Inventarisasi Agroforestri Sebagai Pendukung Agropolitan Di Kabupaten Simalungun

(1)

INVENTARISASI AGROFORESTRI SEBAGAI PENDUKUNG AGROPOLITAN DI KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH

SYAMSUL RICHARD HUTAURUK

050304001

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

INVENTARISASI AGROFORESTRI SEBAGAI PENDUKUNG AGROPOLITAN DI KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh :

SYAMSUL RICHARD HUTAURUK 050304001/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(3)

Judul Skripsi : Inventarisasi Agroforestri Sebagai Pendukung Agropolitan Di Kabupaten Simalungun

Nama : Syamsul Richard Hutauruk

NIM : 050304001

Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Luhut Sihombing, MP

(NIP : 196510081992031001 ) (NIP : 196703031998022001 ) Ir. Diana Chalil MSi.PhD

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Ir. Luhut Sihombing, MP NIP. 196510081992031001


(4)

INVENTARISASI AGROFORESTRI SEBAGAI PENDUKUNG AGROPOLITAN DI KABUPATEN SIMALUNGUN

Oleh :

SYAMSUL RICHARD HUTAURUK 050304001

INTISARI

SYAMSUL RICHARD HUTAURUK : Inventarisasi Agroforestri Pendukung

Agropolitan di Kabupaten Simalungun, dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ibu Dr. Ir. Diana Chalil Msi.

Program Agropolitan di Kabupaten Simalungun telah dicanangkan sejak tahun 2002 sebagai model Pembangunan Pertanian. Dalam Program Agropolitan terdapat Program agroforestri sudah dicanangkan pemerintah Sumatera Utara pada tahun 2005 melalui master plan pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan. Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan agroforestri, apa saja jenis dan kelompok kegiatan agroforestri, mengetahui dukungan keberadaan agroforestri terhadap peningkatan pendapatan petani, mengetahui dukungan keberadaan agroforestri tersebut terhadap konservasi dan mengetahui permasalahan yang ada dalam pengembagan program agroforestri di kawasa agropolitan. Penentuan lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan karena Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah yang memiliki hutan produksi paling luas di kawasan agropolitan dataran tinggi Sumatera Utara yaitu jenis hutan produksi 109.042,22

Ha (78,59 %) melalui snowball sampling 32 petani. Data dianalisis secara

deskriptif tabulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sejak tahun 2005 program agroforestri telah dicanangkan di dalam Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan, kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun. Kegiatan tersebut adalah :Pembibitan tanaman kehutanan di Kawasan Agropolitan, Pemeliharaan batas hutan di Kawasan Agropolitan. Pada tahun 2005 bibit yang diberikan adalah jenis kayu(ingul,mahoni,pinus) dan jenis

MPTS (Multi Purpose Tree Spesies) seperti buah-buahan yang diberikan Dinas

Kehutanan Kabupaten Simalungun kepada petani sebanyak 200.000 batang. Terdapat tiga (3) kecamatan yang menerapkan atau melaksanakan sistem agroforestri yaitu Kecamatan Raya, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean. Sistem agroforestri yang petani terapkan adalah jenis agrisilvikultur dan kelompok kegiatannya modern. Dukungan keberadaan agroforestri terhadap agropolitan yaitu dari jenis komoditi yang diusahakan oleh petani misalnya kopi, cabai, tomat, jagung, dan kayu ingul yang diusahakan petani pada lahan usahatani mereka. Selain itu, pendapatan usahatani yang mereka peroleh diatas rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga konstan Kabupaten Simalungun pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 5.916.134 dan juga dalam jangka panjang mereka akan


(5)

memperoleh pendapatan tambahan dari penjualan kayu ingul yang mereka usahakan secara bersama-sama dengan tanaman semusim pada lahan mereka yaitu satu kubik kayu ingul dijual seharga Rp 4.000.000. Dukungan keberadaan agroforestri terhadap konservasi dapat memberikan manfaat biofisik dan ekonomis. Permasalahan pengembanga program agroforestri dikawasan agropolitan: Petani tidak mengerti konsep agroforestri Berkurangnya minat petani karena pendapatan yang diperoleh dari penanaman kayu ingul sangat lama. Pemilikan lahan yang sempit. Pengolahan lahan yang sulit karena terdapat tanam keras.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahirkan di Sei-Rokan, Ujung Batu Rokan (RIAU) pada tanggal 25 Agustus 1987 dari Bapak G.HUTAURUK dan Ibu H.Br SINAGA. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Santa Maria Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Reguler Mandiri. Penulis memilih program studi Agribinis, Departemen Agribinis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian dan pernah bergabung dengan paduan suara El-Shaddai Universitas Sumatera Utara. Selain itu penulis aktif dalam organisasi ekstrauniversitas serperti organisasi muda-mudi gereja.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pardomuan Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi dari tanggal 15 juni sampai 16 juli 2009. Pada Bulan Februari 2010 melakukan penelitian skripsi di Kabupaten Simalungun tepatnya di Kecamatan Raya, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardomuan.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih-Nya serta memberikan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah “Inventarisasi Agroforestri Pendukung Agropolitan di Kabupaten Simalungun” sebagai salah satu syarat untuk medapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku ketua komisi pembimbing, Ibu Dr. Ir. Diana Chalil Msi selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini dan seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang turut membantu dalam studi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda tercinta G.HUTAURUK dan Ibunda tercinta H.Br.SINAGA, adek Edward Harrys Hutauruk, adek Dodi Munandar Hutauruk, adek Ria Angelina Br Hutauruk, Keluarga Besar Op. Richard Hutauruk, Keluarga Besar Op.Kristin Veronika, Keluarga Besar Op.Dendy Archienus Hutauruk, Keluarga Besar Op.Yoan Sinaga untuk dukungan doa, semangat yang diberikan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan trimakasih kepada kak Riyantri Barus, kak Rahayu Butarbutar, Riris Jwita Butarbutar, M.Fitra Amsoeri Nasution, Iskandar Nasution, Eko Bagus Prakarsa, M.irhaz, Teguh Primadi, Dedy Setiawan Sembiring, Mariananda Br Sinaga, Neiny Safrina,Johan Eric Napitupulu beserta


(8)

keluarga, Bapak Manaor Hutapea, Bapak Elson Damanik, Bapak Erdi Saragih, Bapak Amirudin Purba beserta keluarga, The Walangs serta semua rekan-rekan SEP ’05 yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ii .

RIWAYAT HIDUP ... ... ... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI. ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUANPUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 6

Landasan Teori ... 12

Kerangka Pemikiran... 16

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode pengambilan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 21

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 22

Batasan Operasional ... 23

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis ... 24

Tata Guna Tanah ... 24

Keadaan Daerah ... 25

Sosial Ekonomi ... 27

Sarana dan Prasarana... 28

Karakteristik Usahatani Sampel ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan pelaksanaan kegiatan agroforestri di Kabupaten Simalungun .. 31


(10)

Kelompok dan Jenis Kegiatan Agroforestri. ... 34 Dukungan Keberadaan Agroforestri Terhadap Agropolitan ... 38 Dukungan Keberadaan Agroforestri Terhadap Konservasi ... 43 Permasalahan yang Ada dalam Pengembagan Program Agroforestri di

Kawasan Agropolitan ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 46 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Metode Pengumpulan Data...20

2. Keadaan tata guna tanah di Kabupaten Simalunggun...24

3. Komposisi penduduk di Kabupaten Simalungun menurut kelompok umur...25

4. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Simalungun... 26

5. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian...27

6. Sarana dan prasarana di Kabupaten Simalungun...28

7. Karakteristik petani sampel...29

8. Rata-rata penerimaan usahatani agroforestri per petani...40

9. Rata-rata biaya produksi usahatani agroforestri...41


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Skema kerangka pemikiran...16

2. Gambar 1. Kelompok agrisilvikultur moderen kombinasi kayu, kopi,

cabai dan tomat...36

3. Gambar 2. Kelompok agrisilvikultur moderen kombinasi kayu, kopi,

cabai dan tomat...37

4. Gambar 3. Kelompok agrisilvikultur moderen kombinasi kayu, kopi,


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Karakteristik petani sampel ...50

2. Jumlah Bibit, Harga Bibit, Total Biaya Bibit per Petani...51

3. Peralatan usahatani kopi, cabai, tomat, jagung dan kayu ingul perpetani...52

4. Biaya Penyusutan peralatan Per Petani...54

5. Jumlah dan Biaya Pupuk Per Petani...57

6. Biaya Obat-obatan Per Petani...58

7. Total Biaya Saprodi Per Petani...60

8. Distribusi Curahan Tenaga Kerja Per Petani...62

9. Total biaya sarana produksi...66


(14)

INVENTARISASI AGROFORESTRI SEBAGAI PENDUKUNG AGROPOLITAN DI KABUPATEN SIMALUNGUN

Oleh :

SYAMSUL RICHARD HUTAURUK 050304001

INTISARI

SYAMSUL RICHARD HUTAURUK : Inventarisasi Agroforestri Pendukung

Agropolitan di Kabupaten Simalungun, dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ibu Dr. Ir. Diana Chalil Msi.

