietnik diasumsikan bahwa sebahagian warga negara Indonesia pada umumnya paling sedikit menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa daerah (bahasa ibu) dan bahasa Indonesia dalam interaksi sosial budayanya. Bahasa daerah dipakai untuk keperluan komunikasi antarwarga sesuku, meskipun dalam kegiatan komunikasi tertulis antarwarga sesuku sebahagian besar menggunakan bahasa Indonesia, tetapi untuk kegiatan komunikasi antarsuku, bahasa Indonesia memegang peranan yang amat penting (Isman, 1978). Di samping itu, bahasa Indonesia dipakai pula untuk keperluan penyampaian ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan formal sedangkan bahasa daerah hampir tidak dipakai sama sekali kecuali di beberapa daerah yang masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar

Setiap bahasa di dunia ini tidak luput dari tantangan termasuk bahasa daerah. Tantangan itu perlu diantisipasi dengan perencanaan, pemikiran konseptual, intelektual dan penuh kearifan. Tantangan yang dimaksud di sini bisa bersifat internal dan bisa juga bersifat eksternal. Tantangan yang bersifat eksternal antara lain arus globalisasi. Tantangan internal antara lain datangnya dari penutur bahasa sebenarnya yang bersumber dari sikap, kesadaran berbahasa yang kemudian tercermin dalam perilaku berbahasa (Pateda, 1990).

Pada pelaksanaannya, sebuah perencanaan bahasa memerlukan data kebahasaan yang mencakup berbagai hal mengenai bahasa yang direncanakan itu,


(19)

antara lain sifat, karekteristik, keadaan, penutur, dan juga faktor lain yang menjadi kendala atau pendorong berkembangnya bahasa yang dimaksud. Satu hal di antara berbagai hal yang ada itu diamati dan hasilnya menjadi masukan yang sangat berguna untuk mendukung informasi secara keseluruhan tentang bahasa yang direncanakan itu.

Salah satu hal yang menarik untuk diamati adalah telaah terhadap pemertahanan bahasa dalam masyarakat multilingual. Pengkajian pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa biasanya mengarah kepada hubungan di antara perubahan atau kemantapan yang terjadi pada kebiasaan berbahasa dengan proses psikologis,sosial, dan budaya yang sedang berlangsung pada saat masyarakat bahasa yang berbeda berhubungan satu sama lain. Bahwa bahasa atau ragam bahasa kadang-kadang digunakan oleh penutur di dalam situasi interaksi antar kelompok tertentu banyak menarik perhatian orang. Namun, baru pada tahun 60-an ikhwal pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa diakui sebagai bidang penyelidikan yang sistematis di antara para pengamat perilaku bahasa (Fishman ,1964:73) .

Pemertahanan bahasa merupakan ciri khas masyarakat dwibahasa atau multibahasa yang dapat terjadi pada masyarakat yang diglosia, yaitu masyarakat yang mempertahankan penggunaan beberapa bahasa untuk fungsi yang berbeda dan pada ranah yang berbeda pula. Berhasil tidaknya pemertahanan bahasa bergantung pada dinamika masyarakat pemakai bahasa tersebut dalam kaitannya terhadap perkembangan sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat tersebut.


(20)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

Pemertahanan bahasa banyak ditentukan oleh kerentanan masyarakat terhadap proses industrialisasi, urbanisasi, politik bahasa nasional dan tingkat mobilisasi anggota masyarakat bahasa.

Pergeseran bahasa dan pemertahanan bahasa sebenarnya seperti dua sisi mata uang, bahasa menggeser bahasa lain atau bahasa yang tak tergeser oleh bahasa lainnya, bahasa yang tergeser adalah bahasa yang tidak mampu mempertahankan diri. Kedua kondisi itu merupakan akibat dari pilihan bahasa dalam jangka panjang dan bersifat kolektif. Pergeseran bahasa berarti suatu guyup (komunitas) meninggalkan bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa lain. Bila pergeseran sudah terjadi para warga guyup itu secara kolektif memilih bahasa baru. Dalam pemertahanan bahasa, guyup itu secara kolektif menentukan untuk melanjutkan memakai bahasa yang sudah biasa dipakai.

Kabupaten Simalungun yang merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Sumatera Utara yang saat ini dihuni oleh berbagai macam kelompok etnis dan latar belakang sosial budaya yang berbeda beda dalam berkomunikasi secara umum menggunakan bahasa Indonesia, tetapi dalam interaksi antaretnis mereka menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing. Sehubungan dengan itu, Nababan (1984) berpendapat bahwa sikap bahasa kelompok etnis akan turut berperan di dalam peralihan bahasa tersebut serta usaha untuk mempertahankan bahasa dan membina bahasa.

Di Kabupaten Simalungun yang didiami oleh mayoritas suku Simalungun gejala peralihan itu mulai terlihat. Komunikasi antara orang tua dan anak di dalam


(21)

rumah pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia bukan bahasa etnis orang tua. Terlihat bahwa dominan pemakaian bahasa Simalungun semakin menyempit karena telah diisi oleh bahasa Indonesia. Keadaan ini dipertegas oleh Siregar (1998) pada hasil penelitiannya yang mengatakan bahwa bahasa daerah sampai pada retensi yang paling rendah karena bahasa tersebut tidak lagi dipergunakan, bahkan di ranah yang paling pribadi pun seperti di rumah, bahasa daerah mulai kehilangan fungsi dan perannya.

Kenyataan di atas memotivasi untuk melakukan penelitian tentang pemertahanan bahasa daerah, seperti yang kita ketahui melalui data dari Pusat Bahasa (2008), dijumpai 746 buah bahasa daerah yang terdapat dan tersebar di seluruh Indonesia dari Sabang sampai wilayah Merauke. Sejalan dengan itu, bahasa Simalungun termasuk satu diantara bahasa daerah yang terdapat di dalamnya.

Menurut daerah pemakaiannya bahasa Simalungun ini diidentikkan dengan wilayah Kabupaten Simalungun yang berada di Sumatera Utara. Walaupun begitu, pemakaian bahasa Simalungun tidak hanya terbatas pada wilayah kabupaten Simalungun, ada kemungkinan juga dipakai ditempat lain di mana ada perantau warga Simalungun, seperti di Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, dan Tobasa.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian di atas, masalah yang akan dicari jawabannya dirumuskan sebagai berikut.


(22)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009 1. Di ranah manakah bahasa Simalungun digunakan?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penggunaan bahasa Simalungun? 3. Bagaimanakah pemertahanan bahasa Simalungun sebagai lingua franca pada

masyarakat penuturnya? 1.3 Tujuan Penelitian.

Sejalan dengan masalah yang ada dalam penelitian, maka penelitian ini bertujuan:

1. mendeskripsi ranah penggunaan bahasa Simalungun.

2 mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi pengunaan bahasa Simalungun dan 3. menginvestigasi peran bahasa Simalungun sebagai lingua franca pada masyarakat

penutur bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun

1.4 Manfaat Penelitian

Secara akademis temuan penelitian ini diharapkan menambah khazanah kepustakaan sosiolinguistik dan sebagai bahasa pemerkaya khazanah perbendaharaan kosa kata bahasa Indonesia.. Sementara itu, manfaat praktis dari temuan penelitian pemertahanan bahasa Simalungun ini adalah membangun kesadaran berbahasa Simalungun yang positif sehingga bahasa daerah itu tetap memenuhi perannya sebagai penanda identitas etnis, baik dalam peran sosial dan alat komunikasi. Di samping itu, agar pola pemakaian bahasa dalam berbagai ranah dan situasi pada masyarakat majemuk itu dapat digunakan sesuai dengan perannya masing-masing dalam ranah-ranah pemakaiannya.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

Penelitian ini secara khusus menggambarkan masalah multilingualisme, multilingualisme tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu berkaitan dengan antara lain, pemakaian dan sikap bahasa. Multilingualisme juga berhubungan dengan kehidupan masyarakat yang tampak pada adanya perbendaharaan bahasa (linguistic repertoire)

Sikap berbahasa merupakan tata keyakinan yang berhubungan dengan bahasa yang berlangsung relatif lama, tentang suatu objek bahasa yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu yang disukainya (Anderson, 1974:34:35). Sikap terhadap suatu bahasa dapat pula dilihat dari bagaimana keyakinan penutur terhadap suatu bahasa; bagaimana perasaan penutur terhadap bahasa itu; bagaimana kecenderungan bertindak tutur (speech act) terhadap suatu bahasa.

Kontak antarbahasa dan pemakainnya dengan segala latar belakang sosialnya memberikan pandangan tentang adanya keragaman pilihan dan pilihan bahasa dapat seragam dan dapat pula tidak seragam.

Ketepatan pemilihan bahasa di kalangan masyarakat pemakainya dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan domain yang diperkenalkan oleh Fishman (1968:73).


(24)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

Domain merupakan konteks institusional tertentu yang menyebabkan varietas yang satu lebih tepat digunakan daripada varietas yang lainnya. Ketepatan itu merupakan hubungan antara faktor lokasi, topik dan partisipan. Sebagai domain keluarga terlihat jelas bila penutur berbicara dengan keluarganya tentang sebuah topik sehari-hari di rumah.

