dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan air laut, letak geografis dan musiman. Menurut Suin 2002, prinsip penentuan kecerahan air dengan
menggunakan keping sechii adalah berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu perairan, akan
semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih, akan jauh batas pandangan tersebut.
3.5.3 pH Air
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata pH berkisar antara 7,65- 8,6 dan pH tertinggi pada stasiun 4 dengan nilai yaitu 8,6. Sedangkan nilai pH
terendah pada stasiun 3 dengan nilai pH 7,65. Tingginya pH pada daerah ini disebabkan oleh adanya berbagai macam aktivitas yang menghasilkan senyawa
organik maupun anorganik yang selanjutnya akan mengalami penguraian. Dimana aktivitas dapat mempengaruhi nilai faktor fisik perairan terutama nilai pH.
Menurut Barus 2004, nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. kondisi perairan yang bersifat sangat asam
maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme berbagai senyawa logam berat
terutama ion Aluminium. Derajat keasaman pH dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida serta ion-ion bersifat asam atau basa. Fitoplankton dan tanaman air
akan mengambil karbondioksida selama proses fotosintesis berlangsung, sehingga mengakibatkan pH perairan menjadi meningkatkan pada siang hari dan menurun pada
malam hari Effendi, 2003.
3.5.4 Salinitas
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata salinitas berkisar antara 18-32
00
, dan salinitas tertinggi pada stasiun 1 dengan nilai yaitu 32
00
. Sedangkan salinitas terendah pada stasiun 3 dengan nilai yaitu 18
00.
Hal ini disebabkan pada
Universitas Sumatera Utara
stasiun 1 merupakan daerah pariwisata, dimana dengan adanya aktifitas masyarakat dapat meningkatkan kadar garam pada perairan tersebut. Sedangkan salinitas terendah
terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 18
00.
Hal ini terjadi karena pada stasiun 3 merupakan daerah muara, sehingga pada waktu arus surut yang mendominan adalah
air tawar.
Menurut Barus 2004, secara alami kandungan garam terlarut dalam air meningkat apabila populasi fitoplankton menurun. Hal ini dapat terjadi karena melalui
aktivitas respirasi pada hewan dan bakteri air akan meningkatkan proses proses mineralisasi yang menyebabkan kadar garam air meningkat. Garam-garam tersebut
meningkat kadarnya dalam air karena tidak lagi dikonsumsi oleh fitoplankton yang mengalami penurunan jumlah populasi tersebut.
3.5.5 Oksigen Terlarut Disolved Oxygen
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata DO berkisar antara 5,75- 6,25 mgl, dan DO tertinggi pada stasiun 3 dengan nilai yaitu 6,25 mgl. Hal terjadi
karena stasiun 3 merupakan daerah muara sungai estuaria, dimana pada daerah muara terjadi pengadukan secara sempurna shingga kadar oksigen terlarut lebih tinggi.
Sedangkan DO terendah pada stasiun 4 dengan nilai yaitu 5,75 mgl. Hal ini disebabkan oleh stasiun 4 merupakan daerah pembuangan limbah industri, dimana
adanya senyawa organik dan mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa ini dan tingginya suhu serata rendahnya penetrasi cahaya pada
stasiun ini.
Banyaknya oksigen terlarut melalui udara ke air tergantung pada luas permukaan air, suhu dan salinitas air, kekeruhan air, tingkat penetrasi cahaya dan
jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti ganggang, sampah dan limbah industri. Oksigen yang berasal dari proses fotosintesis tergantung pada kerapatan
tumbuh-tumbuhan air. Kadar oksigen terlarut pada badan air tegenang dan mengandung banyak tumbuh-tumbuhan tinggi pada sore hari dan rendah malam hari.
Universitas Sumatera Utara
Tingginya kadar oksigen terlarut sore hari adalah karena oksigen dari hasil fotosintesis pada siang hari Suin, 2002.
3.5.6 BOD