Program Agropolitan di Kabupaten Simalungun telah dicanangkan sejak tahun 2002 sebagai model Pembangunan Pertanian. Dalam Program Agropolitan terdapat Program agroforestri sudah dicanangkan pemerintah Sumatera Utara pada tahun 2005 melalui master plan pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan. Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan agroforestri, apa saja jenis dan kelompok kegiatan agroforestri, mengetahui dukungan keberadaan agroforestri terhadap peningkatan pendapatan petani, mengetahui dukungan keberadaan agroforestri tersebut terhadap konservasi dan mengetahui permasalahan yang ada dalam pengembagan program agroforestri di kawasa agropolitan. Penentuan lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan karena Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah yang memiliki hutan produksi paling luas di kawasan agropolitan dataran tinggi Sumatera Utara yaitu jenis hutan produksi 109.042,22

Ha (78,59 %) melalui snowball sampling 32 petani. Data dianalisis secara

deskriptif tabulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sejak tahun 2005 program agroforestri telah dicanangkan di dalam Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan, kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun. Kegiatan tersebut adalah :Pembibitan tanaman kehutanan di Kawasan Agropolitan, Pemeliharaan batas hutan di Kawasan Agropolitan. Pada tahun 2005 bibit yang diberikan adalah jenis kayu(ingul,mahoni,pinus) dan jenis

MPTS (Multi Purpose Tree Spesies) seperti buah-buahan yang diberikan Dinas

Kehutanan Kabupaten Simalungun kepada petani sebanyak 200.000 batang. Terdapat tiga (3) kecamatan yang menerapkan atau melaksanakan sistem agroforestri yaitu Kecamatan Raya, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean. Sistem agroforestri yang petani terapkan adalah jenis agrisilvikultur dan kelompok kegiatannya modern. Dukungan keberadaan agroforestri terhadap agropolitan yaitu dari jenis komoditi yang diusahakan oleh petani misalnya kopi, cabai, tomat, jagung, dan kayu ingul yang diusahakan petani pada lahan usahatani mereka. Selain itu, pendapatan usahatani yang mereka peroleh diatas rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga konstan Kabupaten Simalungun pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 5.916.134 dan juga dalam jangka panjang mereka akan


(15)

memperoleh pendapatan tambahan dari penjualan kayu ingul yang mereka usahakan secara bersama-sama dengan tanaman semusim pada lahan mereka yaitu satu kubik kayu ingul dijual seharga Rp 4.000.000. Dukungan keberadaan agroforestri terhadap konservasi dapat memberikan manfaat biofisik dan ekonomis. Permasalahan pengembanga program agroforestri dikawasan agropolitan: Petani tidak mengerti konsep agroforestri Berkurangnya minat petani karena pendapatan yang diperoleh dari penanaman kayu ingul sangat lama. Pemilikan lahan yang sempit. Pengolahan lahan yang sulit karena terdapat tanam keras.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agropolitan berasal dari kata agro yang artinya pertanian dan kata polis yang artinya kota. Jadi secara harafiah pengertian Agropolitan adalah kota pertanian. Tetapi pengertian Agropolitan dalam konsep ini adalah kota dan kawasan

pertanian dimana kota berfungsi melayani daerah sekitarnya (hinterland) dan

daerah sekitarnya merupakan wilayah pertanian atau kawasan daerah sentra produksi (Bappeda Kab. Karo, 2006).

Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) dicanangkan sebagai upaya membangun dan menggerakan perekonomian daerah dan perekonomian rakyat, khususnya di kawasan agropolitan. Tantangan yang dihadapi di masa mendatang dalam membangun dan menggerakkan ekonomi adalah sangat besar yakni meningkatkan daya saing untuk menghadapi era perdagangan bebas baik regional (AFTA) maupun global (GATT/WTO). Disamping itu tantangan lain adalah berupa peningkatan pendapatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan(Tim teknis kelompok kerja, 2005).

Program yang dicanangkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut dilakukan melalui:

1) Pengembangan komoditi unggulan yang diharapkan dapat menghindari

alokasi sumberdaya ke sektor yang tidak memiliki nilai tambah dan dampak pengganda bagi ekonomi di kawasan agropolitan. Diharapkan pengembangan


(17)

komoditi unggulan yang didukung oleh industri pengolahan produk pertanian tidak hanya memasok kebutuhan wilayah sekitar kawasan agropolitan namun produk olahan yang dipasarkan ke daerah lain akan menjadi ciri khas daerah

tersebut (Hutagalung, 2004.

2) Agroforestri, secara harafiah dapat diartikan sebagai pertanian berbasis

kehutanan. Agroforestri merupakan perpaduan antara pertanian dan proses pengembangan lingkungan atau kondisi hutan. Dengan adanya agroforestri diharapkan dapat menjaga fungsi hutan dalam bentuk proses pertanian selain juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemenuhan produksi pertanian di pasar. Produk yang dihasilkan sistem agroforestri dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:

a) Yang langsung menambah penghasilan petani, misalnya makanan, pakan

ternak, bahan bakar, serat, aneka produk industri, dan

b) Yang tidak langsung memberikan jasa lingkungan bagi masyarakat luas,

misalnya konservasi tanah dan air, memelihara kesuburan tanah, pemeliharaan iklim mikro, pagar hidup, dan sebagainya (Anastasia, 2008. http://anastaciaintan.wordpress.com).

Keberadaan hutan rakyat dan hutan negara di KADTBB memberi makna bahwa masih ada peluang untuk dimanfaatkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan tanaman yang bernilai ekonomis seperti tanaman perkebunan. Komoditas tanaman perkebunan hutan, dapat meningkatkan perekonomian penduduk di sekitar kawasan penyangga hutan melalui


(18)

pengembangan agroforestri dengan komoditas yang komersial serta dapat memanfaatkan fungsi hutan lindung (Tim teknis kelompok kerja, 2005).

Komoditas pertanian yang tumbuh dan berkembang di wilayah dataran tinggi sangat beragam dan memiliki komoditas tertentu sebagai andalan yang dikenal sebagai komoditas unggulan bagi masing-masing daerah. Komoditas unggulan adalah komoditas potensial dan andalan yang memiliki karakter spesifik baik sebagai komoditas maupun pasar. Konsep kawasan agropolitan yang didasarkan atas kesamaan komoditas unggulan merupakan dasar yang menjadikan Wilayah Dataran Tinggi Bukit Barisan sebagai suatu kawasan agropolitan. Dalam menentukan komoditas unggulan, perlu dilakukan beberapa persyaratan antara lain:

1) Komoditas yang dihasilkan pada suatu daerah yang tidak melibatkan rakyat

banyak dalam kegiatan proses produksi seperti perkebunan besar (Swasta, BUMN), tidak dimasukkan perhitungan. Alasannya adalah perusahaan agribisnis yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya sendiri sehingga tidak perlu dipromosikan pemerintah dalam pembangunannya.

2) Komoditas unggulan harus melibatkan masyarakat banyak dan dikembangkan

secara intensif, tidak tergantung input impor, teknologi (on dan off farm) tersedia, memiliki derivasi yang banyak dan memiliki jaringan pasar yang tangguh.

3) Mengingat otonomi daerah adalah pada tingkat kabupaten, maka selain

komoditas unggulan pada tingkat kabupaten, maka terdapat pula komoditas unggulan pada tingkat kecamatan.


(19)

4) Tanaman padi tidak dikategorikan sebagai unggulan karena merupakan tanaman strategis.

Dengan menggabungkan persyaratan tersebut di atas dan analisis prioritas komoditas maka diperoleh komoditas unggulan (Tim teknis kelompok kerja, 2005).

Sistem agroforestri di Kabupaten Simalungun masih dicanangkan sejak tahun 2005 seiring dengan pencanangan sistem agropolitan yang tersusun dalam master plan. Sejak pencangan agroforestri yang tersusun dalam materplan belum pernah dilakukan evaluasi mengenai sistem agroforestri dan belum diketahui dukungan agroforestri terhadap agropolitan, sehingga perlu adanya suatu program lebih jelas untuk pengembangan agroforestri serta informasi lengkap mengenai keberadaan agroforestri. Dengan demikian perlu diadakan penelitian tentang inventarisasi agroforestri sebagai pendukung agropolitan di Kabupaten Simalungun.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian-uraian dari latar belakang maka dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu:

1. Bagaimana perkembangan pelaksanaan kegiatan agroforestri di Kabupaten

Simalungun?

2. Apa saja jenis dan kelompok kegiatan agroforestri di Kabupaten Simalungun?

3. Bagaimana dukungan keberadaan agroforestri tersebut terhadap peningkatan

pendapatan petani?


(20)

5. Apa saja permasalahan yang ada dalam pengembagan program agroforestri di kawasan agropolitan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan agroforestri di

Kabupaten Simalungun.

2. Untuk mengetahui apa saja jenis dan kelompok kegiatan agroforestri di

Kabupaten Simalungun.

3. Untuk mengetahui dukungan keberadaan agroforestri terhadap peningkatan

pendapatan petani.

4. Untuk mengetahui dukungan keberadaan agroforestri tersebut terhadap

konservasi.

5. Untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam pengembagan program

agroforestri di kawasan agropolitan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan lembaga lainnya tentang

inventarisasi agroforestri pendukung agropolitan di Kabupaten Simalungun.

2. Sebagai bahan untuk membuat skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Agropolitan

Agropolitan mempunyai pengertian sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang, karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis, yang diharapkan dapat melayani dan mendorong, kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Anonymous, 2009. http://www.pu.go.id).

Program Pengembangan Kawasan Agropolitan bertujuan untuk membangun ekonomi berbasis pertanian di kawasan agropolitan terpilih. Gerakan ini diracang dan dilaksanakan melalui pendekatan sistem untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sinergi dan pengelolaan berbagai potensi guna mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah, terutama pemerintah daerah. Dengan cara yang harus ditempuh:

1. Pengangkatan produktivitas.

2. Peningkatan areal luas yang diusahakan petani.

3. Deversifikasi usaha yang komplimenter atau sinergis.

4. Peningkatan usaha pengelolaan (diversifikasi vertikal).


(22)

6. Peningkatan atau penciptaan bagian pendapatan/keuntungan yang dapat

diperoleh petani dan kegiatan off farm (pengelolaan dan pemasaran) melalui

koperasi dan kemitraan (Bappeda Kab. Karo, 2006).