Pemilihan bahasa oleh seorang individu akan melibatkan situasi psikologis. Artinya situasi pertama berhubungan dengan kebutuhan individu (personal needs), kedua berhubungan dengan latar belakang individu (background situation) dan ketiga berhubungan dengan kedekatan situasi (immediate situation). Pilihan bahasa melibatkan sikap loyalitas bahasa. Sikap loyalitas ditunjukkan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh fungsi bahasa itu sendiri. Garvin dan Mathiot dalam Fishman (1968) berpendapat bahwa bahasa ragam baku mempunyai fungsi sebagai pemersatu dan pemisah prestise dan fungsi sebagai kerangka acuan. Fungsi pemersatu dan pemisah dapat menumbuhkan sikap loyalitas bahasa dan fungsi prestise menumbuhkan sikap bangga dan fungsi kerangka acuan menimbulkan sikap kesadaran terhadap kaidah bahasa. Loyalitas bahasa dapat bertahan apabila didukung oleh kondisi sosial dan ekonomi yang mantap. Sebaliknya pergeseran bahasa akan terjadi bila ada bahasa yang nilainya lebih tinggi dari bahasa lainnya (Dorian ,1980).

Sehubungan dengan uraian tersebut teori yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi teori Platt dalam Siregar dkk. (1998:53) yang berpendapat bahwa dimensi identitas sosial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan bahasa di dalam masyarakat yang multilingual. Dimensi itu mencakup kesukuan,


(25)

umur, jenis kelamin, tingkat dan sarana pendidikan dan latar belakang sosial ekonomi.

2.2 Konsep Pemertahanan Bahasa

Keanekabahasaan merupakan dan mungkin saja menjadi gejala yang dapat menumbuhkan persaingan antarbahasa sehingga selalu saja ada kemungkinan bahasa-bahasa tertentu yang tidak sanggup bertahan dalam persaingan sehingga menjadi punah. Persoalan keanekabahasaan menjadi menarik bagi pemerhati /peneliti sosiolinguistik, yang berkaitan dengan pemertahanan VS kepunahan bahasa. Membahas pemertahanan erat kaitannya dengan kepunahan bahasa artinya adanya interaksi bahasa menimbulkan adanya upaya pemertahaanan. Jika hal tersebut gagal, maka bahasa yang mengalami pergeseran itu akan perlahan-lahan menjadi punah, Sumarsono (1995:173).

Menurut Siregar, dkk. (1998) pengkajian pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa biasanya mengarah kepada hubungan di antara perubahan atau kemantapan yang terjadi pada kebiasaan berbahasa dengan proses psikologis, sosial, dan budaya yang sedang berlangsung pada saat masyarakat bahasa yang berbeda berhubungan satu sama lain. Pemertahanan bahasa merupakan ciri khas masyarakat dwibahasa atau multi bahasa yang dapat terjadi pada masyarakat yang diglosia, yaitu masyarakat yang mempertahankan penggunaan beberapa bahasa untuk fungsi yang berbeda pada ranah yang berbeda pula. Sementara itu, ranah penggunaan bahasa adalah susunan situasai atau cakrawala interaksi yang pada umumnya di dalamnya digunakan satu bahasa. Dalam hal ini, ranah adalah lingkungan yang memungkinkan


(26)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

terjadinya percakapan, merupakan kombinasi antara partisipan, topik, dan tempat (misalnya, keluarga, pendidikan, tempat kerja, keagamaan, dsb.). Ranah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini adalah ranah kekeluargaan, pergaulan, pekerjaan, pendidikan, pemerintahan, transaksi, dan tetangga.

Berhasil tidaknya suatu pemertahanan bahasa bergantung pada dinamika masyarakat pemakai bahasa tersebut dalam kaitannya terhadap perkembangan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat tersebut. Pemertahanan bahasa banyak ditentukan oleh kerentanan masyarakat terhadap proses industrialisasi, urbanisasi, politik bahasa nasional, dan tingkat mobilisasi anggota masyarakat bahasa itu.

2.3 Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan

Sejalan dengan penelitian ini, Keller dalam Astar dkk.. (2003:1), misalnya, telah meneliti pemakaian bahasa di daerah Pays Doc, Prancis Selatan. Menurutnya, jumlah penutur bahasa daerah Occitan, Gascon, Langedocian, dan Provoncel di Pays Doc tersebut mengalami penurunan. Bahasa-bahasa tersebut kebanyakan hanya dikuasai dengan baik oleh masyarakat yang sudah berumur lima puluh tahun ke atas sedangkan masyarakat kelompok usia muda lebih menguasai bahasa Prancis. Hal itu menyebabkan fungsi dan peran bahasa daerah itu tergeser oleh perkembangan bahasa Prancis yang begitu pesat. Hal lain yang juga dapat mempercepat pergeseran bahasa tersebut adalah karena di daerah-daerah tersebut terdapat industri yang didatangi oleh para imigran dari Italia dan Spanyol.


(27)

Selain itu, Sumarsono (1993) telah pula meneliti pemertahanan bahasa Melayu Loloan di Bali. Menurutnya, masyarakat gayup Loloan adalah masyarakat yang dwibahasawan karena hampir setiap anggota gayup tersebut mampu menguasai bahasa gayup yang lain. Dengan demikian, di dalam gayub Loloan, bahasa Melayu Loloan dan bahasa Indonesia membentuk situasi diglosia. Bahasa Melayu Loloan hanya berperan dalam ranah rumah tangga, ketetanggaan, dan agama. Akhirnya Sumarsono menyimpulkan bahwa dalam kenyataannya diglosia itu cenderung ‘bocor’. Maksudnya, pemakai bahasa Indonesia sudah mulai merembes ke ranah rumah tangga, ketetanggaan, dan kekariban.

Siregar dkk. (1998) dalam penelitiannya mengenai pemertahanan bahasa dan sikap bahasa pada kasus masyarakat bilingual di Medan menyimpulkan bahwa beberapa kelompok etnik seperti Cina dan Karo menunjukkan pola pemertahanan bahasa yang tinggi di rumah. Beberapa kelompok etnik lainnya seperti Angkola/Mandailing dan Melayu sedang mengalami pergeseran bahasa dari bahasa daerah kepada bahasa Indonesia. Anggota kelompok ini bergeser dari penutur yang dwibahasawan menjadi penutur yang ekabahasawan. Pada pola penggunaan bahasa terdapat dua generasi penutur bahasa, yaitu kelompok yang tua cenderung memiliki ikatan emosional yang kuat dan masih menggunakan bahasa daerah sebagai alat untuk membawa nilai-nilai ataupun norma kedaerahan sedangkan pada kelompok anak lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia pada interaksi intrakelompok khususnya di rumah.


(28)

Ramlan Damanik : Pemertahanan Bahasa Simalungun Di Kabupaten Simalungun, 2009

Kajian sosiolinguistik yang hampir senada dengan itu telah dilakukan oleh Lumintaintang dalam Astar dkk. (2003:2) tentang pola pemakaian bahasa dalam lingkungan rumah tangga perkawinan campur Jawa-Sunda di daerah Jakarta. Dalam kajian tersebut Lumintaintang menemukan pola berbahasa antaranggota dalam rumah tangga yang berkaitan dengan latar belakang sosial dan situasioanal para penuturnya.

Dari uraian singkat mengenai hasil hasil penelitian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor dominan di dalam pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa adalah faktor-faktor yang ada di luar bahasa seperti faktor usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, kawin antar suku, agama, loyalitas bahasa dan tempat lahir.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Tekhnik

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah ancangan sosiolinguistik. Dalam hal ini, ancangan (pendekatan) sosiologi, yakni penelitian perihal kebahasaan di dalam konteks sosial, yang dikaji adalah perilaku kelompok bukan prilaku perseorangan (Sudaryanto, 1993). Selanjutnya, dalam pengumpulan data digunakan metode survei, yakni metode penelitian untuk mengumpulkan dan menganalisis data sosial melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang sangat berstruktur dan rinci dengan tujuan memperoleh informasi dari sejumlah besar responden yang dianggap mewakili populasi. Sementara itu, teknik yang digunakan, yakni teknik kuesioner survei dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan semi terbuka (masih ada kemungkinan jawaban tambahan). Kuesioner (daftar tanyaan) disusun terlebih dahulu berdasarkan masalah dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Daftar tanyaan itu kemudian dibagi kepada responden. Responden mengisi kuesioner tanpa menyebut nama dengan harapan responden bersifat jujur dan terbuka tidak ragu dan tidak merasa takut mengisi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu. Kuesioner yang telah diisi responden menjadi data yang siap untuk diolah.(Astar dkk,2003) dan data dianalisis secara kuantitatif.


(30)

3.2 Perhitungan Persentase

Dalam menganalisis data dilakukan dengan cara penghitungan persentase mengikuti pola perhitungan Muhajir (1979), yaitu perhitungan yang didasarkan pada jumlah jawaban yang masuk. Pertimbangannya adalah bahwa setiap pertanyaan mungkin tidak akan dijawab oleh responden. Angka persentase akan disajikan dalam dua angka dibelakang koma.

Setelah dianalisis, data dalam penelitian ini disusun dalam bentuk tabel. Penyusunan dalam bentuk tabel atau tabulasi ini merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses analisis data (Koentjaraningrat, 1993). Data yang telah masuk mula-mula dicatat, lalu disesuaikan dengan pengelompokan yang telah dilakukan kemudian ditarik dalam angka-angka gabungan yang dipakai sebagai dasar analis. Dari hasil pengolahan data tersebut akan terlihat kecenderungan-kecenderungan tertentu yang kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel tabulasi dan grafik. Hasil tabulasi faktor-faktor identitas sosial seperti kesukuan, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan latar belakang sosial ekonomi responden.

Berkaitan dengan skala pengukuran dalam menganalisis data dalam penelitian ini digunakan skala pengukran nominal, ordinal, interval, dan rasio (Nasution, 2007). Dalam hal ini, skala nominal merupakan sebatas label yang diberikan terhadap kategori jenis kelamin, usia, status keluarga, pekerjaan, pendidikan, tempat lahir, identitas responden, lama tinggal, status suku. Sementara itu, skala ordinal dalam penelitian ini mengandung pengertian tingkatan, yakni yang berkaitan dengan kelompok usia responden. Selanjutnya, skala interval dalam penelitian ini merupakan


(31)

klasifikasi secara kuantitatif dari objek penelitian, dalam hal ini, peneliti hendak meneliti apakah bahasa Simalungun itu masih bertahan atau tidak bertahan. Adapun setiap pertanyaan (indikator) yang terdapat dalam kuesioner yang diberikan kepada responden dijawab dengan menggunakan pilihan jawaban: Responden masih menggunakan bahasa 1. Bahasa Simalunggun, 2. Bahasa Daerah Lainnya, 3. Bahasa Indonesia, 4. Bahasa Asing. Kemudian, dibuatlah standar penilaian dalam bentuk interval, yaitu:

1) Jika jawaban responden menggunakan bahasa Simalungun persentasenya 51%--100% dianggap bahwa bahasa Simalungun masih bertahan.

2) Jika jawaban responden menggunakan bahasa Sinmalungun persentase 0%--50% dinterpretasikan bahasa Simalungun tidak bertahan.

Untuk lebih rincinya, dalam menghitung bertahan atau tidaknya bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun digunakan dengan cara menghitung nilai tengah atau median, yakni dihitung dari setengah jumlah responden. Nilai tertinggi dihitung dari nilai tengah keatas dan nilai terendah dihitung dari nilai tengah ke nilai terbawah (Sujana,2001:138). Misalnya, jumlah responden ada 60 (100,00%) maka rumus yang digunakan adalah 60 (100,00%) : 2 = 30 (50,00%), maka jumlah responden 0—30 atau <50,00% bermakna bahasa Simalungun tidak bertahan sedangkan jumlah responden 31—60 atau > 50,00% bermakna bahasa Simalungun masih bertahan.


(32)

3.3 Variabel Penelitian

Dalam penelitian pemertahanan bahasa ini variabel yang akan diteliti adalah penggunaan bahasa, untuk penggunaan bahasa responden, menggunakan beberapa variabel yakni variabel bebas dan terikat dan yang menjadi perhatian adalah ranah penggunaan bahasa dan mitra bicara (interlokutor), semuanya dalam bentuk hubungan- peran, lokasi (tempat) dan peristiwa bahasa yang sesuai untuk keperluaan penelitian pola penggunaan bahasa. Dengan demikian, penelitian ini mengungkapkan bagaimana hubungan dua variabel, yakni variabel ranah penggunaan bahasa Simalungun dan variabel yang diduga berpengaruh terhadap ranah penggunaan bahasa Simalungun, yakni faktor usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, kawin antarsuku, agama, loyalitas bahasa dan tempat lahir. Variabel usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, kawin antarsuku, agama, loyalitas bahasa dan tempat lahir merupakan varabel bebas dan penggunaan bahasa Simalungun, dalam ranah kekeluargaan, pergaulan, pekerjaan, pendidikan, pemerintahan, transaksi, dan tetangga sebagai variabel terikat.

Adapun variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti terdapat dalam diagram berikut.


(33)

1) Usia 2) Pekerjaan 3) Pendidikan 4) Jenis kelamin 5) Perkawinan 6) Agama

7) Loyalitas bahasa 8) Tempat lahir

Ranah Pengunaan Bahasa 1) Kekeluargaan

2) Pergaulan 3) Pekerjaan 4) Pendidikan 5) Pemerintahan 6) Transaksi 7) Tetangga

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1 : Variabel Bebas dan Variabel Terikat 3.4 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah masyarakat penutur asli bahasa Simalungun yang berdomisili di wilayah Kabupaten Simalungun. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yakni untuk mengetahui tingkat pemertahanan bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun. Berkaitan dengan itu, karena keterbatasan waktu penelitian maka populasi penelitian ini hanya mengambil beberapa pemercontoh (sample) sebagian objek yang diteliti atau hanya meneliti elemen sampel bukan seluruh elemen populasi.

Sejalan dengan itu, Milroy dalam Gunarwan (2002:46), mengatakan bahwa untuk penelitian kebahasaan, pemercontoh (sampling) yang besar cenderung tidak perlu. Hal itu karena perilaku linguistik itu lebih homogen daripada perilaku-perilaku lain. Walaupun demikian, pemercontoh dalam penelitian ini tetap menggunakan


(34)

desain pemercontoh yang lazim dalam penelitian pada umumnya, yakni menentukan pemercontah dengan cara acak-berlapis. Jumlah pemercontoh ditetapkan enam puluh responden dari populasi dengan cara menstratifikasi populasi berdasarkan tingkat generasi (remaja, dewasa, dan orang tua), yakni dua puluh responden per generasi yang terdiri atas sepuluh laki-laki dan sepuluh perempuan.

Berkaitan dengan pemercontoh yang dipilih, pemilihan responden juga dilakukan berdasarkan syarat-syarat penentuan responden yang memenuhi syarat. Samarin (1988:55), mengatakan bahwa seseorang yang meneliti suatu bahasa dengan tujuan menemukan deskripsi bahasa itu sebenarnya memerlukan tidak lebih seorang informan yang baik.

Syarat-syarat pemilihan responden yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan kriteria sebagai berikut:

1) penutur asli bahasa Simalungun berusia 17 sampai dengan 60 tahun yang tinggal di wilayah kabupaten Simalungun

2) tidak pernah atau tidak lama meninggalkan tempat asal, 3) berasal dari masyarakat tutur dialek Simalungun, 4) setidak-tidaknya berpendidikan SD,

5) dapat berbahasa Indonesia,

6) sehat dan tidak mempunyai cacat wicara, 7) bersedia menjadi responden,

8) tidak mudah tersinggung, bersifat jujur, terbuka, sabar, dan ramah, 9) teliti, cermat, dan mempunyai daya ingat yang baik, dan


(35)

10)tidak mempunyai kecurigaan apa pun terhadap penelitian yang dilakukan. 3.5 Tahapan Kegiatan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan, yakni mulai dari tahap persiapan penelitian, penyediaan data, pemerosesan data, analisis data, dan tahap penyusunan laporan.

A. Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah 1) memilih salah satu lokasi penelitian,

2) memilih beberapa responden yang sesuai dengan kriteria responden yang baik, dan

3) membuat kisi-kisi kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pemertahanan bahasa Simalungun.

B. Pada tahap penyediaan data yang dilakukan adalah

1) meminta responden untuk mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan. C. Pada tahapan pemerosesan data kegiatan yang dilakukan adalah

1) membersihkan data, artinya memeriksa kembali jawaban responden, apakah setiap pertanyaan dijawabnya; kalau dijawab, apakah cara menjawabnya betul,

2) membuat koding, artinya memberikan tanda atau kode agar mudah memeriksa jawaban,


(36)

D. Pada tahap analisis data yang dilakukan adalah

1) melakukan skoring atau pemberian angka, khususnya kepada data yang diklasifikasikan dan menghitungnya untuk setiap jawaban responden,

2) menggolongkan kategori jawaban dalam tabel-tabel, baik tabel frekuensi maupun tabel skor atau nilai.

3) mendeskripsikan hasil-hasil perhitungan tersebut dalam bentuk tabel dan grafik, dan

4) membuat interpretasi hasil pengolahan tersebut dalam bentuk pernyataan-pernyataan verbal sesuai dengan masalah penelitian.

E. Selanjutnya, tahapan penyusunan laporan yang mempunyai kegiatan sebagai berikut:

1) penulisan laporan dan melengkapi data yang kurang, 2) pengetikan laporan,

3) mendiskusikan laporan kepada dosen pembimbing, 4) revisi laporan (jika diperlukan), dan penjilidan laporan


(37)

BAB IV

TOPOGRAFI KABUPATEN SIMALUNGUN

4.1 Letak Geografis

Daerah Kabupaten Simalungun terletak di Provinsi Sumatera Utara bagian tengah, yaitu di Lereng Bukit Barisan yang ditandai dengan puncak Dolok Sipiso-piso, Dolok Singgalang, Dolok Simbolon, dan Dolok Simarjarunjung. Kabupaten Simalungun terletak antara 02036-03018 Lintang Utara dan 98032-99035 Bujur Timur, rata-rata 369 meter di atas permukaan laut.

Batas wilayah Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut.

1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Serdang Badagai 2. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tanah Karo 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah: Kabupaten Toba Samosir 4. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Batubara

Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,6 km2 atau 6.12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara, dan terdiri dari 31 kecamatan, 21 kelurahan, dan 310 desa / nagori. Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar terdapat di Kecamatan Raya dengan luas 335.60 Km2 dan wilayah terkecil di Kecamatan Haranggaol Horisan 34.50 Km2.