Pengembangan komoditas hortikultura diprioritaskan pada komoditas unggulan yang mengacu pada besarnya pangsa pasar, keunggulan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuaian agroekologi. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan komoditas unggulan hortikultura sebagai berikut: tanaman buah terdiri atas pisang, mangga, manggis, jeruk, durian; tanaman sayuran terdiri atas kentang, cabe merah, bawang merah; tanaman hias terdiri atas anggrek dan tanaman biofarma terdiri atas rimpang. Disamping komoditas unggulan nasional, juga dikembangkan komoditas unggulan daerah disesuaikan dengan permintaan pasar regional maupun nasional (Anonimous, 2009

.http://www.hortikultura.deptan.go.id).

2.1.2. Agroforestri

Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan yang mensinergiskan antara

kelebihan pertanian dan kehutanan. Ruang temu (interface) antara pohon dan

tanaman pertanian merupakan kunci dalam pengelolaan agroforestri menurut Huxley (1985) kunci untuk memahami potensi biologi dan pengendalian sistem agroforestri dan respon komponen tanaman terhadap lingkungan dalam sistem

agroforestri yaitu tree/crop interface. Di dalam ruang temu ini sebenarnya

kepentingan petani untuk menghadirkan komponen penyusun dari pohon dan tanaman semusim, sehingga kehadiran dua komponen tersebut harus memperhatikan interaksinya. Menurut Nair (1993) dalam sistem ilmu pertanian


(23)

agroforestri dikenal adanya beberapa interaksi yang bersifat positip pada wilayah

pertemuan antara pohon dan tanaman semusim (tree-crop interface) (Suryanto,

2005.

Konsep agroforestri didapat dari observasi sistem hutan buatan yang dikelola masyarakat di Indonesia. Di berbagai daerah di kepulauan, para petani telah menciptakan dan melestarikan sistem-sistem yang tepat guna, yang memadukan tradisi pengelolaan hutan dengan perkembangan pertanian. Sistem ini menggunakan struktur-struktur hutan buatan pada lahan-lahan pertanian. Apakah sistem ini disebut “hutan”, “kebun” atau “agroforestri” tidaklah penting. “agroforestri” hanyalah istilah yang dipakai untuk menekankan interaksi yang erat antara komponen-komponen pertanian dan kehutanan dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam. Agroforestri merupakan konsep baru bagi para ilmuwan dan

para pembuat kebijaksanaan (Anonymous, 2009.

Program pengembangan agribisnis kehutanan dapat terlaksana/dilakukan dengan cara rehabilitasi dan konservasi lahan kritis yang bertujuan untuk menghijaukan kembali lahan-lahan kritis. Program ini mencakup:

1) Reboisasi dan penghijauan lahan kritis

2) Pengembangan hutan tanaman industri

3) Pengembangan hutan kemasyarakatan (agroforestri)


(24)

5) Konservasi lahan melalui pembuatan terasering dan check dam (Tim teknis kelompok kerja, 2005).

Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 6 ayat 1 dan2, membagi hutan menurut fungsi pokoknya menjadi (1) hutan konservasi, (2) hutan lindung dan (3) hutan produksi. Definisi yang diberikan untuk ”hutan produksi” adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Interpretasi menyimpang membuat hutan tersebut dikhususkan untuk tujuan produksi saja tanpa memperhatikan fungsi yang lain seperti pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi, memelihara kesuburan tanah, pelestarian lingkungan hidup, konservasi keanekaragaman hayati dan sebagainya (irwanto,2006. http://coba1.netai.net/bahankuliahkehutananjadul).

Konservasi atau conservation dapat diartikan sebagai suatu usaha pengelolaan

yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Konservasi dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi generasi yang akan datang. Dalam jangka panjang harus sudah dimulai pengelolaan hutan berdasarkan kesesuaian lahan, membentuk unit-unit ekologis berdasarkan kaidah ekosistem yang mempunyai respon yang sama baik dalam produktivitas maupun jasa lingkungannya. Aspek ini tampak semakin penting belakangan ini terutama bila dikaitkan dengan desakan pihak lain untuk menyelenggarakan agribisnis di areal hutan produksi. Terlepas dari berbagai faktor yang berpengaruh mulai dari politik,


(25)

sosial, ekonomi dan kelembagaannya, masalah ini dapat didekati dengan menyusun klasifikasi lahan yang baik, agar dapat dideliniasi dengan jelas kawasan-kawasan yang bisa ditolerir untuk agribisnis dan kawasan yang harus dilakukan pengelolaan hutan berbasis konservasi, sehingga kualitas lingkungan yang menjadi tanggungjawab hutan produksi dapat tetap dipertahankan (irwanto,2006. http://coba1.netai.net/bahankuliahkehutananjadul).

Beberapa Perbedaan Penting antara Agroforestri Tradisional dan Agroforestri Modern.

Aspek Tinjauan Agroforestri Tradisional Agroforestri Modern

Kombinasi Jenis Tersusun atas banyak

jenis(polyculture), dan

hampir keseluruhannya dipandang penting; banyak dari jenis-jenis lokal (dan berasal dari permudaan alami)

Hanya terdiri dari 2-3 kombinasi jenis, di mana salah satu-nya merupakan komoditi yang diunggulkan; seringkali diperkenalkan jenis unggul

dari luar (exotic species)

Struktur Tegakan

Kompleks, karena pola tanamnya tidak teratur, baik secara horizontal

ataupun vertikal

(acak/random)

Sederhana, karena biasanya menggunakan pola lajur atau baris yang berselang-seling dengan jarak tanam yang jelas. Orientasi

Penggunaan Lahan

Subsisten hingga semi komersial (meskipun tidak senantiasa dilaksanakan dalam skala kecil)

Komersial, dan umumnya diusahakan dengan skala besar dan oleh karenanya padat

modal (capital intensive)

Keterkaitan Sosial Budaya

Memiliki keterkaitan sangat erat dengan

sosial-budaya lokal karena telah dipraktekkan secara turun

temurun oleh masyarakat/pemilik lahan

Secara umum tidak memiliki keterkaitan dengan sosial budaya setempat, karena diintrodusir oleh pihak luar (proyek atau pemerintah)

(Sardjono dkk., 2003. http://www.worldagroforestricentre.org/sea).

Pengembangan agroforestri, menurut Raintree (1983) meliputi tiga aspek, yaitu:


(26)

2) Mengusahakan keberlanjutan sistem agroforestri yang sudah ada dan

3) Penyebarluasan sistem agroforestri sebagai alternatif atau pilihan dalam

penggunaan lahan yang memberikan tawaran lebih baik dalam berbagai aspek

(adoptability) (Anonimous, 2009.

Sistem agroforestri telah dilaksanakan sejak dahulu kala oleh para petani di berbagai daerah dengan aneka macam kondisi iklim dan jenis tanah serta berbagai sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan yang berbeda-beda itu dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi biofisik (tanah dan iklim), perbedaan ketersediaan modal dan tenaga kerja, serta perbedaan latar belakang sosial-budaya. Oleh karena itu produksi yang dihasilkan dari sistem agroforestri juga bermacam-macam, misalnya buah-buahan, kayu bangunan, kayu bakar, getah, pakan, sayur-sayuran,

umbi-umbian, dan biji-bijian (Widianto dkk, 2003. http://www.worldAgroforestri

centre.org/sea).

Pengembangan setiap komoditi unggulan meliputi produktivitas jenis bibit unggul, metode produksi, biaya investasi, biaya produksi, harga jual, dan pendapatan/keuntungan per Ha atau per unit usahatani. Dengan adanya skenario atau road map serta mempertimbangkan masalah-masalah yang dihadapi maka jelas cara pengembangan kawasan agropolitan, sehingga target setiap komoditi dan skala usaha yang diperlukan petani untuk mencapi target pendapatan sebesar US $ 3000 per kapita dalam 10 tahun (Bappeda Kab. Karo, 2006).


(27)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Inventarisasi Agroforestri

Inventarisasi agroforestri adalah kegiatan untuk melakukan pencatatan dan pendaftaran jenis dan kelompok Agroforestri berdasarkan komponen penyusun

yaitu Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems) Silvopastura (Silvopastural

systems) Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems) dan masa perkembangan

agroforestri yaitu agroforestri tradisional/klasik (traditional/classical agroforestri)

Agroforestri modern (modern atau introduced agroforestri). Menurut Bjorn

Lundgren mantan Direktur ICRAF( International Centre for Research in

agroforestri) mengajukan ringkasan dari banyak definisi agroforestri dengan

rumusan sebagai berikut: agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian dan hewan (ternak) atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada (Anonimous,

2003.

Model agroforestri dapat dikembangkan pada kebun milik petani atau pun lahan hutan yang dikelola oleh masyarakat di kawasan pinggiran hutan (Hutan Kemasyarakatan/HKm). Penanaman tanaman tahunan (tegakan) yang sifatnya investasi jangka panjang, tetapi melihat manfaatnya yang dapat memberikan perlindungan dan keamanan seluruh sistem termasuk sub-sistem dibagian bawah maka tentunya hal ini menjadi alternatif pilihan. Oleh karena itu, program agroforestri bertujuan untuk pengawetan lahan yang optimal baik ditinjau oleh


(28)

kemampuan petani mau pun pemerintah untuk mencegah dari bahaya erosi dan

rusaknya tata air (Rahayu, 2005.

Dalam pengembangannya kawasan agropolitan tidak bisa terlepas dari pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada tingkat Propinsi (RTRW Propinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana tata ruang wilayah merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait dengan Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan agropolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan, sehingga muncul pemahaman tentang penting untuk mewujudkan pembangunan yang serasi, seimbang, dan

terintegrasi (Djakapermana, 2003.

Program pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui percepatan pengembangan wilayah dengan membangun berbagai infratruktur ekonomi dan

prasarana pendukungnya. Oleh karena itu diperlukan adanya kemitraan antar

petani perdesaan, pelaku usaha bermodal dan pemerintah. Pola kemitraan semacam (kemitraan permodalan, produksi, pengolahan, pemasaran,) akan menjamin terhindarnya eksploitasi pelaku usahatani di tingkat perdesaan oleh pelaku usaha lain di satu pihak, dan memungkinkan terjadinya nilai tambah yang bisa dinikmati pelaku usahtani. Ini akan menjamin peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan memungkinkan kawasan perdesaan melakukan investasi baik yang berupa pendidikan, maupun penciptaan lapangan usaha baru


(29)

Berajalannya sistem dan usaha agribinis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela, kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Program agropolitan dalam operasionalisasinya dilakukan dengan

entry point pengembangan infrastruktur fisik (jalan, cold stroge, pasar petani, Sub

Terminal Agribinis dan Terminal Agribisnis/ STA-TA, teknologi, dan

kelembagaan secara simultan (Saptana, dkk. 2004.http://pse.litbang.deptan.go.id).

2.2.2. Pendapatan

Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam pemasukan. Modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya pemasukan yang diberikan sehungga menimbulkan resiko atau rendahnya hasil yang diterima (Daniel, 2002).

Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk input produksi. Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya yang dikeuarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya seringkali jadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi (Daniel, 2002).


(30)

Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya poduksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien (Simajuntak, 2004).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

TR = Y . Py

dimana: TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga y

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya Pd = TR – TC

dimana: Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Total Penerimaan


(31)

2.3. Kerangka Pemikiran

Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (mis: pohon) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.

Agroforestri dalam pelaksanaannya terbagi dalam tiga jenis yaitu agrislvikultur, silvopastura dan agrosilvopastura. Dari tiga jenis pelaksanaan agroforestri yang kemudian dibagi lagi untuk tiap masing-masingnya yaitu kelompok kegiatan agroforestri yaitu klasik dan modern. Moderen yaitu pengkombinasian beberapa tanaman kehutan/tahunan dengan tanaman pertanian (musiman), serta peternakan dalam suatu luas lahan pertanian. Klasik yaitu pengkombinasian banyak tanaman kehutan/tahunan dengan tanaman pertanian (musiman), serta peternakan dalam suatu luas lahan pertanian.

Petani akan memperoleh penerimaan usahatani dari hasil penjualan produksi tanaman semusim yang ditumpangsarikan dengan tanaman tahunan atau pun komponen kehutanan seperti kayu yang memiliki harga jual dan dibutuhkan oleh industri sebagai bahan baku suatu produk. Untuk mengetahui pendapatan maka

perlu diketahui biaya (cost) sehingga total pendapatan diperoleh dari total


(32)

Pendapatan tidak bertambah jika hanya mengusahakan satu jenis tanaman saja pada lahan yang sama tetapi pendapatan akan bertambah jika mengusahakan/melakukan pengkombinasian tanaman kehutanan/tahunan, musiman, peternakan maka dukungan agroforestri terhadap agropolitan dapat diketahui dari peningkatan pendapatan dan banyaknya produksi yang dihasilkan petani pada lahan yang mereka usahakan.


(33)

Adapun skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:

Gambar: Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

= Hubungan.

1,2,3,..n = Kombinasi dari beberapa jenis tanaman tahunan, kayu dan musiman.

1,2 = Kombinasi dari dua jenis tanaman tahunan dan musiman

Agropolitan

Agroforestri

Klasik Moderen Klasik Moderen Klasik Moderen

Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan

Pendapatan Agroforestri

Agrivisilvikultur Silvopastura Agrosilvopastura

1 2 3 n R C

1 2

R C

1

1 2 R C

2 3 n R C

1 2

R C

1

1 2 R C

2 3 n R C

1 2


(34)

Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya poduksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien (Simajuntak, 2004).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

TR = Y . Py

dimana: TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga y

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya Pd = TR – TC

dimana: Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Total Penerimaan


(35)

2.3. Kerangka Pemikiran

Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (mis: pohon) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.

Agroforestri dalam pelaksanaannya terbagi dalam tiga jenis yaitu agrislvikultur, silvopastura dan agrosilvopastura. Dari tiga jenis pelaksanaan agroforestri yang kemudian dibagi lagi untuk tiap masing-masingnya yaitu kelompok kegiatan agroforestri yaitu klasik dan modern. Moderen yaitu pengkombinasian beberapa tanaman kehutan/tahunan dengan tanaman pertanian (musiman), serta peternakan dalam suatu luas lahan pertanian. Klasik yaitu pengkombinasian banyak tanaman kehutan/tahunan dengan tanaman pertanian (musiman), serta peternakan dalam suatu luas lahan pertanian.

Petani akan memperoleh penerimaan usahatani dari hasil penjualan produksi tanaman semusim yang ditumpangsarikan dengan tanaman tahunan atau pun komponen kehutanan seperti kayu yang memiliki harga jual dan dibutuhkan oleh industri sebagai bahan baku suatu produk. Untuk mengetahui pendapatan maka

perlu diketahui biaya (cost) sehingga total pendapatan diperoleh dari total


(36)

Pendapatan tidak bertambah jika hanya mengusahakan satu jenis tanaman saja pada lahan yang sama tetapi pendapatan akan bertambah jika mengusahakan/melakukan pengkombinasian tanaman kehutanan/tahunan, musiman, peternakan maka dukungan agroforestri terhadap agropolitan dapat diketahui dari peningkatan pendapatan dan banyaknya produksi yang dihasilkan petani pada lahan yang mereka usahakan.


(37)

Adapun skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:

Gambar: Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

= Hubungan.

1,2,3,..n = Kombinasi dari beberapa jenis tanaman tahunan, kayu dan musiman.

1,2 = Kombinasi dari dua jenis tanaman tahunan dan musiman

Agropolitan

Agroforestri

Klasik Moderen Klasik Moderen Klasik Moderen

Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan

Pendapatan Agroforestri

Agrivisilvikultur Silvopastura Agrosilvopastura

1 2 3 n R C

1 2

R C

1

1 2 R C

2 3 n R C

1 2

R C

1

1 2 R C

2 3 n R C

1 2


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah

Penelitian ini dilakukan pada kawasan agropolitan yang memiliki suatu program agroforestri. Daerah penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Simalungun. Kabupaten Simalungun dipilih dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini merupakan salah satu daerah yang memiliki hutan produksi paling luas di kawasan agropolitan dataran tinggi Sumatera Utara. Luas hutan produksi di Kabupaten Simalungun yaitu seluas 109.042,22 Ha (78,59367752 %) (Lampiran11).

Kabupaten Simalungun terbagi dalam bagian 2 daerah yaitu Simalungun atas dan Simalungun bawah. Daerah penelitian yang ditetapkan yaitu simalungun atas yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan (Sekretaris Badan B4PK & KP). Dari hasil survey pendahuluan, diketahui bahwa sistem agroforestri hanya terdapat di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Raya, Kecamatan Purba, dan Kecamatan Dolok Pardomuan. Dengan demikian ketiga kecamatan tersebut ditetapkan sebagai daerah penelitian.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode penetuan sampel yang digunakan adalah snowball sampling yaitu

penentuan sampel yang mula-mula berjumlah kecil/sedikit, kemudian sampel tersebut menunjuk sampel lainnya sehingga jumlah sampel yang diperoleh


(39)

semakin banyak (Sugiyono, 2006). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 32 orang yang menerapkan agroforestri dengan jenis agrisilvikultur serta kelompok kegitannya yaitu modern. Dasar dari pegambilan sampel adalah dikarenakan populasi atau jumlah petani yang mengusahakan/mengelola sistem agroforestri tidak ada data sekunder sebagai data pendukung selanjutnya meminta kepada Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) agar menunjukan responden sesuai dengan jenis sampel yang diinginkan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan dan bulanan serta hasil studi pustaka baik berupa buku maupun data statistik dari instansi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan responden di daerah penelitian dengan menggunakan pertanyaan (kuisioner).

Tabel 1. Metode Pengumpulan Data No Jenis Data Sumber Data

Metode Pengumpulan Data Observasi Wawancar

a Lain-Lain 1. Penentuan daerah penelitian Sekretaris Badan B4PK dan KP Kab.Simalungun √

2. Penentuan

sampel

Kuisioner (data

primer) √ √

3.

Deskripsi Wilayah Penelitian

BPS (data

sekunder) √

4. Jenis dan luas

hutan

BPS (data

sekunder) √

5. Identitas

Responden

Responden (data

primer) √

6.

Karakteristik usahatani sampel

Responden (data


(40)

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis identifikasi masalah (1) dilakukan dengan analisis deskriptif dengan melihat perkembangan pelaksanaan kegiatan agroforestri di Kabupaten Simalungun. Untuk menganalisis identifikasi masalah (2) dilakukan dengan analisis deskriptif dengan melihat jenis dan kelompok kegiatan agroforestri di daerah penelitian. Untuk menganalisis identifikasi masalah (3) dilakukan dengan analisis deskriptif dengan melihat luas lahan, jumlah produk. Dukungan agroforestri terhadap pendapatan petani di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus:

TR = Y . Py

dimana: TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga y

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya Pd = TR – TC

dimana: Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Total Penerimaan


(41)

Untuk menganalisis identifikasi masalah (4) dilakukan dengan analisis deskriptif dengan melihat dukungan keberadaan agroforestri terhadap konservasi. Untuk menganalisis identifikasi masalah (5) dilakukan dengan analisis deskriptif dengan melihat permasalahan yang ada dalam pengembanngan program agroforestri di kawasan agropolitan

3.5. Defenisi Dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi

1. Inventarisasi agroforestri adalah kegiatan untuk melakukan pencatatan dan

pendaftaran jenis dan kelompok agroforestri.