Ketiga puluh satu kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Simalungun itu dapat dilihat pada table berikut ini.


(38)

Tabel 1. Kecamatan di Wilayah Kabupaten Simalungun

No Kecamatan Jarak

Distence

Ketinggian / Height (Meter) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Silimakuta Pematang Silimakuta Purba Haranggaol Horisan Dolok Pardamean Sidamanik Pematang Sidamanik Girsang Simpangan Bolon Tanah Jawa Hatonduhan Dolok Panribuan Jorlang Hataran Panei Panombeian Panei Raya Dolok Silau Silau Kahean Raya Kahean Tapian Dolok

Dolok Batu Nanggar Siantar

Gunung Malela Gunung Maligas Hutabayu Raja

Jawa Maraja Bah Jambi Bandar Bandar Masilam Pematang Bandar Bandar Huluan Bosar Maligas Ujung Padang 64 69 49 63 39 20 35 44 21 32 36 25 18 14 12 14 30 84 97 57 26 12 0 16 21 41 30 37 57 56 83 751-1400 751-1400 751-1400 751-1400 751-1400 501-1250 751-1400 751-1400 151-500 151-1250 401-1250 251-1250 501-1000 401-1000 251-1400 151-1400 51-1000 101-1000 101-501 51-401 151-750 101-200 101-200 51-200 101-200 0-100 0-100 26-150 26-150 0-150 0-150


(39)

4. 2 Peta Kabupaten Simalungun

PETA KABUPATEN SIMALUNGUN

Sumber data: Simalungun Dalam Angka2008

Sumber Data : Simalungun dalam Angka 2008


(40)

Penduduk Kabupaten Simalungun sebanyak 841.198 jiwa yang tersebar di 31 kecamatan, dengan perbandingan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan (sex ratio) sebesar 100.48.

Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Siantar yaitu sebesar 61.468 jiwa dan terkecil berada di Kecamatan Haranggaol Horisan yang hanya sebesar 5.755 jiwa. Wilayah yang paling padat penduduknya terdapat di Kecamatan Siantar 776.99 jiwa/Km, disusul Kecamatan Bandar 607.57 jiwa/Km dan Gunung Maligas 430.67 jiwa/Km. sedangkan mata pencaharian penduduk Kabupaten Simalungun adalah merupakan penghasil padi terbesar di Sumatera Utara. Pada tahun 2006 Kabupaten Simalungun menghasilkan padi sebanyak 431.322 ton yang terdiri dari padi sawah sebanyak 391.536 ton dan padi ladang sebanyak 39.792 ton. Produksi padi sawah berasal dari luas panen bersih sebesar 73.927 Ha dan produksi padi ladang berasal dari luas panen bersih sebesar 10.768 Ha. Tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Simalungun baik yang dikelola oleh rakyat (perkebunan rakyat) maupun perkebunan swasta/PTPN seperti karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, coklat, teh dan lain-lain memberikan nilai yang cukup berarti bagi usaha peningkatan pendapatan masyarakat. Tanaman perkebunan rakyat didominasi oleh produksi tahun 2006 mencapai sebesar 85.11%. Produksi hasil hutan pada tahun 2006 sebesar 55.91%. Sedangkan untuk populasi ternak kecil didominasi oleh ayam buras dengan populasi sebesar 2.512.700 ekor dan untuk populasi itik jumlahnya sangat sedikit sebesar 78.560 ekor. Sektor perindustrian merupakan sektor yang cukup diandalkan dalam


(41)

perekonomian Kabupaten Simalungun terdapat sebesar 18.86% pada tahun 2006 (Simalungun dalam Angka 2008)

4.3 Keadaan Bahasa

Bahasa Simalungun adalah salah satu rumpun bahasa Batak, yang dipergunakan sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat Simalungun. Pemakai bahasa Simalungun dapat dikatakan cukup luas, karena bahasa ini juga dipakai di daerah perbatasan Kabupaten Simalungun, di daerah deli Serdang yaitu kecamatan Gunung Meriah, kecamatan Kutarih, kecamatan Bangun Purba, dan juga di luar Kabupaten Simalungun yaitu masyarakat yang suku Simalungun. Bahasa Simalungun biasanya dipakai dalam adat-istiadat atau kekeluargaan. Bahasa Simalungun merupakan bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi antarkeluarga dan antaranggota masyarakat. Di samping itu, bahasa Simalungun juga merupakan alat pendukung kebudayaan daerah. Dalam fungsinya sebagai alat pengembangan kebudayan daerah, bahasa Simalungun masih dipakai dalam kesusteraan daerah seperti dalam pantun (umpasa), peribahasa, mantera, serta kolom khusus bahasa Simalungun di surat kabar lokal. Begitu pula dalam upacara-upacara adat seperti pesta perkawinan, upacara meninggal dan berbagai aspek kebudayaan daerah yang dianggap khas bahasa Simalungun masih terus dipakai. Bahasa Simalungun dibagi atas dua dialek, yaitu dialek Simalungun atas dan dialek Simalungun bawah, masyarakat Simalungun mempunyai beberapa marga yang mendiami wilayah Simalungun antara lain Marga Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba yang terkenal dengan istilah sisadapur (Batara Sangti, 1978).


(42)

BAB V

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. 1 Identitas Sosial Responden

Berdasarkan jumlah responden pada penelitian ini adalah 60 orang terdiri atas 20 orang responden remaja, 20 orang responden dewasa, dan 20 orang responden orang tua.

Jawaban yang diperoleh pada tabel 2 di bawah ini, untuk menentukan jenis kelamin responden, merupakan jawaban atas pertanyaan berikut:

Apa jenis kelamin Anda?

Tabel 2. Jumlah responden menurut jenis kelamin (N= 60)

No. Jenis Kelamin Banyaknya

1 Laki-laki 30 ( 50,00%)

2 Wanita 30 ( 50,00%)

Jumlah 60 ( 100,00%)

Data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket untuk ketiga kelompok responden ini meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, tempat lahir. Variabel usia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) 17—20 tahun (remaja), (2) 21—40 tahun (dewasa), (3) 41 tahun keatas( orang tua).

Selanjutnya, untuk memperoleh jawaban pada tabel 3 di bawah ini diperoleh atas pertanyaan berikut.


(43)

Berapakah usia Anda saat ini ?

Tabel 3. Usia Responden (N= 60)

No. Usia Jumlah %

1 <20 20 33,33%

2 21—40 20 33,33%

3 >41 20 33,33%

Jumlah 60 100,00%

Pekerjaan sebagai variabel penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu pegawai negeri, wiraswasta, petani, dan lainnya. Dari hasil penyebaran kuesioner didapat hasil bahwa dari 60 responden sebanyak 7 responden (11,66%) bekerja sebagai pegawai negeri, 15 responden (25,00%) bekerja sebagai wiraswasta, 11 responden (18,33%) bekerja sebagai petani dan 27 responden (45,00%) bekerja sebagai pelajar. Untuk memperoleh data mengenai pekerjaan responden seperti terlihat pada tabel 4, pertanyaan yang disajikan adalah sebagai berikut.

Apakah pekerjaan Anda ?

Tabel 4. Pekerjaan Responden ( N= 60)

No Pekerjaan f %

1. 2 3..

4.

Pegawai Negeri Wiraswasta Petani Lain-lain

7 15 11 27

11,66% 25,00% 18,33% 45,00%


(44)

Variabel pendidikan dibagi menjadi 4, yaitu sekolah dasar (SD) dan sekolah lanjutan pertama (SLTP), sekolah lanjutan atas (SLTA), dan akademi/perguruan tinggi (A/PT), dan dari hasil penyebaran kuesioner didapat hasil bahwa dari 60 responden sebanyak 12 responden (20,00%) tamat Akademi/Perguruan Tinggi, 36 responden (60,00%) tamat SLTA, 11 responden (18,33%), dan hanya 1 responden (1,66%) yang tamat SD.

Jawaban yang disajikan dala tabel 5 di bawah ini merupakan jawaban atas pertanyaan sebagai berikut.

Pendidikan tertinggi yang Anda peroleh adalah?

Tabel 5. Pendidikan Responden (N = 60)

No Pendidikan f %

1 2 3 4

Akademi/ Perguruan Tinggi SLTA

SLTP SD

12 36 11 1

20,00% 60,00% 18,33% 1,66%

Jumlah 60 100,00%

Berdasarkan status perkawinan paara responden pada penelitian ini dikelompokkan atas dua status, yakni responden yang sudah kawin dan yang belum kawin. Selanjutnya, pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh jawaban pada tabel 6 adalah sebagai berikut.


(45)

Tabel 6. Perkawinan Responden ( N=60)

No Perkawinan f %

1 2.

Kawin

Belum Kawin

31 29

51,66% 48,34%

Jumlah 60 100,00%

Dan hasil yang didapat dari penyebaran kuesioner dari 60 responden (100,00%) sebanyak 31 responden ( 51,66% ) mengaku sudah kawin, dan 29 responden ( 48,34% ) mengaku belum berumah tangga ( kawin).

Tempat lahir dikelompokkan atas dua yaitu, (1) di wilayah kabupaten Simalungun (2) di luar wilayah kabupaten Simalungun, dan dari 60 responden sebanyak 50 responden ( 83,33%) lahir di wilayah Kabupaten Simalungun dan 10 responden ( 16,67% ) yang lahir di luar wilayah Kabupaten Simalungun.