2. Agroforestri adalah sistem pengelolaan lahan berkelanjutan dan mampu

meningkatkan produksi lahan secara keseluruhan, merupakan kombinasi produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman tahunan) dengan tanaman hutan dan/atau hewan (ternak), baik secara bersama atau bergiliran, dilaksanakan pada satu bidang lahan dengan menerapkan teknik pengelolaan praktis yang sesuai dengan budaya masyarakat setempat.

3. Agrisilvikultur adalah kombinasi komponen kehutanan dengan komponen

pertanian (tanaman non-kayu).

4. Silvopastura adalah kombinasi komponen kehutanan dengan komponen

peternakan.

5. Agrosilvopastura adalah kombinasi komponen kehutanan dengan komponen

pertanian sekaligus peternakan pada unit manajemen lahan yang sama.

6. Agroforestri tradisional/klasik adalah agroforestri tersusun atas banyak

jenis(polyculture), dan hampir keseluruhannya dipandang penting; banyak dari


(42)

7. Agroforestri modern adalah pengkombinasian antara tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih.

8. Penataan struktur/hirarki pusat-pusat aktifitas sosial ekonomi adalah penataan

terhadap pemukiman, sistem produksi petanian, dan pasar serta informasi.

9. Penataan jaringan keterkaitan antar pusat-pusat aktifitas adalah penunjang

berjalannya kegiatan yang dilaksanakan melalui jalur transportasi dan komunikasi.

10. Pengembangan infrastruktur adalah dukungan prasarana dan sarana dalam

menunjang pengembangan industri hulu atau sarana produksi pertanian, proses produksi di tingkat usahatani dana lain-lain.

11. Unsur-unsur non-fisik/kelembagaan adalah dukungan terhadap penyediaan

dana dan peranan dari pemerintah adalah untuk memberikan proteksi, menyelenggarakan pembangunan, melaksanakan fungsi fasilitasi, regulasi dan distribusi.

12. Agropolitan adalah kota dan kawasan pertanian dimana kota berfungsi

melayani daerah sekitarnya (hinterland) dan daerah sekitarnya merupakan

wilayah pertanian atau kawasan daerah sentra produksi.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Kabupaten Simalungun Kawasan Agropolitan

Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB).

2. Bagian agroforestri yang diteliti hanya pada jenis agroforestri dengan sistem


(43)

3. Bagian Kehutanan atau kayu-kayuan dan tanaman semusim serta ternak/hewan yang diteliti yang hanya terdapat pada lahan petani sampel saja.

4. Jenis hutan yang diteliti hanya jenis hutan produksi di Kabupaten

Simalungun.


(44)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK USAHATANI

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kabupaten Simalungun terletak antara 02036’ - 03018’ Lintang Utara dan 98032’ -

99035’ bujur timur, letak diatas permukaan laut (rata-rata) 369 Meter. Luas

Wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,6 Km2 atau 6.12% dari luas

wilayah Propinsi Sumatera Utara, dan terdiri dari 31 kecamatan, 22 kelurahan, dan 345 desa/nagori serta berbatasan dengan 5 kabupaten tetangga yaitu:

Sebelah Utara : Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelah Barat : Kabupaten Karo

Sebelah Selatan : Kabupaten Toba Samosir/Kab.Samosir

Sebelah Timur : Kabupaten Asahan

4.1.2. Tata Guna Tanah

Pola penggunaan tanah di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keadaan Tata Guna Tanah di Kabupaten Simalungun

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah 41.885,0 10,8

2 Dataran 42.387,9 10,9

3 Kebun 193.261,4 49,99

4 Hutan produksi 109.042,22 28,2

Jumlah 386.576,52 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik Simalugun 2008

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 386,6 Km2 luas Kabupaten Simalungun


(45)

(28,2%) dan untuk kebun seluas 193.261,4 Ha (49,99). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Simalungun pada umumnya berkebun dan memiliki hutan produksi.

4.2. Keadaan Daerah

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk Kabupaten Simalungun adalah 853.112 kk, terdiri dari 427.372 laki-laki dan 425.740 perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Komposisi Penduduk di Kabupaten Simalungun menurut Kelompok Umur

No Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0-14 282.935 33,16

2 15-64 529.950 62,12

3 >65 40.227 4,71

Jumlah 853.112 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Simalugun 2008

Dari Tabel 3 diketahui bahwa penduduk Kabupaten Simalungun paling banyak pada usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 529.950 jiwa.


(46)

b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagaian besar penduduk Kabupaten Simalungun memiliki tingkat pendidikan setara SD dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Simalungun

No Jenjang Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 SD 106.888 60,9

2 SLTP 40.742 23,2

3 SLTA 17.940 10,2

4 SMK 9.712 05,5

Jumlah 175.282 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Simalugun 2008

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berpendidikan tamat Sekolah Dasar adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 106.888 jiwa hal ini dapat dilihat bahwa kesadaran penduduk untuk pendidikan masih rendah.

4.3. Sosial Ekonomi

4.3.1. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kabupaten Simalungun adalah dalam bidang pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.


(47)

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pertanian 50.333 41,57

2 Industri Pengolahan 19.702 16,26

3 Perdagangan besar dan

eceran 47.103 38,88

4 Transportasi, pengudangan

dan komunikasi 3.990

3,29

Jumlah 121.128 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Simalugun 2008

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa menurut mata pencaharian di Kabupaten Simalungun yang paling tinggi adalah lapangan pertanian sebesar 41,57 % sedangkan persentase yang paling terkecil adalah Transportasi, pengudangan dan komunikasi sebesar 3,29 %.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sebagai daerah pertanian, selain dilengkapi dengan sarana dan prasarana, transportasi, di Kabupaten Simalungun mempunyai berbagai sarana penunjang kegiatan pertanian seperti pasar, kios pupuk dan pestisida, bank dan KUD. Data lengkap mengenai ketersediaaan sarana dan prasarana tersebut tidak tercatat dalam dokumentasi. Dari hasil observasi lapangan diperoleh informasi mengenai jumlah dan sebaran sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut:


(48)

Tabel 6. Sarana dan prasarana di Kabupaten Simalungun

No Desa Pasar Kios pupuk

dan pestisida Bank

1 Kecamatan Raya 1 3 3

2 Kematan Purba 1 3 2

3 Kecamatan Dolok

Pardamean 1 2 0

Total 3 8 6

Sumber: Data Primer, 2010

Dari Tabel 6 terlihat bahwa sebagai daerah pertanian, kios pupuk dan pestisida merupakan sarana yang paling banyak dan terdapat di setiap desa di tiga kecamatan. Terdapat 8 unit kios di seluruh kecamatan, tetapi sebarannya tidak sama untuk setiap kecamatan sama halnya untuk sarana bank di setiap kecamatan. Untuk sarana pasar hanya terdapat 1 pada setiap kecamatannya.

4.5. Karakteristik Usahatani Sampel

Karakteristik petani sampel pada penelitian ini meliputi umur tanaman, umur petani sampel, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani, luas lahan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 7.


(49)

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel

No Urian Range Rata-rata

1 Umur Tanaman (Tahun)

• Kopi 3-6 5,34

• Ingul 1-5 2,65

2 Umur Petani Sampel

(Tahun) 35-58 47,84

3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-16 8,37

4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 0-4 1,34

5 Pengalaman Bertani

(Tahun) 14-47 29,875

6 Luas Lahan (Ha) 0,3-0,6 0,421

Sumber: Data Primer Olahan, 2010 (Lampiran 1 dan 5).

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata petani sampel di daerah penelitian memilki umur tanaman kopi 5,34 tahun dan ingul 2,65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur kopi 4-6 tahun dan ingul 1-5 tahun di daerah penelitian tergolomg masih muda. Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar 0,421 tahun. Hal ini menunjukan bahwa para petani sampel masih berada pada usia produktif sehingga mampu mengerjakan usahatani dengan baik.

Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar 8,37 tahun atau setara SLTP. Hal ini menunjukan bahwa tingakat pendidikan para petani yang mengusahakan agroforestri masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi sistem pengelolaan agroforestri yang diusahakan para petani.

Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel yaitu sekitar 1,34 jiwa. Hal ini menunjukan bahwa jumlah tanggungan para petani sampel tergolong rendah. Rata-rata pengalaman petani yang mengusahakan agroforestri didaerah penelitian yaitu sekitar 29,87 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani para


(50)

petani sampel sudah cukup lama. Rata-rata luas lahan petani yang mengusahakan agroforestri di daerah penelitian adalah sekitar 0,42 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk mengusahakan agroforestri.

Jenis bibit yang digunakan petani sampel untuk jenis kopi ada yang disubsidi dari dinas perkebunan dan sebagian petani lagi dibeli sendiri dari kios atau penjual bibit hal yang sama juga dilakukan untuk jenis bibit cabai, tomat dan jagung . Jenis bibit kayu ingul yang terdapat pada lahan petani sampel seluruhnya subsidi atau diberikan secra gratis kepada petani dengan tujuan melakukan reboisasi untuk lahan kritis. Untuk proses produksi dari awal penanaman sampai kepada pemanen hasil produksi dari masing-msing lahan petani sampel dilakukan sesuai dengan standar operasonal pelaksanaan (SOP) untuk setiap jenis komoditi, tetapi untuk pemupukan petani ada yang memanfaatkan pupuk dari tanaman musiman yang di tanam di sela-sela tanaman tahunan yang di usahakan dan ada juga yang memupuk untuk setiap jenis komoditi, untuk penyiangan dan pemeliharaan dilakukan secara bersamaan dengan tanaman musiman. Untuk pemasaran/penjualan hasil produksi petani sampel dijual kepada pedagang pengumpul atau agen yang datang langsung ke lahan usahatani sampel sesuai dengan langganan kepada agen dari berbagai daerah.


(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Agroforestri di Kabupaten Simalungun

Sejak tahun 2002 program agropolitan telah dicanangkan sebagai model Pembangunan Pertanian di 8 Kabupaten di Indonesia. Pada tahun 2003 berkembang lagi menjadi 61 Kabupaten/Kota. Kemudian pada tahun 2006 berkembang lagi menjadi 200 Kabupaten/Kota. Salah satu dari 200 kabupaten tersebut adalah Kabupaten Simalungun.

Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Simalungun mulai dilakukan pada tahun 2004. Dasar pelakasanaan program agropolitan di Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut:

1. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 467/Kpts/OT.160/8/2006 tanggal

agustus 2006 tenteng Pembentukan Kelompok Kerja Pengembangan Kawasan Agropolitan

2. Surat Menteri Pertanian RI Nomor : 144/OT.210/A/X/2002 tanggal 6 Mei

2002 perihal Pengembangan Kawasan Agropolitan.

3. Surat Menteri Pertanian RI Nomor : 3112/TU.210/A/X/2002 tanggal 16

Oktober 2002 perihal Program Rintisan Kawasan Agropolitan Tahun 2003.

4. Surat Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian/Ketua Kelompok Kerja

Pengembangan Kawasan Agropoitan Nomor : K/OT..210/VIII/2002 tanggal 30 Agustus 2002, perihal Pedoman Operasional Pengembangan Kawasan Agropolitan.


(52)

5. Nota Kesepakatan Bersama Pemerintah Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun, Toba Samosir, dan Tapanuli Utara pada tanggal 28 September 2002 tentang Penetapan pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara.

6. Pernyataan Kesepakatan Bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Karo, Dairi,

Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan dan Samosir dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 11 April 2005 tentang Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara.

7. Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 050/1637/.K Tahun 2006

tentang Pembentukan Dewan Pembina, Dewan Pakar, Badan Koordinasi, dan Tim Teknis Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan dan Agromarinpolitan Pesisir, pulau Kecil dan Pulau-pulau Terluar Sumatera Utara.

8. Keputusan Bupati Simalungun : 188.45/2185 Bppd Tahun 2009 tentang

Pembentukan tim Koordinasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Kabupaten Simalungun

9. Hasil rancang bangun desa lokalits se-kawasan Agropolitan DTBBSU.

Dalam pelaksanaan program agropolitan, tim agropolitan berkoordinasi langsung dengan BAKOR (Badan Koordinasi Pembangunan Kawasan Agropolitan Kabupaten Simalungun) Provinsi. Dalam pelaksanaan kegiatan agropolitan BAKOR dibantu oleh beberapa anggota yang berasal dari berbagai instansi seperti: Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan


(53)

dan BP4K&PK. BAKOR mengadakan rapat dengan anggota-anggotanya 2 (dua) kali dalam sebulan. Rapat yang diadakan BAKOR Provinsi Simalungun dengan anggotanya adalah sebagi berikut:

1. Rapat Koordinasi yaitu rapat persiapan pertemuan reguler pembangunan

sekawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara.

2. Rapat Sinkronisasi kegiatan SKPD dalam mendukung kegiatan agopolitan.

Sebelum rapat ini dilakukan seluruh dinas-dinas yang terkait mempersiapkan bahan-bahan atau kegiatan yang akan direncanakan pada kawasan agropolitan. Seluruh bahan-bahan atau kegiatan tersebut dirapatkan lagi dengan BAPEDA (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah). Hasil rapat dengan BAPEDA dari seluruh bahan-bahan atau kegiatan yang direncanakan oleh dinas-dinas terkait dibawa pada rapat BAKOR Provinsi Simalungun.

3. Rapat evaluasi kegiatan.

Salah satu program pendukung dalam kegiatan agropolitan adalah pengembangan agroforestri. Hal ini terdapat dalam Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten di wilayah agropolitan yang menerapkan sistem agriforestri, khususnya di daerah Simalungun atas. Program agroforestri di Kabupaten Simalungun ini merupakan program yang dikembangankan oleh Dinas Kehutanan Simalungun dengan dana yang bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).


(54)

Kegiatan agroforestri yang sudah pernah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun adalah pemberian bibit jenis kayu ingul, pinus, mahoni

serta jenis kayu-kayuan MPTS (Multi Purpose Tree Spesies) seperti jenis

buah-buahan kepada petani. Pemberian bibit ini pertama kali dilakukan pada tahun 2006. Jumlah bibit yang diberikan kepada petani adalah 200.000 batang. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun adalah:

1. Pembibitan tanaman kehutanan di Kawasan Agropolitan

2. Pemeliharaan batas hutan di Kawasan Agropolitan (sumber : BAPEDA

Simalungun).

Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut belum dapat dilihat dalam jangka pendek melainkan dalam jangka panjang. Ini disebabkan karena jenis tanaman dalam kegiatan tersebut berupa kayu-kayuan maupun jenis buah-buahan yang berumur panjang. Proses pemberian bibit ini tidak sulit. Petani hanya perlu membuat surat permohonan permintaan bibit kepada Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun. Setelah permohonan disetujui, bibit akan langsung diantar ke lokasi petani.

5.2. Jenis dan Kelompok Kegiatan Agroforestri

Sistem agroforestri di Kabupaten Simalunggun terdapat di beberapa kecamatan yaitu kecamatan Raya, Kecamatan Purba, dan Kecamatan Dolok Pardamean. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ditinjau dari struktur atau komponen penyusunnya, sistem agroforestri yang diterapkan di lokasi penelitian termasuk ke dalam kelompok agrisilvikultur modern. Sistem agroforestri ini termasuk ke


(55)

dalam agrisilvikultur modern karena pengkombinasian jenis komoditi, misalnya: kayu/tanaman tahunan terdapat dua jenis dan demikian juga untuk tanaman musiman (kombinasi tanaman hutan, kebun dan pertanian). Komponen penyusun sistem agroforestri di daerah penelitian dikelompokkan ke dalam komoditi perkebunan dan industri, komoditi holtikultura, komoditi pangan.

Jenis agroforestri yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu jenis agrisilvikultur, memiliki karakteristik dasar yang merupakan ciri khas dan dapat membedakan satu jenis dengan jenis lainnya. Ciri khas tersebut terutama dapat dilihat dari kombinasi jenis dan kelompok kegiatan, serta lokasi ditemukan atau diterapkannya sistem agroforestri tersebut. Deskripsi singkat karakteristik dasar dari jenis dan kelompok agroforestri di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Agrisilvikultur Moderen (Kombisanasi Pohon Kayu, Tanaman Perkebunan dan Tanaman Semusim)

Jenis dan kelompok ini memiliki karakteristik dasar kombinasi pohon kayu yang di budidayakan (Ingul) dengan tanaman kebun (Kopi) serta tanaman semusim (Cabai, Tomat, Jagung). Tanaman pohon ditanami di sekeliling atau ditepi dan ada juga yang langsung di lahan petani tetapi tidak dilakukan perawatan yang intensif, tanaman pohon yang tumbuh di lahan petani di peroleh dari pemberian pemerintah (Gambar 1,2,3).


(56)

C

C

C

C

C

C

C

C

C

C

B

B B B

B B

B

B B B

B B B B B B

Keterangan : Kayu Ingul Kopi

C Cabai

B Tomat

Gambar 1. Kelompok agrisilvikultur moderen kombinasi kayu, kopi,


(57)

C

C

C

C

C

B

B B B B

B B B C

C

C C

B B

B B B B B B C

C

C

C

C C C

C C

kayu ingul kopi

C cabai

B tomat Keterangan :

Gambar 2. Kelompok agrisilvikultur moderen kombinasi kayu, kopi,


(58)

Keterangan : Kayu Ingul

Kopi

Jagung

Gambar 3. Kelompok agrisilvikultur moderen kombinasi kayu, kopi,

jagung.

5.3. Dukungan Keberadaan Agroforestri Terhadap Agropolitan

Dalam memenuhi tujuan program agropolitan yaitu pencapaian pendapatan per kapita sebesar $ 3000 pemerintah Simalungun melakukan pengembangan komoditi unggulan. Untuk pengembangan komoditi unggulan tersebut ada beberapa program yang mendukung yaitu:


(59)

1) Peningkatan produktivitas,

2) Peningkatan luas areal yang diusahakan petani (peningkatan skala usaha)

3) Peningkatan usaha pengolahan (diversifiksi vertikal)

4) Penurunan biaya produksi

5) Peningkatan atau penciptaan bagian pendapatan/keuntungan yang dapat

diperoleh petani dari kegiatan off farm (pengolahan dan pemasaran) melalui

koperasi dan kemitraan

6) Penambahan berbagai usaha yang sesuai digabungkan(diversifikasi yang

koplementer dan sinergis)

Dengan pengembangan komiditi unggulan ini dapat mencapaian peningkatan pendapatan petani. Pencapaian peningkatan pendapatan dapat memotivasi petani untuk berpartisipasi dalam program agropolitan yaitu dengan cara mengusahakan berbagai macam tanaman pertanian (tanaman musiman) dengan tanaman tahunan (jenis kayu-kayuan maupun jenis buah-buahan) pada satu lahan pertanian mereka yang sama.

a. Penerimaan usahatani agroforestri

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil produksi dengan harga jual produksi. Harga jual produksi di daerah penelitian sering mengalami flusktuasi pada waktu-waktu tertentu. Namun di daerah penelitian petani memperoleh harga jual usahatani agroforestrinya yaitu kopi Rp 12.000/Kg, tomat Rp 2.500/Kg, cabai Rp 12.000/Kg, jagung Rp 1800/Kg dan hasil dari tanaman hutan misalnya kayu


(60)

± Rp 4.000.000. Adapun rata-rata produksi dari usahatani agroforestri yaitu kopi 3.660 Kg, cabai 8.462,22 Kg, tomat 4.936,8 Kg, jagung 2.040 Kg.