Untuk memperoleh jawaban untuk mengetahui tempat lahir responden pertanyaan yang disajikan adalah:

Dimanakah tempat lahir Anda?

Dengan demikian, data yang berkaitan dengan tempat lahir responden dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Tempat lahir Responden ( N=60)

No Tempat Lahir f %

1. 2.

Di kabupaten Simalungun Di luar Kabupaten Simalungun

50 10

83,33% 16,67%


(46)

Paling tidak terdapat sepuluh bahasa daerah yang digunakan di wilayah Kabupaten Simalungun, latar belakang kebahasaan seperti ini semakin heterogen karena kedudukan Kabupaten Simalungun sebagai kabupaten yang besar dan pintu gerbang jika kita datang dari daerah kabupaten yang bertetangga dengan kabupaten Simalungun untuk menuju ibukota propinsi Sumatera Utara. Hampir semua kelompok etnik Batak dan sebahagian etnik yang ada di Indonesia dapat di jumpai di kabupaten ini walaupun jumlah anggota masing-masing kelompok etnik itu bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya. Walaupun banyak kelompok etnik yang lain mendiami wilayah kabupaten Simalungun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa Simalungun oleh para responden pada dasarnya cukup tinggi.

Hal itu dapat dilihat dari data responden yang menyatakan “Bisa” (penguasaan terhadap bahasa Simalungun) sebanyak 58 responden atau 96,66%%, yang menyatakan “Sedikit-sedikit” terhadap penguasaan bahasa Simalungun sebanyak 2 responden atau 3,34%, dan yang menyatakan “Tidak Bisa” terhadap penguasaan bahasa Simalungun tidak ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mayoritas para responden dapat berbahasa Simalungun dengan baik walaupun ada kelompok etnik lain yang mendiami wilayah Simalungun yang ditunjukan dengan frekuensi penguasaan berbahasa Simalungun yang masih tinggi, yakni (96,66%). Sejalan dengan uraian di atas, data itu dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.


(47)

Tabel 8. Penguasaan terhadap bahasa Simalungun (N=60)

Bisa Sedikit-sedikit Tidak bisa

58 96,6600% 2 3,34% 0 0,00%

Jawaban yang disajikan dalam tabel 8 merupakan jawaban atas pertanyaan berikut:

Apakah Anda dapat berbahasa Simalungun?

Dalam hal hubungan intrakelompok, dari 60 responden ( 100,00%) yang mengaku bahwa di lingkungan tempat tinggalnya banyak yang sesuku Simalungun sebanyak 49 responden (81,60%), dan yang mengaku agak banyak yang tinggal sesama suku Simalungun sebanyak 8 responden (13,33%) dan yang mengaku sedikit yang tinggal sesama suku Simalungun hanya 3 responden (5,00%). Data ini disajikan pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Daftar Intra Kelompok di Lingkungan Tempat Tinggal Responden ( N= 60)

Banyak Agak banyak Sedikit

49 81,60% 8 13,33% 3 5,00%

Jawaban yang disajikan pada tabel 9 merupakan jawaban atas pertanyaan sebagai berikut:

Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda terdapat orang yang sesuku dengan Anda ?


(48)

5.2 Pembahasan Pemertahanan Bahasa Simalungun Pada Kelompok Remaja Pembahasan pemertahanan bahasa Simalungun didasarkan atas ranah-ranah penggunaan bahasa seperti ranah keluarga, tetangga, pendidikan, pemerintahan, transaksi, pergaulan, pekerjaan dan dikelompokkan pada tiga kelompok pengguna bahasa Simalungun, antara lain kelompok remaja, dewasa dan orang tua.

Berdasarkan jumlah responden kelompok remaja terdiri atas 20 responden dan terbagi atas 10 remaja wanita dan 10 remaja laki-laki dan diperoleh jawaban tentang penggunaan bahasa Simalungun responden pada ranah :

1. Ranah keluarga: pada ranah keluarga sebanyak 17 responden (85,00%) dari 20 responden (100,00%) menggunakan bahasa Simalungun jika berbicara dengan kakeknya sedangkan 3 (15,00%) responden menggunakan bahasa Indonesia jika berbicara dengan kakeknya.

Bahasa yang digunakan responden remaja yang disajikan pada tabel 10 merupakan pengakuan atau jawaban responden berdasarkan pertanyaan berikut.

Bahasa apakah yang Anda pakai bila berbicara dengan kakek anda ?

Tabel 10. Remaja Jika Berbicara Dengan Kakek Menggunakan Bahasa (N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing

17 0 3 0

85,00% 0,00% 15,00%

0,00%


(49)

Jika berbicara dengan nenek sebanyak 17 responden (85,00%) dari 20 responden (100,00%) menggunakan bahasa Simalungun, 2 responden (10,00%) menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden (5,00%) menggunakan bahasa daerah lain. Untuk memperoleh jawaban responden pada tabel 11 di bawah ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut.

Bahasa apakah yang Anda pakai bila berbicara dengan nenek Anda ?

Tabel 11. Remaja Jika Berbicara Dengan Nenek (N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing 17 1 2 0 85,00% 5,00% 10,00% 0,00%

Jumlah 20 100,00%

Jika berbicara dengan ayah sebanyak 18 responden (90,00%) dari 20 (100,00%) remaja yang menjadi responden menggunakan bahasa Simalungun, 1 responden (5,00%) menggunakan bahasa Indonesia, dan 1 responden (5,00%) menggunakan bahasa daerah lain. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 12. Remaja Jika Berbicara Dengan Ayah ( N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing 18 1 1 0 90,00% 5,00% 5,00% 0,00%


(50)

Jawaban yang disajikan pada tabel 12 di atas merupakan jawaban atas pertanyaan berikut.

Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara dengan ayah Anda ?

Jika berbicara dengan ibu sebanyak 18 responden (90,00%) remaja menggunakan bahasa Simalungun, 1 responden (5%) menggunakan bahasa Indonesia, 1 responden (5%) menggunakan bahasa Daerah lain. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 13. Remaja Jika Berbicara Dengan Ibu (N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing

18 1 1 0

90,00% 5,00% 5,00% 0,00%

Jumlah 20 100,00%

Jawaban atas data pada tabel 13 di atas diperoleh berdasarkan pertanyaan sebagai berikut.

Bahasa apakah yang Anda pakai jika berbicara dengan ibu Anda?

Jika berbicara dengan saudara, 19 responden (95,00%) remaja menggunakan bahasa Simalungun sedangkan 1 responden (5,00%) menggunakan bahasa Daerah lain. Data tersebut seperti terdapat pada tabel 14. sementara itu, pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut.


(51)

Tabel 14. Remaja Jika Berbicara Dengan Saudara (N=20)

No. Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing

19 1 0 0

95,00% 5,00% 0,00% 0,00%

Jumlah 20 100,00%

Dari tabel 10 terlihat persentase penggunaan bahasa Simalungun pada kelompok remaja suku Simalungun pada ranah keluarga ada 85,00% atau 17 responden, tabel 11 persentase penggunaan bahasa Simalungun ada 85,00% atau sebanyak 17 responden, tabel 12 persentase penggunaan bahasa Simalungun 90,00% atau sebanyak 18 responden, tabel 13 persentase penggunaan bahasa Simalungun 90,00% atau 18 responden dan tabel 14 terlihat persentase penggunaan bahasa Simalungun pada kelompok remaja suku Simalungun pada ranah keluarga ada 95,00% atau sebanyak 19 responden, jika dikumulatifkan kelima tabel tersebut (tabel 10, 11, 12, 13,14) responden remaja suku Simalungun yang menggunakan bahasa Simalungun jika berbicara dalam ranah keluarga adalah 85,00% + 85,00 % + 90,00% + 90,00% + 95,00% = 445,00% : 5 = 89% atau sekitar 17 responden dan 4,00% atau 1 responden menggunakan bahasa daerah lain dan 7,00% (2 responden) menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, pada kelompok remaja dan pada ranah keluarga bahasa Simalungun masih dominan dipergunakan dan hal ini merupakan kegembiraan bagi kelompok etnik Simalungun.


(52)

2. Ranah Pergaulan: untuk mengetahui pemakaian bahasa Simalungun pada ranah pergaulan, pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah sebagai berikut.

a. Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara dengan sesuku?

b. Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara dengan teman yang tidak sesuku dengan Anda?

c. Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara dengan yang lebih tua dan sesuku dengan Anda?

d. Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara dengan yang lebih tua dan tidak sesuku dengan Anda?

e. Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara dengan yang lebih muda dan sesuku dengan Anda ?

f. Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara dengan yang lebih muda dan tidak sesuku?

Berdasarkan pertanyaan diatas, jawaban yang diberikan responden dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Penggunaan Bahasa Simalungun Pada Ranah Pergaulan (N=20)

Penggunaan Bahasa Peristiwa Bahasa Bahasa Simalungun (f /%) Bahasa Daerah Lain

( f /%)

Bahasa Indonesia (f /%) Bahasa Asing (f/ %) Bicara dengan teman sesuku

Bicara dengan teman tidak sesuku

Bicara dengan yang tua dan sesuku

Bicara dengan yang tua dan tidak sesuku

Bicara dengan yang muda dan

17 (85,00%) --- 19 (95,00%) 2 (10,00%) --- 2 (10,00%) 1 (5,00%) 2 (10,00%) 3 (15,00%) 18 (90,00%) --- 16 (80,00%)


(53)

sesuku

Bicara dengan yang muda dan tidak sesuku

18 (90,00%) ---

1 (5,00%) 1 (5,00%)

1 (5,00%) 19 (95,00%)

Berdasarkan jawaban yang ada pada tabel 15 di atas, remaja pada ranah pergaulan jika berbicara dengan teman sesuku yang masih mempertahankan bahasa Simalungun yaitu sebanyak 17 responden (85,00%) , bahasa Indonesia 3 ( 15,00%), dan jika berbicara pada teman tidak sesuku 18 responden ( 90,00%) memakai bahasa Indonesia dan 2 responden (10,00%) memakai bahasa daerah yang lain. Responden remaja jika berbicara dengan yang lebih tua dan sesuku 19 responden (95,00%) masih memakai bahasa Simalungun, 1 responden (5,00%) memakai bahasa daerah lain, dan jika berkomunikasi dengan yang lebih tua dan tidak sesuku 2 responden (10,00%) memakai bahasa Simalungun, 2 responden (10,00%) memakai bahasa daerah lain dan 16 responden (80,00%) menggunakan bahasa Indonesia.

Hal yang menggembirakan adalah presentase jika berbicara dengan yang lebih muda 18 responden (90,00%) dalam berkomunikasi memakai bahasa Simalungun dan hanya 2 responden ( 10,00%) menggunakan bahasa selain bahasa Simalungun, sedangkan jika bicara dengan yang lebih muda dan tidak sesuku 19 responden (95,00%) memakai bahasa Indonesia dan hanya 1 responden (5,00%) yang memakai bahasa daerah lain.

Pada ranah pergaulan kumulatif persentase pemakaian bahasa Simalungun pada kelompok remaja jika berbicara dengan sesuku adalah 85,00% + 95,00% + Lanjutan tabel 15


(54)

90,00% = 270,00 % : 3 = 90,00%, pemakaian bahasa Daerah lain 3,33% dan pemakaian bahasa Indonesia 6,67%

3. Ranah Pekerjaan: sebanyak 20 responden dalam penelitian ini belum bekerja, dikarenakan keduapuluh responden tersebut masih berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa.

4. Ranah Pendidikan: Penggunaan bahasa pada ranah pendidikan dapat dilihat pada tabel 15 dan berdasarkan pertanyaan berikut:

a. Di sekolah bahasa apakah yang Anda pakai jika berbicara dengan teman sekolah yang sesuku?

b. Bahasa apakah yang Anda pergunakan jika berbicara di sekolah dengan yang bukan sesuku?

c. Bahasa apakah yang Anda pergunakan dengan teman sekolah Anda jika berada di luar sekolah?

Tabel 16. Penggunaan Bahasa Pada Ranah Pendidikan (N=20) Penggunaan Bahasa

Peristiwa Bahasa

Bahasa Simalungun

(f /%)

Bahasa Daerah Lain

( f /%)

Bahasa Indonesia

(f /%)

Bahasa Asing (f/ %) Bicara dengan teman sesuku

Bicara dengan teman tidak sesuku Bicara dengan teman sekolah diluar sekolah dan sesuku

13 (65,00%) 1 (5,00%) 15 (75,00%)

7 (35,00%) 19 (95,00%) 5 ( 25,00%) Pada ranah ini dengan teman interlokutor teman sesuku di sekolah sebanyak 13 responden (65,00%) menggunakan bahasa Simalungun, 7 responden (35,00%)


(55)

menggunakan bahasa Indonesia, dengan interlokutor teman tidak sesuku di sekolah 1 responden (5,00%) menggunakan bahasa Simalungun dan 19 responden ( 95,00%) menggunakan bahasa Indonesia dan dengan interlokutor teman sesuku di luar sekolah 15 responden (75,00%) menggunakan bahasa Simalungun dan 5 responden ( 25,00%) menggunakan bahasa Indonesia. Dan dari tabel 15 terlihat bahwa pada ranah pendidikan persentase pemakaian bahasa Simalungun pada kelompok remaja jika berbicara dengan teman sesuku adalah 65,00% + 75,00% = 140,00% : 2 = 70,00% (14 responden) , pemakaian bahasa Indonesia jika berbicara dengan sesuku adalah 35,00% + 25,00% = 60,00% :2 = 30,00%( 6 responden)

5. Ranah Pemerintahan: data yang diambil untuk mengolah pemertahanan bahasa Simalungun pada ranah pendidikan dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Jika Anda ke Bank, kantor PLN, dan kantor PAM dan Instansi Pemerintahan untuk membayar rekening listrik atau air bahasa apakah yang Anda pergunakan jika Anda kenali sesuku dengan Anda?

b. Jika Anda ke Bank, kantor PLN, PAM dan instansi pemerintah untuk membayar rekening listrik atau air bahasa apakah yang Anda pergunakan jika Anda kenali tidak sesuku dengan Anda?

Dari dua puluh responden remaja dalam penelitian ini jawabannya dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.


(56)

Tabel 17. Penggunaan Bahasa Pada Ranah Pemerintahan (N=20)

Dikenal sesuku Dikenal tidak sesuku Penggunaan Bahasa BS ( f/%) BDL (f/%) BI (f/%) BA (f/%) BS (f/%) BDL (f/%)

BI (f/%) BA (f/%) Pembayaran rekening listrik, air, telepon 11 (55,00%) 1 (5,00%) 8 (40,00%) 2 (10,00%) 2 (10,00%) 16 (80,00%)

Dari jawaban yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 17 penggunaan bahasa Simalungun dari dua puluh responden hanya 11 responden (55,00%) yang menggunakan bahasa Simalungun dalam ranah pemerintahan dan 1 responden (5,00%) memakai bahasa Daerah lain dan 8 responden (40,00%) mengunakan bahasa Indonesia. Pada ranah pemerintahan pada kelompok remaja penggunaan bahasa Simalungun hampir saja tidak bertahan, dari dua puluh responden hanya 11 responden (55,00%) yang menggunakan bahasa Simalungun sesama interlokutornya.

Hal ini disebabkan oleh politik bahasa nasional yang oleh pemerintah dihimbau agar penggunaan bahasa Nasional, yaitu bahasa Indonesia pada situasi resmi seperti di pemerintahan dapat ditingkatkan.

6. Ranah transaksi: Penggunaan bahasa responden menurut ranah transaksi, disajikan pada tabel 18, berdasarkan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan-pertanyaan berikut :

a. Bahasa apakah yang Anda pakai jika berbicara dengan sopir angkot dan sesuku dengan Anda?


(57)

b. Bahasa apakah yang Anda pergunakan di warung jika membeli dan Anda kenali sesuku dengan Anda?

c. Bahasa apakah yang Anda pergunakan di warung jika membeli sesuatu dan tidak sesuku dengan Anda?

d. Jika Anda ke pasar membeli sesuatu bahasa apa yang Anda pergunakan dan Anda kenali sesuku dengan Anda ?

Jawaban yang diperoleh atas pertanyaan di atas dapat terlihat pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Penggunaan Bahasa Pada Ranah Transaksi (N=20) Penggunaan Bahasa Peristiwa Bahasa Bahasa Simalungun (f /%) Bahasa Daerah Lain

( f /%)

Bahasa Indonesia (f /%) Bahasa Asing (f/ %) Dengan sopir angkot dan sesuku

Belanja di warung dan sesuku Belanja di warung dan tidak sesuku Belanja di pasar dan sesuku

13(65,00%) 17(85,00%) 3(15,00%) 17(85,00%) 1 (5,00%) 1(5,00%) 2(10,00%) 1(5,00%) 6(30,00%) 2(10,00%) 15(75,00%) 2(10,00%) Pada saat transaksi bahasa Simalungun masih dominan digunakan kaum remaja dari dua puluh responden yang naik angkot 13 responden (65,00%) mengaku menggunakan bahasa Simalungun dengan sopir angkot yang sesuku untuk membayar ongkos jika menaiki angkot , 1 responden (5,00%) menggunakan bahasa daerah lain serta sisanya yang 6 responden (30,00%) menggunakan bahasa Indonesia. Dan jika bertransaksi di warung responden yang sesuku bahasa yang digunakan oleh kaum remaja pada ranah transaksi juga sangat signifikan mempergunakan bahasa Simalungun dari dua puluh responden 17 (85,00%) responden memakai bahasa


(58)

Simalungun, 1 responden ( 5,00%) memakai bahasa daerah lain dan 2 responden ( 10,00%) memakai bahasa Indonesia dalam melakukan transaksi dengan sesuku. Jika melakukan transaksi dengan yang tidak sesuku 3 responden (15,00%) memakai bahasa Simalungun, 2 responden (10,00%) memakai bahasa Daerah lain. Di pasar dari dua puluh responden sebanyak 17 (85,00%) dalam transaksi memakai bahasa Simalungun jika berbicara dengan teman sesuku, 1 responden (5,00%) memakai bahasa daerah lain dan 2 responden (10,00%) memakai bahasa Indonesia jika bertransaksi dengan teman yang sesuku.