Tabel 8. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Agroforestri Per Petani No Penerimaan petani agroforestri Rupiah

Perpetani

a) Kopi

b) Cabai

c) Tomat

d) Jagung

28.008.000 101.546.666,7 59.241.600 3.672.000

Total 4.746.288.000

Sumber : Analisis data Primer Lampiran 10

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan per petani adalah kopi Rp 28.008.000, jagung Rp 3.672.000, cabai Rp 101.546.666,7, Tomat Rp 59.241.600.

b. Biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, baik biaya tetap (penyusutan alat, PBB) maupun biaya variabel seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan) dan biaya tenaga kerja. Besarnya biaya produksi di pengaruhi oleh komponen input produksi dan harga input produksi tersebut. Berikut ini diperlihatkan rata-rata biata produksi usahatani agroforestri.


(1)

La njuta n La mpira n 8 . Distribusi Cura ha n Tena g a Kerja Per Peta ni

P W P W p w P W P W P W p w P W

18 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 3 2,25 5,25 35000 105000 78750 183750 481250

cabai 1 1 2 1 3 2,25 5,25 35000 105000 78750 183750 1 1 2 2 3 3,25 6,25 35000 105000 113750 218750 953750

19 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2,25 4,25 35000 70000 78750 148750 446250

cabai 1 1 1 1 2 2,25 4,25 35000 70000 78750 148750 1 1 1 1 2 2,25 4,25 35000 70000 78750 148750 778750

20 0,6 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 3 3,25 6,25 35000 105000 113750 218750 656250

cabai 1 1 3 2 4 3,25 7,25 35000 140000 113750 253750 1 1 3 2 4 3,25 7,25 35000 140000 113750 253750 1233750

21 0,6 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 3 3,25 6,25 35000 105000 113750 218750 656250

cabai 1 1 3 2 4 3,25 7,25 35000 140000 113750 253750 1 1 3 2 4 3,25 7,25 35000 140000 113750 253750 1233750

22 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 3 2,25 5,25 35000 105000 78750 183750 551250

cabai 1 1 1 2 2 3,25 5,25 35000 70000 113750 183750 1 1 2 2 3 3,25 6,25 35000 105000 113750 218750 1023750

23 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 3 2,25 5,25 40000 120000 90000 210000 550000

cabai 1 1 2 1 3 2,25 5,25 40000 120000 90000 210000 1 1 2 2 3 3,25 6,25 40000 120000 130000 250000 1090000

24 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 3 2,25 5,25 40000 120000 90000 210000 550000

cabai 1 1 2 1 3 2,25 5,25 40000 120000 90000 210000 1 1 2 2 3 3,25 6,25 40000 120000 130000 250000 1090000

25 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 3 2,25 5,25 40000 120000 90000 210000 550000

cabai 1 1 2 1 3 2,25 5,25 40000 120000 90000 210000 1 1 2 2 3 3,25 6,25 40000 120000 130000 250000 1090000

26 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2,25 4,25 40000 80000 90000 170000 510000

cabai 1 1 1 1 2 2,25 4,25 40000 80000 90000 170000 1 1 1 1 2 2,25 4,25 40000 80000 90000 170000 890000

27 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 3 2,25 5,25 40000 120000 90000 210000 630000

cabai 1 1 1 2 2 3,25 5,25 40000 80000 130000 210000 1 1 2 2 3 3,25 6,25 40000 120000 130000 250000 1170000

28 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2,25 4,25 30000 60000 67500 127500 382500

Jagung 1 1 1 2 2 3,25 5,25 30000 60000 97500 157500 1 1 2 1 3 2,25 5,25 30000 90000 67500 157500 727500

29 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 3 2,25 5,25 30000 90000 67500 157500 412500

Jagung 1 1 2 2 3 3,25 6,25 30000 90000 97500 187500 1 1 1 1 2 2,25 4,25 30000 60000 67500 127500 817500

30 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2,25 4,25 30000 60000 67500 127500 382500

Jagung 1 1 1 1 2 2,25 4,25 30000 60000 67500 127500 1 1 1 1 2 2,25 4,25 30000 60000 67500 127500 727500

31 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2,25 4,25 30000 60000 67500 127500 382500

Jagung 1 1 2 2 3 3,25 6,25 30000 90000 97500 187500 1 1 1 1 2 2,25 4,25 30000 60000 67500 127500 727500

32 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kopi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 3 2,25 5,25 30000 90000 67500 157500 412500

Jagung 1 1 2 1 3 2,25 5,25 30000 90000 67500 157500 1 1 1 1 2 2,25 4,25 30000 60000 67500 127500 697500

3 8 3 8 5 7 5 4 1 4 3 5 0 0 0 3 5 7 5 0 0 0 3 8 1 3 7 5 0 7 3 8 8 7 5 0 7 0 7 0 1 1 7 9 0 2 6 3 0 0 0 0 7 0 4 0 0 0 0 6 6 7 7 5 0 0 1 3 7 1 7 5 0 0 5 5 2 9 5 0 0 0

Ra ta -Ra ta

Ko pi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 ,4 1 2 ,4 2 ,2 5 4 ,6 5 3 0 0 0 0 7 2 0 0 0 6 7 5 0 0 1 3 9 5 0 0 3 9 4 5 0 0

J a g ung 1 1 1 ,6 1 ,6 2 ,6 2 ,8 5 5 ,4 5 3 0 0 0 0 7 8 0 0 0 8 5 5 0 0 1 6 3 5 0 0 1 1 1 ,2 1 2 ,2 2 ,2 5 4 ,4 5 3 0 0 0 0 6 6 0 0 0 6 7 5 0 0 1 3 3 5 0 0 7 3 9 5 0 0

Ca ba i 7 ,6 7 ,6 1 1 ,4 1 0 ,8 0 0 0 2 8 7 0 0 0 7 1 5 0 0 0 7 6 2 7 5 0 1 4 7 7 7 5 0 1 4 1 4 2 3 ,4 1 8 0 0 0 5 2 6 0 0 0 1 4 0 8 0 0 0 1 3 3 5 5 0 0 2 7 4 3 5 0 0 1 1 0 5 9 0 0 0

To ma t 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 ,5 1 2 ,5 2 ,2 5 4 ,7 5 3 0 0 0 0 7 5 0 0 0 6 7 5 0 0 1 4 2 5 0 0 3 9 7 5 0 0

Ing ul 0 ,8 0 ,8 1 ,4 1 ,2 2 ,2 2 ,2 4 ,4 2 4 0 0 0 6 6 0 0 0 6 6 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 1 1 ,0 8 1 2 ,0 8 2 ,2 5 4 ,3 3 3 0 0 0 0 6 2 4 0 0 6 7 5 0 0 1 2 9 9 0 0 6 7 2 9 0 0

To ta l Seluruh Bia y a Tena g a Kerja (Rp)

To ta l

to ta l hkp upa h HKP To ta l Bia y a

Pa nen(jumla h)

TKDK TKLK TKDK TKLK

Pemupuka n(jumla h)

to ta l hkp upa h HKP To ta l Bia y a

No Sa mpel

Lua s


(2)

(3)

lapiran 9. total biaya sarana produksi

No Sampel

Luas Lahan (Ha)

Jenis Tanaman Total Biaya Saprodi (Rp)

Total Tenaga Kerja (Rp)

Total Biaya Penyusutan peralatan Per

Petani (Rp) Total Biaya Produksi

(Rp)

1 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 528750 510000 73812,5 1112562,5

cabai 3782500 850000 200812,5 4833312,5

2 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 435107,1429 510000 50216,93122 995324,0741

cabai 3222642,857 850000 160216,9312 4232859,

788

Tomat 3734000 850000 160216,9312 4744216,931

3 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 508428,5714 510000 50574,07407 1069002,

646

cabai 3898571,429 1050000 168074,0741 5116645,503

Tomat 3842000 850000 168074,0741 4860074,074

4 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 503285,7143 550000 77825,39683 1131111,111

cabai 3639714,286 1090000 189825,3968 4919539,683

5 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 764142,8571 510000 51500 1325642,