Kesimpulan pada ranah transaksi berdasarkan tabel 18 penggunaan bahasa Simalungun pada ranah transaksi, remaja jika berbicara dengan yang sesuku adalah 65,00% + 85,00% + 85,00% = 235,00% : 3 = 78,33% atau jika dibuat jumlah respondennya adalah 78,33%/100% X 20 responden sama dengan 16 responden, dan penggunaan bahasa Daerah lain 5,00% atau jika dibuat berdasarkan jumlah respondennya adalah 5% / 100% X 20 sama dengan 1 responden dan pemakaian bahasa Indonesia ada sekitar 16,67% atau jika dibuat berdasarkan jumlah respondennya sama dengan 16,67% / 100% X 20 responden=3 responden.

7. Ranah tetangga: Penggunaan bahasa Simalungun pada ranah tetangga pada kelompok remaja berdasarkan kuiseoner yang dibagi kepada responden dan didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

a. Bahasa apa yang Anda pakai jika berbicara dengan tetangga Anda yang sesuku?


(59)

b. Bahasa apa yang Anda pakai jika berbicara dengan tetangga yang tidak sesuku?

c. Bahasa apa yang Anda pakai bila ada perkumpulan warga Simalungun.di lingkungan Anda?

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan diatas diperoleh jawaban seperti pada tabel 19 berikut ini.

Tabel 19. Penggunaan Bahasa Pada Ranah Tetangga (N=20) Penggunaan Bahasa

Peristiwa Bahasa

Bahasa Simalungun

(f /%)

Bahasa Daerah Lain

( f /%)

Bahasa Indonesia

(f /%)

Bahasa Asing (f/ %) Bahasa yang dipakai dengan

tetangga yang sesuku

19(95,00%) 1( 5,00%)

Bahasa yang dipakai dengan tetangga yang tidak sesuku

4(20,00%) 2( 10,00%) 14(70,00%)

Bahasa yang dipakai pada perkumpulan Simalungun di lingkungan tempat tinggal

17(85,00%) 3(15,00%)

Pada saat berinteraksi dengan tetangga penggunaan bahasa Simalungun juga terlihat sangat dominan dari dua puluh responden sebanyak 19 (95,00%) responden memakai bahasa Simalungun jika berbicara dengan tetangga yang sesuku dan hanya 1 responden (5,00%) yang memakai bahasa Indonesia,dan jika berbicara dengan tetanggga yang tidak sesuku 4 responden (20,00%) masih mempergunakan bahasa Simalungun, 2 responden(10,00%) memakai bahasa daerah lain dan 14 (70,00%) menggunakan bahasa Indonesia. Pada perkumpulan sesama warga Simalungun di


(60)

lingkungan responden 17 responden (85,00%) menggunakan bahasa Simalungun dan hanya 3 responden (15,00%) menggunakan bahasa Indonesia. Berdasarkan tabel 18 dapat diambil kesimpulan bahwa remaja Simalungun yang menggunakan bahasa Simalungun jika berbicara dengan tetangga yang sesuku 95,00% + 85,00% = 180,00% : 2 = 90,00% atau jika diambil berdasarkan jumlah respondennya adalah 90,00%/100,00% X 20 responden = 18 responden dan dalam berkomunikasi dengan sesukunya yang menggunakan bahasa Indonesia hanya 10,00% atau jika dibuat berdasarkan respondennya adalah 10,00%/100% X 20 responden = 2 responden.

Berdasarkan analisis data di atas penggunaan bahasa Simalungun pada ketujuh ranah tadi (pada ranah keluarga terlihat 89.00% atau 17 responden remaja suku Simalungun mayoritas masih menggunakan bahasa Simalungun, 4,00% atau 1 responden menggunakan bahasa daerah lain dan 7,00% atau 2 responden memakai bahasa Indonesia, ranah pergaulan persentase pemakaian bahasa Simalungun pada kelompok remaja adalah 90,00% atau 18 responden , pemakaian bahasa Daerah lain 3,33% atau 1 responden dan pemakaian bahasa Indonesia 6,67% atau 2 responden pada ranah pendidikan persentase pemakaian bahasa Simalungun pada kelompok remaja adalah 70,00% sekitar 14 responden, pemakaian bahasa Indonesia 30,00% atau 6 responden pada ranah pemerintahan penggunaan bahasa Simalungun dari 20 responden hanya 11 responden (55,00%) yang menggunakan bahasa Simalungun dalam ranah pemerintahan dan 1 responden (5,00%) memakai bahasa Daerah lain dan 8 responden (40,00%) mengunakan bahasa Indonesia jika berbicara dengan teman sesuku dan pada ranah transaksi penggunaan bahasa Simalungun sekitar 78,33% atau


(61)

16 responden, penggunaan bahasa Daerah lain 5,00% atau 1 responden dan pemakaian bahasa Indonesia ada sekitar 16,67% atau 3 responden jika berbicara dengan teman sesuku 90,00% atau 18 responden pada ranah tetangga pada kelompok remaja memakai bahasa Simalungun dalam berkomunikasi dengan sesukunya dan hanya 10,00% atau 2 responden yang memakai bahasa Indonesia).

Maka jumlah rata-rata serta persentase penggunaan bahasa Simalungun, bahasa daerah lain serta bahasa Indonesia pada semua ranah pada kelompok remaja adalah: jumlah seluruh persentase dibagi banyaknya ranah

Rumus yang digunakan adalah X = ∑ X

n

∑X = jumlah seluruh persentase pada semua ranah n = banyaknya ranah

X = rata-rata

Jumlah persentase dan responden pengguna bahasa Simalungun pada kelompok remaja adalah:

(89,00%+90,00%+70,00%+55,00%+78.33%+90,00%= 472.3% : 6 =77,70%) 77,70% X 20 = 15 responden

Jumlah presentase dan responden pengguna bahasa Daerah lain pada kelompok remaja adalah:

(4,00%+3,30%+5,00%+5,00%=17,3 : 4 = 4,30%) 4,30 % X 20 = 1 responden


(62)

Jumlah presentase dan responden pengguna bahasa Indonesia pada kelompok remaja adalah :

(7,00%+6,60%+30,00%+40,00%+16,67%+10,00% = 110,2%: 6= 18,3%) 18,30 % X 20 = 4 responden

Dengan demikian, uraian data di atas dapat dilihat pada tabel 20 di bawah ini. Tabel 20. Kesimpulan Penggunaan bahasa pada kelompok remaja (N=20) Bahasa Simalungun Bahasa Daerah Lain Bahasa Indonesia

15 77,70% 1 4,30% 4 18,00%

.

Diagram Bulat Penggunaan bahasa Simalungun pada kelompok remaja N =20

Gambar 3 : Diagram Bulat Penggunaan Bahasa Simalungun Keterangan:

1. Persentase penggunaan bahasa Simalungun 0,00%--50% ditafsirkan bahasa Simalungun tidak bertahan.

2. Persentase penggunaan bahasa Simalungun 51%--100% ditafsirkan bahasa Simalungun bertahan

Bahasa Simalungun

Bahasa IDaerah Lain Bahasa Indonesia

77,7% 18,0%


(63)

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa pemertahanan bahasa Simalungun pada kelompok usia remaja masih terlaksana. Hal itu ditunjukan dengan persentase penggunaan bahasa Simalungun pada kelompok itu masih tinggi, yakni 77,70% atau sebanyak 15 responden. Dikatakan demikian, dengan dasar skala pengukuran dalam menghitung bertahan tidaknya bahasa Simalungun pada kelompok remaja digunakan dengan skala pengukuran dengan cara menghitung nilai tengah atau median , yakni dihitung dari setengah jumlah responden.

Pada kelompok remaja responden ada 20 (100,00%) maka bertahan tidaknya bahasa Simalungun diukur berdasarkan rumus 20 (100,00%) : 2 = 10 (50,00%), maka <10 (< 50,00%) bermakna bahasa Simalungun tidak bertahan dan sebaliknya >10 (> 50,00% bermakna bahasa Simalungun masih bertahan. Dalam kelompok ini dari 20 responden sebanyak 15 responden atau 77,70% menggunakan bahasa Simalungun dalam berinteraksi dengan sesukunya dan ini menunjukkan bahwa bahasa Simalungun masih bertahan pada kelompok remaja.

5.3 Pembahasan Pemertahanan Bahasa Simalungun Pada Kelompok Dewasa Analisis pemertahanan bahasa Simalungun pada kelompok dewasa sama dengan analisis pemertahanan pada kelompok remaja kecuali pada kelompok dewasa hanya dijumpai enam ranah dan ranah pendidikan tidak dijumpai dikarenakan pada kelompok ini responden tidak ada lagi yang bersekolah. Pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh jawaban tentang penggunaan bahasa pada semua ranah sama dengan


(64)

pertanyaan-pertanyaan yang disajikan pada kelompok remaja. Berdasarkan jumlah responden kelompok dewasa ini terdiri atas 10 dewasa wanita dan 10 dewasa laki-laki dan diperoleh jawaban tentang penggunaan bahasa Simalungun responden pada ranah 1. Ranah Keluarga

Pada ranah keluarga sebanyak 20 responden (100,00%) menggunakan bahasa Simalungun jika berbicara dengan kakeknya. Hal itu dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini.

Tabel 21. Kelompok Dewasa jika berbicara dengan Kakek (N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing 20 0 0 0 100,00% 0,00% 000% 0,00%

Jumlah 20 100,00%

Sementara itu, seluruh responden (100,00%) berbahasa Simalungun jika berbicara dengan Nenek responden. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini.

Tabel 22. Kelompok Dewasa Jika berbicara dengan nenek (N=20 )

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing 20 0 0 0 100,00% 0,00% 000% 0,00%


(65)

Selanjutnya, sebanyak 18 responden (90,00%) menggunakan bahasa Simalungun jika berbicara dengan ayah dan 2 responden (10,00%) menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini.

Tabel 23 Kelompok Dewasa Jika Berbicara Dengan Ayah (N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing 18 0 2 0 90,00% 0,00% 10,00% 0,00%

Jumlah 20 100,00%

Dari dua puluh responden sebanyak 19 responden (95,00%) jika berbicara dengan ibunya dominan memakai bahasa Simalungun dan hanya 1 responden (5,00%) memakai bahasa Indonesia. Selanjutnya, data itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 24. Kelompok Dewasa Jika Berbicara Dengan Ibu ( N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing 19 0 1 0 95,00% 0,00% 5,00% 0,00%


(66)

Selanjutnya, dari 20 responden sebanyak 18 responden (90,00%) jika berbicara dengan ibunya dominan memakai bahasa Simalungun dan 2 responden (10,00%) memakai bahasa Indonesia. Selanjutnya, data itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 25. Kelompok Dewasa Jika Berbicara Dengan Saudara (N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing 18 0 2 0 90,00% 0,00% 10,00% 0,00%

Jumlah 20 100,00%

Kelompok dewasa dari 20 responden hanya 2 responden (10,00%) yang menggunakan bahasa Indonesia dan 18 responden (90,00%) memakai bahasa Simalungun. Kelompok dewasa selanjutnya jika responden berbicara dengan suami/istri, dari 20 responden ternyata hanya 11 responden yang sudah menikah dan 9 responden belum menikah. Tabel 25 berikut ini mengambarkan data di atas.

Tabel 26. Kelompok Dewasa Jika Berbicara Dengan Suami/Istri (N=20)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing Blanko 10 0 1 0 9 90,00% 0,00% 10,00% 0,00% 0,00%


(67)

Kelompok dewasa dari 20 responden yang diambil dalam penelitian ini, 8 responden belum menikah, 3 belum mempunyai anak. Jadi responden dalam ranah keluarga jika berbicara dengan anak hanya 9 responden. Lihat tabel 26 berikut.

Tabel 27. Jika Berbicara Dengan Anak (N= 9)

No Bahasa Jumlah Persentase

1 2 3 4 5

Bahasa Simalungun Bahasa Daerah lain Bahasa Indonesia Bahasa Asing Blanko

5 0 4 0 11

55,,00% 0,00% 45,00%

0,00% 0,00%

Jumlah 9 100,00%

Kelompok dewasa jika berbicara dengan anaknya, 5 responden (55,00%) dari 9 responden memakai bahasa Simalungun dan 4 responden (45,00%) memakai bahasa Indonesia sedangkan 11 responden tidak menjawab, karena belum mempunyai anak dan ada yang belum berumah tangga.

Berdasarkan tabel 19 terlihat persentase penggunaan bahasa Simalungun pada kelompok dewasa suku Simalungun pada ranah keluarga ada 100,00% atau 20 responden , tabel 20 persentase penggunaan bahasa Simalungun juga 100,00% atau 20 responden dan tabel 21 persentase penggunaan bahasa Simalungun pada ranah keluarga 90,00% atau 18 responden tabel 22 persentase penggunaan bahasa Simalungun terlihat 95,00% atau 19 responden tabel 23 persentase penggunaan bahasa Simalungun ada 90,00% atau 18 responden tabel 24 persentase penggunaan bahasa Simalungun 90,00% atau 18 responden dan pada tabel 25 persentase


(1)

- Interlokutor Supir Angkot dan sesuku 65% --- - Interlokutor belanja di warung yang sesuku 85% ---

- Interlokutor belanja di warung yang tidak sesuku --- Tidak Bertahan (15,00%) - Interlokutor belanja di di pasar yang sesuku 85% ---

Jumlah 235%

Rata-rata 78%

1 2

3

4

7 Ranah Tetangga

- Interlokutor tetangga sesuku 95% ---

- Interlokutor tetangga tidak sesuku --- Tdk Bertahan (20%) - Interlokutor perkumpulan suku Simalungun di

lingkungan tempat tinggal

85% ---

Jumlah 180%

Rata-rata 90%

Total 472,33%


(2)

Pemertahanan Bahasa Simalungun

No.

Kelompok Usia/Ranah

Bertahan

Tidak Bertahan

1 2

3

4

II Dewasa

(N=20)

1 Ranah Keluarga - Interlokutor Kakek 100% ---

- Interlokutor Nenek 100% ---

- Interlokutor Ayah 90% ---

- Interlokutor Ibu 95% ---

- Interlokutor Saudara 90% ---

- Interlokutor Suami/Istri 90% ---

- Interlokutor Anak 55% ---

Jumlah 620%

Rata-rata 89%

2 Ranah Pergaulan - Interlokutor teman Sesuku 95% ---

- Interlokutor teman tidak sesuku --- Tidak Bertahan (0,00%) - Interlokutor orang yang lebih tua sesuku 100% ---

- Interlokutor orang yang lebih tua tidak sesuku --- Tidak Bertahan (15,00%) - Interlokutor orang yang lebih muda sesuku 90% ---

- Interlokutor orang yang lebih muda tidak sesuku --- Tidak Bertahan (0,00%)

Jumlah 285%

Rata-rata 95%

3 Ranah Pekerjaan - Interlokutor teman Sesuku 85% ---

- Interlokutor teman tidak sesuku --- Tidak Bertahan (0,00%)

Jumlah 85%

Rata-rata 85%

4 Ranah Pendidikan Blangko Blangko

5 Ranah Pemerintahan - Interlokutor dikenal dan Sesuku 55% ---

- Interlokutor dikenal dan tidak sesuku --- Tidak Bertahan (0,00%)

Jumlah 55%


(3)

1 2

3

4

6 Ranah Transaksi - Interlokutor Supir Angkot dan sesuku 85% --- - Interlokutor belanja di warung yang sesuku 90% ---

- Interlokutor belanja di warung yang tidak sesuku --- Tidak Bertahan (10,00%) - Interlokutor belanja di di pasar yang sesuku 85% ---

Jumlah 260%

Rata-rata 87%

7 Ranah Tetangga 95% --- - Interlokutor tetangga sesuku --- Tidak Bertahan (15,00%) - Interlokutor tetangga tidak sesuku

- Interlokutor perkumpulan suku Simalungun di lingkungan tempat tinggal

100% ---

Jumlah 195%

Rata-rata 98%

Total 508%


(4)

Pemertahanan Bahasa Simalungun

No.

Kelompok Usia/Ranah

Bertahan

Tidak Bertahan

1 2

3

4

III Orang Tua (N=20)

1 Ranah Keluarga - Interlokutor Kakek 100% ---

- Interlokutor Nenek 100% ---

- Interlokutor Ayah 85% ---

- Interlokutor Ibu 85% ---

- Interlokutor Suami/Istri 85% ---

- Interlokutor Anak 65% ---

- Interlokutor Saudara 85% ---

Jumlah 605%

Rata-rata 86%

2 Ranah Pergaulan - Interlokutor teman Sesuku 90% ---

- Interlokutor teman tidak sesuku --- Tidak Bertahan (5,00%) - Interlokutor orang yang lebih tua sesuku 90% ---

- Interlokutor orang yang lebih tua tidak sesuku --- Tidak Bertahan (5,00%) - Interlokutor orang yang lebih muda sesuku 75% ---

- Interlokutor orang yang lebih muda tidak sesuku --- Tidak Bertahan (20,00%)

Jumlah 255%

Rata-rata 85%

3 Ranah Pekerjaan - Interlokutor teman Sesuku 75% ---

- Interlokutor teman tidak sesuku --- Tidak Bertahan (15,00%)

Jumlah 75%

Rata-rata 75%

4 Ranah Pendidikan Blangko Blangko

5 Ranah Pemerintahan - Interlokutor dikenal dan Sesuku 55% ---

- Interlokutor dikenal dan tidak sesuku --- Tidak Bertahan (0,00%)

Jumlah 55%

Rata-rata 55%


(5)

1 2

3

4

6 Ranah Transaksi - Interlokutor Supir Angkot dan sesuku 75% --- - Interlokutor belanja di warung yang sesuku 85% ---

- Interlokutor belanja di warung yang tidak sesuku --- Tidak Bertahan (10,00%) - Interlokutor belanja di di pasar yang sesuku 90% ---

Jumlah 250%

Rata-rata 83%

7 Ranah Tetangga

- Interlokutor tetangga sesuku 100% ---

- Interlokutor tetangga tidak sesuku --- Tidak Bertahan (5,00%) - Interlokutor perkumpulan suku Simalungun di

lingkungan tempat tinggal

100% ---

Jumlah 200%

Rata-rata 100%

Total 485%


(6)

REKAPITULASI DATA PEMERTAHANAN BAHASA SIMALUNGUN DI KABUPATEN SIMALUNGUN

Pemertahanan Bahasa Simalungun

No.

Kelompok Usia/Ranah (N=60)

Bertahan

Tidak Bertahan

1

Remaja (N=20)

79%

---

2

Dewasa (N=20)

85%

---

3

Orang Tua (N=20)

81%

---

TOTAL 244%

TOTAL RATA-RATA 81%