857

cabai 3641857,143 1010000 161500 4813357,143

Tomat 4304000 1090000 161500 5555500

6 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 727000 590000 49000 1366000

cabai 3469000 890000 166500 4525500

Tomat 3916000 1130000 166500 5212500

7 0,5 Ingul 0 0 0 0

Kopi 582107,1429 710000 85937,5 1378044,643

cabai 4402642,857 1250000 189937,5 5842580,357

8 0,6 Ingul 0 0 0 0

Kopi 366357,1429 790000 51615,74074 1207972,884

cabai 3369142,857 1090000 169115,7407 4628258,598

Tomat 3860000 850000 169115,7407 4879115,741

9 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 773071,4286 510000 80861,11111 1363932,54

cabai 3335928,571 890000 184861,1111 4410789,683

10 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 913571,4286 550000 82500 1546071,429

cabai 3691428,571 1090000 186500 4967928,571

11 0,5 Ingul 0 0 0 0

Kopi 546845,2381 630000 49476,19048 1226321,429

cabai 4137357,143 1050000 166976,1905 5354333,333

Tomat 4405000 850000 166976,1905 5421976,19

12 0,6 Ingul 0 0 0 0

Kopi 558928,5714 830000 78812,5 1467741,071

cabai 4413571,429 1410000 205812,5 6029383,929

13 0,5 Ingul 0 0 0 0

Kopi 582107,1429 630000 74611,11111 1286718,254

cabai 4352642,857 1170000 186611,1111 5709253,968

14 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 773071,4286 510000 75750 1358821,429

cabai 3335928,571 890000 202750 4428678,

571

15 0,5 Ingul 0 0 0 0

Kopi 1071214,286 630000 73812,5 1775026,786

cabai 4149785,714 1170000 185812,5 5505598,214

16 0,5 Ingul 0 0 0 0

Kopi 1005142,857 551250 76000 1632392,857

cabai 3623357,143 1023750 188000 4835107,143


(4)

Kopi 515964,2857 551250 73500 1140714,286

cabai 4005785,714 1023750 185500 5215035,714

18 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 490571,4286 481250 77111,11111 1048932,54

cabai 3703428,571 953750 189111,1111 4846289,683

19 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 429321,4286 446250 76861,11111 952432,5397

cabai 3185928,571 778750 188861,1111 4153539,683

20 0,6 Ingul 0 0 0 0

Kopi 577071,4286 656250 74923,61111 1308245,04

cabai 4522428,571 1233750 186923,6111 5943102,183

21 0,6 Ingul 0 0 0 0

Kopi 536928,5714 656250 76312,5 1269491,071

cabai 4281571,429 1233750 188312,5 5703633,929

22 0,5 Ingul 0 0 0 0

Kopi 1011428,571 551250 76000 1638678,571

cabai 3791071,429 1023750 188000 5002821,429

23 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 882071,4286 550000 74214,28571 1506285,714

cabai 3502428,571 1090000 186214,2857 4778642,857

24 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 944571,4286 550000 75750 1570321,429

cabai 3877428,571 1090000 187750 5155178,571

25 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 901428,5714 550000 73812,5 1525241,071

cabai 3488571,429 1090000 185812,5 4764383,929

26 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 718928,5714 510000 77111,11111 1306039,683

cabai 3011071,429 890000 189111,1111 4090182,54

27 0,5 Ingul 0 0 0 0

Kopi 1024214,286 630000 74611,11111 1728825,397

cabai 3867785,714 1170000 186611,1111 5224396,825

28 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 1763000 382500 74611,11111 2220111,111

Jagung 466500 727500 74611,11111 1268611,111

29 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 2217500 412500 74611,11111 2704611,111

Jagung 682000 817500 74611,11111 1574111,111

30 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 1787500 382500 76312,5 2246312,5

Jagung 457500 727500 76312,5 1261312,5

31 0,3 Ingul 0 0 0 0

Kopi 1839000 382500 77825,39683 2299325,397

Jagung 466500 727500 77825,39683 1271825,397

32 0,4 Ingul 0 0 0 0

Kopi 2209000 412500 77250 2698750

Jagung 682000 697500 77250 1456750

Total 157006702,4 55295000 8641628,968 2209433 31,3 Rata-Rata 4906459,449 1727968,75 270050,9053 6904479, 105


(5)

Lampiran 10 pendapatan No Sampe l Luas Lahan (Ha) Jenis Tanaman Produksi (kg) Harga Jual ( Rp )

Penerimaan (Rp)

Total Biaya Produksi (Rp)

Pendapatan

Bersih UT (Rp) R / C

1 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi

3300 12000

39.600.000 1112562,5 38487437,5 35,5935

cabai 6300 12000 75600000 4833312,5 70766687,5 15,6414

2 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 1980 12000 23760000 995324,0741 22764675,93 23,8716

cabai 3780 12000 45360000 4232859,788 41127140,21 10,7162

Tomat 11280 2500 28200000 4744216,931 23455783,07 5,94408

3 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 3520 12000 42240000 1069002,646 41170997,35 39,5135

Cabai 6720 12000 80640000 5116645,503 75523354,5 15,7603

Tomat 15040 2500 37600000 4860074,074 32739925,93 7,73651

4 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4400 12000 52800000 1131111,111 51668888,89 46,6798

cabai 8400 12000 100800000 4919539,683 95880460,32 20,4897

5 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 3080 12000 36960000 1325642,857 35634357,14 27,8808

cabai 5880 12000 70560000 4813357,143 65746642,86 14,6592

Tomat 11280 2500 28200000 5555500 22644500 5,07605

6 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 3080 12000 36960000 1366000 35594000 27,0571

cabai 5880 12000 70560000 4525500 66034500 15,5916

Tomat 11280 2500 28200000 5212500 22987500 5,41007

7 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5500 12000 66000000 1378044,643 64621955,36 47,8939

cabai 10500 12000 126000000 5842580,357 120157419,6 21,5658

8 0,6 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 2640 12000 31680000 1207972,884 30472027,12 26,2258

cabai 5040 12000 60480000 4628258,598 55851741,4 13,0675

Tomat 30080 2500 75200000 4879115,741 70320884,26 15,4126

9 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 3300 12000 39600000 1363932,54 38236067,46 29,0337

cabai 6300 12000 75600000 4410789,683 71189210,32 17,1398

10 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4400 12000 52800000 1546071,429 51253928,57 34,1511

cabai 8400 12000 100800000 4967928,571 95832071,43 20,2901

11 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4180 12000 50160000 1226321,429 48933678,57 40,9028

cabai 7980 12000 95760000 5354333,333 90405666,67 17,8846

Tomat 22560 2500 56400000 5421976,19 50978023,81 10,4021

12 0,6 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 6600 12000 79200000 1467741,071 77732258,93 53,9605

cabai 12600 12000 151200000 6029383,929 145170616,1 25,0772

13 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5500 12000 66000000 1286718,254 64713281,75 51,2933

cabai 10500 12000 126000000 5709253,968 120290746 22,0694

14 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 3300 12000 39600000 1358821,429 38241178,57 29,1429

cabai 6300 12000 75600000 4428678,571 71171321,43 17,0706

15 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5500 12000 66000000 1775026,786 64224973,21 37,1825

cabai 10500 12000 126000000 5505598,214 120494401,8 22,8858

16 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5500 12000 66000000 1632392,857 64367607,14 40,4314

cabai 10500 12000 126000000 4835107,143 121164892,9 26,0594

17 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5500 12000 66000000 1140714,286 64859285,71 57,8585

cabai 10500 12000 126000000 5215035,714 120784964,3 24,1609

18 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4400 12000 52800000 1048932,54 51751067,46 50,3369

cabai 8400 12000 100800000 4846289,683 95953710,32 20,7994

19 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 3300 12000 39600000 952432,5397 38647567,46 41,5777

cabai 6300 12000 75600000 4153539,683 71446460,32 18,2013

20 0,6 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 6600 12000 79200000 1308245,04 77891754,96 60,5391

cabai 12600 12000 151200000 5943102,183 145256897,8 25,4413

21 0,6 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 6600 12000 79200000 1269491,071 77930508,93 62,3872

cabai 12600 12000 151200000 5703633,929 145496366,1 26,5094

22 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5500 12000 66000000 1638678,571 64361321,43 40,2764

cabai 10500 12000 126000000 5002821,429 120997178,6 25,1858

23 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4400 12000 52800000 1506285,714 51293714,29 35,0531

cabai 8400 12000 100800000 4778642,857 96021357,14 21,0939

24 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4400 12000 52800000 1570321,429 51229678,57 33,6237

cabai 8400 12000 100800000 5155178,571 95644821,43 19,5532

25 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4400 12000 52800000 1525241,071 51274758,93 34,6175

cabai 8400 12000 100800000 4764383,929 96035616,07 21,157

26 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 3300 12000 39600000 1306039,683 38293960,32 30,3207

cabai 6300 12000 75600000 4090182,54 71509817,46 18,4833

27 0,5 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5500 12000 66000000 1728825,397 64271174,6 38,1762

cabai 10500 12000 126000000 5224396,825 120775603,2 24,1176


(6)

Kopi 4356 12000 52272000 2220111,111 50051888,89 23,5448

Jagung 1800 1800 3240000 1268611,111 1971388,889 2,55397

29 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5808 12000 69696000 2704611,111 66991388,89 25,7693

Jagung 2400 1800 4320000 1574111,111 2745888,889 2,74441

Lanjutan Lampiran 10 pendapatan

No Sampe l

Luas Lahan (Ha)

Jenis Tanaman

Produksi (kg)

Harga Jual ( Rp

)

Penerimaan (Rp)

Total Biaya Produksi (Rp)

Pendapatan

Bersih UT (Rp) R / C

30 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4356 12000 52272000 2246312,5 50025687,5 23,2701

Jagung 1800 1800 3240000 1261312,5 1978687,5 2,56875

31 0,3 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 4356 12000 52272000 2299325,397 49972674,6 22,7336

Jagung 1800 1800 3240000 1271825,397 1968174,603 2,54752

32 0,4 Ingul 0 0 0 0 0 0

Kopi 5808 12000 69696000 2698750 66997250 25,8253

Jagung 2400 1800 4320000 1456750 2863250 2,96551

Total 484564 732000 4746288000 220943331 4525344669 1801

Rata-rata

kopi 3660 3840 28008000 2120051,389 25887948,61 6,90645 cabai 8462,2222 12000 101546666,7 5001123,494 96545543,17 20,0249 tomat 4936,8 12000 59241600 2433822,024 56807777,98 24,2286 jagung 2040 1800 3672000 1366522,024 2305477,976 2,67603